Super Trainer, Cepat dan Nyaman
Sebagai salah satu perlengkapan dalam olahraga lari, sepatu memainkan peran utama. Tidak hanya sebagai benda yang berkontakan langsung dengan tanah/jalan (ground), tapi juga bagaimana sepatu bisa memberi ekstra kecepatan atau kenyamanan dalam berlari. Mungkin memang tidak ada nomenklatur resmi dalam jenis-jenis sepatu lari, namun bisa setidaknya dikelompokkan ke beberapa jenis (di luar Trail Running Shoes): Recovery/Max-cushion, Stability. Daily Training, Speed Workout, Super trainer, serta Racing Shoe/Super shoes. Tapi bukan setiap jenis sepatu ini yang akan dibahas, namun salah satu jenis yang bisa jadi sedikit "kalah pamor" dari supershoes, yaitu Super trainer.
Apa itu Super Trainer?
Tidak ada definisi yang saklek tentang Super trainer, namun secara umum Super trainer mengambil beberapa teknologi dari Super shoes dengan beberapa perbedaan. Beberapa hal yang mirip seperti geometri sepatu, foam yang digunakan, atau bisa jadi plat yang digunakan.
Di dalam rotasi sepatu lari, super trainer biasanya menjembatani antara sepatu daily training dengan super shoes. Jika super shoe dikenal memiliki karakteristik atau elemen-elemen seperti bobot yang ringan, memiliki propulsi atau dorongan yang kuat, foam midsole mumpuni, serta dilengkapi dengan teknologi plat karbon, namun dengan kekurangan seperti durabilitas sepatu yang kurang baik serta terasa lebih keras (stiff), dan daily trainer memiliki karakteristik sepatu seperti bobot yang lebih berat, tidak memiliki energi balik yang besar, tetapi memiliki durabilitas yang tinggi, maka super trainer berada di antaranya.
Dikarenakan super trainer memiliki beberapa elemen yang mirip dengan super shoe, maka sepatu jenis ini juga memiliki propulsi dan energi balik yang cukup besar, meski tentu tidak sebesar super shoe dengan plat karbonnya, namun super trainer memiliki durabilitas yang jauh lebih tinggi daripada super shoe. Jadi dalam hal kecepatan, bisa disebut seperti ini: super shoe > super trainer > daily trainer. Sementara dalam hal durabilitas, biasanya berkebalikan: daily trainer > super trainer > super shoe. Sebagian super trainer mungkin tidak memiliki bantalan seempuk daily trainer atau apalagi max-cushion shoe, namun biasanya lebih empuk dari super shoe.
Terkadang, super trainer juga menjadi training companion bagi mereka yang menggunakan super shoe untuk race. Hal ini dikarenakan karakteristik yang mirip tersebut serta karena tidak tepat juga untuk menggunakan super shoe untuk latihan sehari-hari (durabilitas rendah, dan saat latihan, pace tidak selalu dalam laju tinggi), maka nantinya peralihan dari super trainer saat berlatih lalu menuju race dengan super shoe akan lebih mudah. Hal seperti ini biasanya cocok untuk super trainer dan super shoe dari merk yang sama.
Contoh Super Trainer
Beberapa super trainer dan super shoe dari berbagai merk, misalnya (super shoe lalu diikuti super trainer):
- Adidas: Adizero Pro 3 dan Adizero Boston 12.
- Asics: Metaspeed Edge/Sky dan Magic Speed 3 atau 4.
- Hoka: Rocket X2 dan Mach X atau Mach X2.
- Nike: Vaporfly Next% dan Zoomfly, atau Alphafly dan Tempo.
- Saucony: Endorphin Pro dan Endorphin Speed.
Meski memiliki beberapa teknologi yang mirip dengan super shoe, super trainer tidak selalu menggunakan plat karbon. Katakanlah seri Saucony Endorphin Speed yang selalu menggunakan plat nilon, lalu energy rods milik Adidas yang dibuat dari karbon dan/atau fiberglass pada Adizero Boston 12, atau juga Hoka Mach X dengan plat Pebax. Memang sebagian super trainer juga menggunakan plat karbon seperti seri Magic Speed dari Asics atau Zoomfly dari Nike, namun kombinasinya dengan elemen lain seperti foam, upper yang digunakan, atau pun outsole dapat memberikan rasa yang berbeda dengan super shoes nya.
Race Menggunakan Super Trainer?
Meski disebut sebagai super trainer, apakah sepatu ini tidak cocok untuk race? Jawaban singkat saya: bisa, sangat bisa. Namun jawaban panjangnya saya kira kita harus sedikit memahami perbedaan kondisi pelari di Indonesia dan pelari dari luar negeri (yang mana sepatu-sepatu ini didesain).
Bila kita sering melihat banyak konten atau pembahasan tentang perbedaan jenis sepatu (atau yang sudah ditulis di atas), terlihat seolah ada perbedaan yang tegas di antara jenis-jenis sepatu tersebut. Padahal, untuk menentukan apakah sepatu tersebut bisa atau nyaman atau layak digunakan untuk race, ada beberapa hal yang menjadi perhatian:
- Jarak race yang akan diikuti, apakah 5K, 10K, half marathon, marathon atau bahkan ultra marathon.
- Target race yang ingin dicapai, apakah sekadar finish di bawah cut-off time, atau finish dengan target waktu tertentu.
- Pace yang ditentukan, seberapa cepat atau lambat?
- Rute yang akan dijalani, apakah cenderung panas, atau basah, dan sebagainya.
- Tipe sepatu yang ingin digunakan.
Faktor-faktor yang disebutkan ini bisa menjadi penentu sepatu apa yang akan digunakan untuk race. Sebagai contoh, dalam jarak 5K atau 10K dengan target pace katakanlah 4:30-5:00min/km, maka menggunakan sepatu yang ringan dan memiliki energi balik yang besar bisa jadi pilihan, atau mungkin bisa juga menggunakan super shoe (dengan postur lari yang tepat). Contoh lain misal dengan jarak yang sama atau katakanlah jarak half marathon dengan target yang penting finish di bawah cut-off time, maka utamakanlah sepatu dengan tingkat kenyamanan yang lebih baik, misalnya sepatu daily trainer atau bahkan max-cushion.
Lalu bagaimana dengan super trainer? Sepemahaman saya, super trainer cenderung cocok untuk banyak tujuan dalam race karena super trainer cukup menyeimbangkan antara kenyamanan dari foam dan bantalannya dengan dorongan atau energi balik yang dihasilkan. Maka bagi saya, super trainer cocok untuk digunakan dalam race dengan target waktu tertentu namun tidak secepat untuk keperluan menggunakan super shoe.
Contoh yang bisa saya ambil misalnya saat race di jarak marathon, jika kita bukan pelari dengan pace target finish lebih dari empat jam, rasa-rasanya menggunakan super trainer tertentu sudah tepat. Saat marathon atau berlari dalam waktu yang cukup lama, maka kita memerlukan kenyamanan dari sepatu namun karena ada target waktu, maka diperlukan juga sepatu dengan energi balik yang cukup. Di dalam kasus marathon, keperluan energi balik dan kenyamanan ini akan begitu penting di titik-titik krusial, seperti KM30 hingga KM40, di titik krusial ini kaki harus tetap terjaga kenyamanannya, namun tetap harus terus terangkat.
Sepengalaman saya, berlari di jarak marathon dengan menggunakan daily trainer memang memberikan kenyamanan, namun tidak memberikan energi balik yang dibutuhkan ketika di titik-titik krusial tersebut. Sementara letak super shoe lebih cocok untuk mereka yang finish di bawah empat jam atau bahkan di bawah tiga jam, karena berlari dengan sepatu yang cenderung keras berjam-jam tentu akan meningkatkan risiko cedera. Oleh karenanya, super trainer bisa menjadi solusi di antara kedua kasus ini, yakni mereka yang ingin finish dengan target waktu tertentu namun belum secepat itu untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari super shoe dengan plat karbonnya.
Penutup
Menentukan sepatu yang akan digunakan tentu menjadi pilihan dan hak masing-masing, terlebih mereka dengan budget yang besar. Super shoe memang menarik, baik dalam hal kecepatan namun perhatian khalayak, namun super trainer tidak kalah menarik, dengan fitur yang mirip dengan super shoe, namun dengan durabilitas yang lebih baik. Super trainer memang tidak secepat super shoe, namun dengan latihan yang cerdas dan tepat, pelari dengan super trainer bisa saja finish lebih cepat di suatu race dari pelari dengan super shoe. Maka poinnya adalah sejauh apa latihan yang dijalani, bukan bergantung pada sepatu apa yang dipakai.
Demikian, selamat terus berlari!