#65TahunCakNun

Tepat hari ini, Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) berumur 65 tahun. Pun hari ini -dan esok malam-, PadhangMbulan (Menturo, Jombang) menjadi edisi khusus 65 tahun Cak Nun.

Mbah Nun, sosok Mbah, Kakek, Ayah, bagi anak-cucu di lingkaran Maiyah. Tidak pernah merasa sukses dalam ukuran manusia modern. Ia adalah contoh manusia yang berdaulat atas dirinya sendiri. Membuktikan bahwa belajar tidak sama dengan bersekolah, pendidikan formalnya yang 'hanya' sampai beberapa bulan saja di Fakultas Ekonomi UGM tidak berarti kedalaman ilmunya rendah, justru sebaliknya. Tiap kali berbicara di majelis-majelis masyarakat Maiyah, menunjukkan kedalaman pemahaman, keluasan ilmu, kemantapan cara dan logika berpikir. Pun itu akan ditemui pada tulisan-tulisannya yang tersebar di puluhan buku karyanya.

Tak banyak yang tahu pula bahwa Cak Nun (dan juga Cak Nur / Nurcholis Majid) adalah tokoh penting di balik lengsernya Presiden Soeharto 20 tahun silam. Sehabis masa-masa itu, ia menepi dari hiruk-pikuk "Negeri Khatulistiwa" lalu berkeliling nusantara, bertemu dengan puluhan ribu manusia di berbagai tempat setiap bulannya, mereka berasal dari berbagai kalangan dan latar belakang dalam lingkar-lingkar Maiyah, menyiapkan, membimbing serta mendoakan mereka agar kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang besar ini.

Mengutip kata-kata salah satu penggiat Maiyah, Mbah Nun adalah "Kiai tanpa sorban, Dai tanpa mimbar, Mursyid tanpa tarekat, Sarjana tanpa wisuda, Guru tanpa sekolahan."

Sehat selalu Mbah Nun, terima kasih atas nilai, cinta, dan inspirasi yang ditebarkan di setiap kesempatannya.
Semoga selalu dalam lindungan Allah.

No comments: