Kenduri Cinta (I)
Kutemukan sinonim kata "kenduri" adalah "pesta", "perjamuan", "perhelatan", dan sebagainya. Sementara "cinta", terserah apapun yang kau rasakan, namun ia adalah suasana hatimu, atau ia ada dalam hatimu. Aih, maafkan bila tak tepat.
Ini adalah Kenduri Cinta (KC), salah satu forum atau majelis masyarakat Maiyah yang diadakan sebulan sekali, pada jumat pekan kedua. Tema yang diangkat semalam mengenai "Seribu Bayang Prasangka", namun tentang ini lebih tepat dirimu baca di laman resmi Kenduri Cinta, karena yang kuingin ceritakan padamu adalah pengalaman di Kenduri Cinta itu sendiri.
19.55, tiba di lokasi, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Lima menit kemudian, acara dimulai dengan bacaan ayat Al-Quran serta wirid wirid, setengah jam kemudian berlanjut dengan diskusi yang diolah oleh para penggiat KC.
23.05, Mbah Nun (Emha Ainun Nadjib) tiba, dengan diiringi shalawat Mbah Nun berjalan ke panggung pendek, duduk bersama hadirin. Diskusi semakin menarik tentu saja dengan diatur iramanya oleh Mbah Nun, hadir pula Ustadz Wijayanto.
Ajaib, saat kukatakan padamu (lihat post tentang buku Kiai Hologram), bahwa kegiatan Maiyahan ini dapat berlangsung hingga 6 jam itu bukan bohong. Ah, malam ini malah 8 jam, jam 4 subuh baru beres, jadi ya saat kutulis ini, ya masih terjaga sejak jumat subuh. Ajaib, bagaimana energi para narasumber, pengisi acara serta hadirin bisa terus ada dan bertahan selama itu. Duduk berjam-jam meski sempat diciprati hujan.
Tua, muda, bayi, anak kecil, berbagai latar pendidikan, jilbaban atau tidak, celana pendek celana panjang, bertato pun ada, muslim atau bukan semua berkumpul bersama.
Ini disebut pengajian ya gimana, tentu saja dibacakan ayat Al-Quran, mentadabburinya, pun menggali dari berbagai perspektif, tapi ya ada hiburannya juga, ada sesi nyanyinya dengan berbagai aliran musik, bahkan tadi ada pantomim pula. Nah loh, jadi ini forum apa? Ya forum silaturahim, forum keluarga, lha kan hubungan hadirin dengan Mbah Nun itu seperti hubungan anak-ayah, cucu-kakek, bukan ustadz-jamaah. Ini pun forum bebas berbagai kalangan, satu forum seribu podium.
Ah barangkali salah satu hikmah bekerja di Jakarta adalah ini.
Alhamdulillah.
Ini adalah Kenduri Cinta (KC), salah satu forum atau majelis masyarakat Maiyah yang diadakan sebulan sekali, pada jumat pekan kedua. Tema yang diangkat semalam mengenai "Seribu Bayang Prasangka", namun tentang ini lebih tepat dirimu baca di laman resmi Kenduri Cinta, karena yang kuingin ceritakan padamu adalah pengalaman di Kenduri Cinta itu sendiri.
19.55, tiba di lokasi, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Lima menit kemudian, acara dimulai dengan bacaan ayat Al-Quran serta wirid wirid, setengah jam kemudian berlanjut dengan diskusi yang diolah oleh para penggiat KC.
23.05, Mbah Nun (Emha Ainun Nadjib) tiba, dengan diiringi shalawat Mbah Nun berjalan ke panggung pendek, duduk bersama hadirin. Diskusi semakin menarik tentu saja dengan diatur iramanya oleh Mbah Nun, hadir pula Ustadz Wijayanto.
Ajaib, saat kukatakan padamu (lihat post tentang buku Kiai Hologram), bahwa kegiatan Maiyahan ini dapat berlangsung hingga 6 jam itu bukan bohong. Ah, malam ini malah 8 jam, jam 4 subuh baru beres, jadi ya saat kutulis ini, ya masih terjaga sejak jumat subuh. Ajaib, bagaimana energi para narasumber, pengisi acara serta hadirin bisa terus ada dan bertahan selama itu. Duduk berjam-jam meski sempat diciprati hujan.
Tua, muda, bayi, anak kecil, berbagai latar pendidikan, jilbaban atau tidak, celana pendek celana panjang, bertato pun ada, muslim atau bukan semua berkumpul bersama.
Ini disebut pengajian ya gimana, tentu saja dibacakan ayat Al-Quran, mentadabburinya, pun menggali dari berbagai perspektif, tapi ya ada hiburannya juga, ada sesi nyanyinya dengan berbagai aliran musik, bahkan tadi ada pantomim pula. Nah loh, jadi ini forum apa? Ya forum silaturahim, forum keluarga, lha kan hubungan hadirin dengan Mbah Nun itu seperti hubungan anak-ayah, cucu-kakek, bukan ustadz-jamaah. Ini pun forum bebas berbagai kalangan, satu forum seribu podium.
Ah barangkali salah satu hikmah bekerja di Jakarta adalah ini.
Alhamdulillah.
No comments: