Duh Gusti, Saya ingin Menulis Lagi

Melihat beberapa waktu terkahir ini banyak sekali hal yang masuk ke dalam pikiran saya, nampaknya kembali menuliskan apa yang didapat atau dirasakan adalah pilihan bijak. Menulis bisa menjadi relaksasi, menjadi terapi, selain tentu sebagai pengikat ilmu, wawasan, atau apa saja yang telah didapat sebelumnya. Pekerjaan, kebosanan selama pandemi yang nyari dua tahun ini tentu membuat suasana lain lagi. Barangkali menulis kembali bisa menjadi “penyelamat.”


Membaca dan menulis memang sulit dipisahkan. Setahun lebih saya tidak sempat menamatkan satu buku pun, kejenuhan yang keterusan tidak diimbangi dengan kesiapan menghadapi kondisi jenuh. Hal ini nyata sekali berimbas pada keinginan menulis, lha ya gimana, membaca saja tidak, apa yang mau ditulis?


Selain menuliskan hasil pemprosesan dari berbagai infromasi yang masuk, menuliskan apa yang disampaikan narasumber di Maiyahan (di video-video yang diunggah di kanal YouTube Caknun.com) sepertinya akan menjadi pilihan lain bagi saya. Biar itu bukan hasil pikiran saya, namun saya rasa penting juga untuk ditulis yang mungkin bisa jadi medium lain untuk kembali dipelajari. Motivasi lainnya adalah ada rasa “loh ini pembasahan menarik, ada pandangan lain yang segar dan orisinal yang mesti banyak orang dengar” atau bahasa lainnya “ini keren dan apik banget pembahasannya, kamu mesti denger”. Ya tentu meski belum tentu ada yang akan membacanya juga, tapi mari dimulai saja, minimalnya agar memberi pemahaman yang lebih baik lagi, lebih lengkap lagi bagi saya pribadi, syukur-syukur nantinya bisa bermanfaat bagi orang lain juga.


Menulis sebagai relaksasi dan terapi nampaknya benar adanya, lha saat menulis tulisan ini pun dampaknya terasa kok. Perasaan lebih enak, mood membaik, apa yang dipikirkan lebih mudah terurai, dan sebagainya. Maka, semoga niat kembali menulis bisa terlaksana dan menjadi salah satu dari berbagai hal yang ingin sekali dilakukan, untuk pengembangan diri.


“Duh Gusti, saya kepengin menulis lagi.” 


Demikian.


No comments: