Tidak Tahu

Diriku, juga dirimu ini sesungguhnya banyak tidak tahu. Diriku, juga dirimu ini seringkali berbicara sesuatu, menggunakan istilah tertentu yang kita tidak tahu betul apa maknanya. Kita omong-omong soal khilafah, khalifah, Kita omong-omong soal kafir, dan berbagai istilah lainnya tanpa tahu apa makna sebenarnya. Kita ini tidak banyak tahunya.

Ada orang Islam, namun tidak senang dengan kata khilafah, padahal kata khalifah-nya Allah yang sebutkan langsung dalam Al-Quran, kok bisa begitu? Karena memang kita tidak tahu, tidak mengerti, namun sok mengerti, sok tahu, lalu menilai bahkan menghakimi sesuatu dengan ketidaktahuan kita.

Ada orang Islam tidak senang dengan kata khilafah karena pemahamannya yang tidak paripurna, hanya tahu sekadar tahu, hanya dengar karena ada kelompok yang senang meneriakannya, lalu menilai dari situ.

Ada yang dengar kata kafir meradang, padahal tidak tahu makna sebetulnya dari istilah tersebut. Kita ini banyak tidak tahunya namun seringkali sok tahu.

Bukan orang Arab, mengerti Bahasa Arab pun tidak, membaca Al-Quran pun sedikit, hafal Al-Quran pun tidak, belajar hadis juga tidak, belajar memahami Al-Quran pun tidak, mengetahui bagaimana memahami Al-Quran pun tidak.

Ada yang bilang bahwa ada empat jenis orang. Pertama, ia yang tahu bahwa dia tahu, tentu dengan ini dia seyogyanya menggunakan pengetahuannya dengan bijaksana. Kedua, ia yang tahu bahwa ia tidak tahu, dengan ini dia menahan diri atas apa yang tidak ia ketahui. Ketiga, ia yang tidak tahu bahwa ia tahu, untuk yang jenis ini semoga ia diberi pertunjuk bahwa ia tahu. Keempat, ia yang tidak tahu bahwa ia tidak tahu, jenis keempat inilah yang berpotensi menjadi sok tahu, berbicara berbagai hal yang ia merasa bahwa ia tahu namun sesungguhnya ia tidak tahu. Merugilah diriku juga dirimu apabila kita termasuk jenis keempat ini.

Lebih baik memang jika diriku juga dirimu sama-sama berupaya untuk mencari tahu, dengan upaya terbaik agar terlepas dari ketidaktahuan atau menjadi bijak dalam menggunakan pengetahuan kita. Lebih baik demikian agar kita tidak terjebak dan menjadi bagian dari mereka yang tidak tahu bahwa mereka tidak tahu.

Ketidaktahuan bahwa kita tidak tahu ini dapat membuat kita menilai sesuatu sekenanya, semaunya, dengan pemahaman yang dangkal serta simpulan yang prematur. Ini yang barangkali banyak terjadi sekarang. Dua istilah yang kusebutkan di awal, yakni khilafah dan kafir, seringkali disebut, diteriakkan, padahal kita tidak paham betul kedua istilah itu. Kita tidak tahu kata khilafah ini apa, apa sebuah sistem, sebuah metode kepemimpinan atau apa, turunan katanya apa dalam Bahasa Arab, kita tidak tahu. Kita tak tahu betul pula apa kata kafir itu, berapa jenis kata kafir yang disebutkan di Al-Quran kita tidak tahu, konteksnya apa atau bagaimana, kita juga tidak tahu. Jangan-jangan istilah lain seperti toleransi serta bhinneka tunggal ika pun kita tidak tahu makna sebetulnya. Kita tidak paham apa arti kata demi kata dalam istilah tersebut, berasal dari mana, dan seterusnya.

"Falyaqul khairan, auliyatsmut", berkatalah yang baik atau diam, bukankah begitu ucap sang Rasul? Berkata yang baik atau diam adalah jalan kehati-hatian dan menuju keselamatan. Sesungguhnya tidak ada cela saat kita berkata, "aku tidak tahu," atas hal-hal yang memang tidak kita ketahui. Tidak ada cela. Bahkan ada ulama terdahulu yang berkata "tidak tahu" saat ditanya perihal yang tidak ia ketahuinya, tidak Ada cela, tapi kehati-hatian dan keselamatan.

Lalu, apa yang harus diriku dan dirimu lakukan? Ah mudah tak mudah. Datangilah majelis ilmu, majelis pengetahuan, datangilah, duduk, simak, dengarkan, atau tulis, mudah-mudahan diriku serta dirimu diberi pertunjuk. Aku tak bilang, atau membatasi dirimu untuk datang ke majelis ilmu tentang belajar agama saja, tidak oh tidak. Datangilah, pelajarilah, pengetahuan apapun, atau tentang apa yang dirimu tekuni saat ini, entah dalam proses belajarmu di lembaga formal, atau dalam pekerjaanmu. Semoga Allah berikan kemudahan pada diriku serta dirimu.

Sesungguhnya kita ini banyak tidak tahunya, sedangkan Allah Maha Tahu, maka jangan kita sok tahu, namun marilah mencari tahu.


Jakarta, 6 Maret 2018

No comments: