Unpublished

Maret lalu semestinya Teater Perdikan mentas dengan lakon "Sunan Sableng dan Paduka Petruk", setelah pada 2019 menggelar pertunjukan dengan lakon "Sengkuni 2019". Pentas dengan lakon terbaru ini semestinya digelar di Taman Budaya Yogyakarta. Pada Kenduri Cinta edisi Februari 2019, Mbah Nun sendiri berharap lakon yang sama dapat digelar di Jakarta pada April 2020.


Unpublished 2 - Merchandise by Kenduri Cinta


Rencana dan harapan tak terwujud -setidaknya tahun ini-, pandemi "keburu datang secara resmi" ke Indonesia pada Maret, hanya hitungan hari sebelum pentas berlangsung. Maka, jangankan pentas di Jakarta, pentas di Yogyakarta sendiri pun urung terlaksana. Maret 2020 juga menjadi Kenduri Cinta terakhir -setidaknya sampai tulisan ini dirilis- yang dihadiri umum/terbuka, barangkali begitu juga dengan Maiyahan lain di nusantara


Berbulan kemudian, Kenduri Cinta lantas menjual merchandise dari pentas yang tadinya akan digelar. Di salah satu merchandise, tertulis "18 April 2020 - Taman Ismail Marzuki", bertepatan dengan hari Sabtu, barangkali jadwal Kenduri Cinta digeser ke tanggal tersebut dengan menghadirkan Teater Perdikan. Agak sedih juga ketika melihat tanggal itu di lanyard yang dijual, menunjukkan pentas memang sudah direncanakan akan digelar pada tanggal tersebut di Jakarta.



Lanyard - Sunan Sableng dan Paduka Petruk, Jakarta


Berbagai paket merchandise dijual melalui akun resmi Kenduri Cinta, dengan menonaktifkan kolom komentar dan dilengkapi caption: "UNPUBLISHED by Kenduri Cinta" serta "Stop talking and asking. Just show your caring with the community." Seolah berpesan untuk dapat berkontribusi atau menunjukkan kepedulian jamaah terhadap Kenduri Cinta, dalam hal ini khususnya soalan materi. Mungkin saja cukup banyak merchandise yang telah dibuat para penggiat dan panitia. 


***


Kenduri Cinta bagi saya adalah oase di tengah hiruk-pikuk ibukota yang glamor dan melelahkan. Sebulan sekali berkumpul di Taman Ismail Marzuki, saya merasakan Jakarta dan juga bukan Jakarta. Saya merasakan Jakarta dalama arti ia sebagai tempat para perantau dari penjuru daerah. Bukan Jakarta dalam arti ada suasana yang berbeda, barangkali letak Taman Ismail Marzuki dan suasana secara umum di sana yang bagi saya agak berbeda dengan di luar Taman Ismail Marzuki.


Besarnya manfaat yang dirasakan dan dengan berbagai hal yang ada di dalamnya, ada semacam keterikatan antara jamaah dengan Kenduri Cinta, setidaknya itu yang saya rasakan. Maka, ketika Kenduri Cinta menjual merchandise lakon "Sunan Sableng dan Paduka Petruk", ketertarikan saya membelinya bukan semata ini adalah merchandise, tapi sebagai bentuk dukungan dan kepedulian dalam hal materi. Kenduri Cinta dan juga maiyahan yang lain berjalan tanpa ada sponsor, selain menjadikannya bebas dari keterikatan dengan pihak tertentu (yang mensponsori) juga menunjukkan kemandirian atau keberdaulatan atas dirinya sendiri. Bagi jamaah seperti saya, barangkali tak banyak yang bisa dilakukan untuk membantu Kenduri Cinta, kesempatan seperti sekarang inilah yang akhirnya bisa saya pergunakan untuk membantu, meski tentu tak seberapa. 


***


Delapan atau sembilan bulan sudah pandemi berlangsung, merontokkan berbagai bidang yang tak terbayang sebelumnya. Semua mencoba bertahan dan berjuang, bagai sebagai individu atau kelompok. Ketidakhadiran maiyah secara fisik dalam arti berkumpul di suatu tempat memang terasa. Jamaah Maiyah tentu rindu dengan pertemuan-pertemuan bulanan yang biasa dilakukan, namun tidak bertemu secara fisik bukan  berarti tidak bermaiyah, karena kita tetap bermaiyah dalam hati kita.


No comments: