Just Short Though

Meski masih percaya dan mungkin memang terbukti bahwa menulis adalah terapi, ditambah keinginan untuk kembali menulis sesuatu, namun ternyata tak kunjung juga dimulai. Jika beralasan tidak ada hal yang bisa ditulis, ya enggak juga, toh di momen-momen tertentu ada hal yang ingin dituliskan.

Setelah dipikir-pikir barangkali kegiatan lain yang menjadi terapi: berlari. Lari pun dikatakan bisa menjadi terapi, memperbaiki mood karena ada hormon yang memengaruhinya. Tentu efeknya bertahan beberapa waktu, tapi bisa jadi ada hal-hal lain yang memengaruhi.

Mestinya memang menulis tak melulu mencurahkan kegelisahan, atau berangkat dari kegelisahan, bisa saja kan dari kesenangan? Dari kebahagiaan atau hal-hal lain yang menyenangkan. 

Tulis saja dulu, termasuk apa yang sedang ditulis ini, mulai saja dulu.

Ada waktu setidaknya setengah jam sebelum mulai bekerja setiap hari yang bisa dimanfaatkan. Waktunya ada, tapi mungkin faktor lain yang memengaruhi? Banyak sebetulnya yang ingin dituliskan, ini-itu saat di perjalanan, saat rileks di sela-sela kerja, dan lainnya. 

Betul memang, jangan selalu menunggu momen, lanjutkan saja hingga kala momennya tiba, kamu siap.

 


No comments: