Juniku, Juniku, Juniku



Hampir bisa kupastikan sedikitpun aku tak mengerti tentang puisi, meski agak akrab dengan kata itu dan beberapa nama penyair. Ada pula beberapa temanku yang asyik dengan puisi, sajak dan sebagainya, maka kunikmati saja membaca karya mereka, meski tak selalu aku pahami maknanya -tentu saja karena ketidakmengertianku. Andai mereka bisa bertemu, mungkin ada perbincangan dan saling berbalas sajak atau puisi.

Aku merasa beruntung pernah mendengar dan melihat secara langsung Taufik Ismail serta Sutardji Calzoum Bachri membawakan puisi-puisinya. Begitu pula saat akhirnya dapat kusimak langsung Sapardi Djoko Damono berbicara soal ini-itu. Khusus nama terakhir ini, aku mempunyai satu buku kumpulan puisi/sajaknya, "Hujan Bulan Juni."

Jangan tanyakan padaku tentang maknanya, aku menikmatinya utamanya karena ia memuat "Juni", sesederhana itu. Aku menyukai Juni, bulan di tengah-tengah tahun dalam penanggalan Gregorian. Aku menyukai Juni, beberapa orang yang kukagumi lahir di bulan itu sama sepertiku. Aku menyukai Juni, entah, ada rasa yang berbeda di bulan ini.

Hari-hari terakhir ini kudengar musikalisasinya, kubuka puisinya, kubaca berulang-ulang. Jangan tanyakan padaku tentang maknanya, maknai saja sendiri hingga ada yang hadir di hadapanmu, yang jelas aku merasakan ada yang memasuki dada, menyeruak: kesedihan, tangisku, perelaan, ketabahan, kebijakan, kearifan.


Juniku, juniku, juniku.
Aku masih menunggu hujan bulan juni.


..dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu


No comments: