Bandung

Tatar Ukur adalah salah satu daerah dari Kerajaan Timbanganten dengan ibukota Tegalluar kerajaan yang berada di bawah dominasi Kerajaan Pakuan Pajajaran ini secara turun-temurun dipimpin oleh Prabu Pandaan Ukur, Dipati Agung, dan Dipati Ukur. Pada masa Dipati Ukur wilayah Tatar Ukur begitu luas mencakup sembilan daerah dan disebut sebagai "Ukur Sasanga."

Pada 1579, Pakuan-Pajajaran runtuh, yang kemudian berdiri Kerajaan Sumedanglarang yang meliputi wilayah Priangan kecuali Galuh (Ciamis sekarang), dipimpin Prabu Geusan Ulun. Pada 1620, di bawah pimpinan Raden Suriadiwangsa, Sumedanglarang tunduk pada Kesultanan Mataram yang mengubah statusnya menjadi Kabupaten Sumedang, ia sendiri kemudian menjadi Bupati Wedana dengan sebutan Rangga Gempol I. Tahun 1624, ia diperintahkan Sultan Agung menyerang Sampang (Madura) sehingga jabatan Bupati diberikan pada adiknya, Dipati Rangga Gede. Penyerangan Banten atas Sumedang mengakibatkan Rangga Gede digantikan oleh Dipati Ukur.

Pada 1629, Dipati Ukur diperintahkan membantu Mataram dalam penyerangan kedua ke Batavia yang berakhir kegagalan. Dipati Ukur lantas melarikan diri dan membangkang pada Mataram yang dianggap sebagai pemberontakan. Pada 1632, Dipati Ukur tertangkap di Gunung Lumbung, Bandung. Selepas kejadian ini, wilayah di luar Sumedang dan Galuh dibagi menjadi tiga: Kabupaten Bandung, Kabupaten Parakanmuncang, dan Kabupaten Sukapura. Ki Astamanggala kemudian menjadi Bupati Bandung pertama dengan gelar Tumenggung Wiraangunangun.

Ia bersama pengikutnya lantas kembali ke Tatar Ukur lalu membangun daerah Krapyak, di tepi Citarum dekat muara Cikapundung. Tempat ini lalu menjadi ibukota Kabupaten Bandung. Pada 1677, Kabupaten Bandung jatuh pada kekuasaan VOC hingga 1779. Selama periode ini, Kabupaten Bandung secara turun-temurun dipimpin Tumenggung Ardikusumah, Tumenggung Argadireja I, Tumenggung Argadireja II, Tumenggung Argadireja III yang bergeral R.A. Wiranatakusumah I, dan R.A. Wiranatakusumah II dengan gelar Dalem Kaum I.

Pada 25 Mei 1810, Herman Willem Daendels memerintahkan agar ibukota Kabupaten Bandung berpindah ke Cikapundung, mendekati jalur yang dilalui Jalan Raya Pos. Tempat tinggal Bupati mulanya di Cikalintu (Cipaganti sekarang), kemudian ke Balubur Hilir, lalu pindah lagi ke Kampur Bogor (Kebon Kawung, wilayah lahan Gedung Pakuan sekarang).  Pada 25 September 1810, ibukota Kabupaten Bandung resmi berpindah, daerah Krapyak pun kemudian dikenal sebagai Dayeuhkolot (secara harfiah: Kota Tua / Pusat Kota Tua). 

Pada 1 April 1906, status Kota Bandung ditetapkan sebagai Gementee atau Pemerintah Kota, karenanya 1997, 1 April diperingati sebagai Hari Jadi Kota Bandung yang setahun kemudian -dengan menimbang aspek sejarah-, Hari Jadi Kota Bandung ditetapkan pada 25 September, mengacu pada diresmikannya perpindahan ibukota dari Krapyak ke Cikapundung pada hari ini, 208 tahun yang lalu.



Referensi:
1. Situs resmi Pemerintah Kabupaten Bandung (http://www.bandungkab.go.id/)
2. Situs resmi Pemerintah Kota Bandung (https://bandung.go.id/)
4. Situs resmi Komunitas Aleut (https://komunitasaleut.com)




---------------------------------------
Tulisan dibuat untuk memperingati 208 tahun Hari Jadi Kota Bandung


No comments: