Membayar Rindu Maiyahan
"Membayar rindu dua setengah tahun" jadi "misi" yang saya lakukan semalam. Setelah terakhir kali bermuwajahah dalam lingkar Maiyah Kenduri Cinta Februari 2020 lalu, semalam rindu itu dibayar tuntas. Pandemi tentu menjadi alasan utama, lalu setelahnya semenjak Taman Ismail Marzuki (TIM) direnovasi, Kenduri Cinta berpindah-pindah hingga akhirnya kembali ke huma, ke rumahnya di TIM bulan lalu, juga bulan ini. TIM yang menjadi rumah Kenduri Cinta sejak Juni 2000 yang setiap bulannya dihadiri ribuan orang. Meski begitu, sedikit sekali yang menyadari keberadaannya, bahkan pengurus TIM pun ada yang baru tahu bahwa Kenduri Cintatelah ada di TIM sejak 22 tahun lalu.
Begitulah Kenduri Cinta, begitulah Maiyah, begitulah Cak Nun dan KiaiKanjeng (CNKK). Ada yang dianggap tak ada, yang asing, yang tak dianggap, tak diperhitungkan. Tentu eksistensi semacam itu tidak menjadi tujuan, CNKK dan Jamaah Maiyah terus bersedekah dalam Sinau Barengnya di lingkar-lingkar Maiyah.
Lingkar-lingkar yang almutahabbina fillah, yang mencintai sesama karena Allah, yang bersama-sama berusaha mencintai Allah dan Rasul-Nya, yang bersama-sama bershalawat memohon syafaat Nabi-Nya. Maiyah adalah kebersamaan bersama-Nya dalam cinta-Nya dan cinta pada-Nya.
Maiyah menjadikan mereka pribadi-pribadi yang tekun dan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing. Sehingga mereka menjadi orang yang dapat diandalkan dan menjadi ahli di bidangnya. Juga menjadi pribadi yang tahu patrap nilai dan sangkan paran. Tak hanya menjadi bener, namun juga pener.
***
Dua setengah tahun lamanya menahan rindu, lalu dibayar tuntas semalam. Tak hanya Sinau Bareng ber-Maiyahan seperti biasa, terlebih spesial dengan pentas teater "Waliraja-Rajawali" oleh Teater Reriyungan diiringi Gamelan KiaiKanjeng. Teater yang dipentaskan di ruangan terbuka dan kolosal di Plaza Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki, sebuah privilise mahal yang dinikmati ribuan orang semalam.
Hal yang juga membahagiakan saya semalam adalah melihat Mbah Nun yang terlihat sehat dan segar. Alhamdulillah.
No comments: