Tentangmu, Ya Muhammad

Ummati, Ummati. Puisi Emha


Tuhan bilang siapa yang mencintai-Nya, maka hendaklah ia mengikuti engkau, kekasih-Nya.

Ah ini tentang cinta.


Dan Muhammad sendiri adalah pribadi penuh cinta, yang tak tega serta amat belas kasih dan sayang, yang ra'uf dan rahim pada al-mu'min.


Dan Muhammad adalah rahmat bagi semesta, yang menjadi penyempurna akhlak, menjadi contoh bagaimana seharusnya makhluk, lalu untuk tunduk mendekat pada Khalik.


Ya Muhammad Ya Nabi, Tuhan menyebutmu "la'alā khuluqin 'aẓīm", berada di atas budi pekerti yang agung.

Tapi tak benar-benar dan jauh aku dalam mengikuti akhlakmu.


Ya Muhammad Ya Rasul, Tuhan bilang teladan yang paling baik adalah engkau, namun tak sungguh-sungguh aku meneladanimu, mengikuti sunahmu.


Tuhan perintahkan untuk bershalawat padamu, maka itulah yang juga kulakukan, berharap semoga Tuhan berkenan memberi rahmat-Nya.


Aku ingin bilang, "I love you, Muhammad," tapi aku takut itu hanya ucapan belaka.

Engkau pula kubawa untuk menghadap pada-Nya, berdialektika dalam Segitiga Cinta.


Duhai Kanjeng Nabi, pelan-pelan aku ingat-ingat engkau, membaca sirah-sirahmu, bershalawat padamu, berharap syafaatmu dan sambutanmu kelak di Telaga Kautsar.


Ya Nabi, pernah kubayangkan engkau duduk di depanku dengan segala keindahanmu, lalu aku mencoba membacakan Al-Qur'an, padahal aku tak seperti Usaid bin Hudhair yang lantunan Qurannya disimak malaikat.


Ya Rasul, aku terbata, tak keluar sepatah kata, bagaimana mungkin di hadapanmu aku sanggup membaca kalimat-kalimat yang Tuhan turunkan padamu untuk kami ummatmu?

Tangisku mengucur, betapa ingin aku memelukmu, betapa ingin aku disayang engkau, meski tingkah lakuku masih kacau balau.


Ya Muhammad, shalawat dan salam untukmu, terlimpah padamu.

Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad!




(Dan puisi Emha -yang kupotret- tentangmu ini, menggerakanku untuk terus berusaha ingat dan bershalawat padamu).

No comments: