tag:blogger.com,1999:blog-76467677484015879812024-03-13T09:31:18.658+07:00Firman MaulanaFirman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.comBlogger83125tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-4052157369948976182024-02-16T17:41:00.003+07:002024-02-16T17:41:16.080+07:00Menampar Diri Sendiri<p style="text-align: justify;">Sore ini saya merasa tertampar, ada-ada saja cara Tuhan untuk mengingatkan, untuk memberi petunjuk, memberi hal yang sudah seharusnya berbuah kesadaran. Saat kini saya sedang merasakan kembali inferioritas, serta proses pengecilan diri-sendiri (<i>self-diminishment</i>) akibat suatu hal, tanpa saya rencanakan saya membaca kembali tulisan yang pernah saya tulis lebih dari 3,5 tahun lalu. Judulnya singkat, <a href="https://www.firman.my.id/2020/06/inferior.html" rel="nofollow" target="_blank">"Inferior"</a>, namun isinya ternyata masih saja <i>relate</i> dengan saya. Bukan karena saja saya yang menulis itu, tapi ternyata di titik-titik tertentu rasa inferior itu memang muncul lagi. Perasaan yang mirip atau sama ketika mungkin saya menulis tulisan itu 3,5 tahun lalu.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Membaca tulisan itu, saya menyadari setidaknya tiga hal:<br />Pertama, bahwa ternyata perasaan inferior dan <i>self-diminishment</i> ini seolah kambuhan bagi saya. Barangkali saya perlu betul-betul mencari asbab timbulnya dua hal ini, perasaan seolah menjadi pribadi yang tidak berharga, tidak bermanfaat, dan lain-lain yang sungguh jelek dan bodoh betul. Ya, bodoh, sama seperti yang saya katakan di tulisan itu. Saya lantas berpikir, lha apakah perlu saya bertemu seorang profesional untuk membantu mengatasi hal ini? Inferioritas itu bikin saya tidak percaya diri, bikin saya takut ketemu orang, bikin saya rendah diri dan malu, padahal orang mungkin ya biasa-biasa saja, tidak berpikir yang aneh-aneh juga tentang saya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Menulis masih saya yakini sebagai salah satu metode yang tepat untuk menguraikan keresahan, juga membunuh kerumitan kata-kata di pikiran, ia lantas bisa keluar dalam kata-kata tatkala jari-jemari menari. Nikmat. Plong. Tapi itu jika betul hingga selesai menulisnya. Menguraikan pikiran yang <i>njelimet </i>entah <i>kepengin </i>bilang apa, lalu keluar <i>begitu saja</i> dalam kata-kata di tulisan.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Metode lain yang tak kalah nikmatnya ya berlari, kamu boleh saja berpikir karena saya seorang pelari maka saya rasakan demikian. Ya kamu tidak salah juga, namun penelitian-penelitian membuktikan bahwa berlari hingga titik tertentu dapat mengurangi stres, mengurangi beban pikiran, itulah saat-saat endorfin kita dirilis. Candaan "lari dari kenyataan" yang entah berapa kali saya dengar memang menjengkelkan, karena yang lebih tepat adalah berlari ketika ada masalah atau beban pikiran. Candaan yang lebih tepat dan lebih lucu ya "semakin jauh jarak dia berlari, semakin besar masalah yang tengah ia hadapi".</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Ketika berlari, saya berdialog dengan diri sendiri, memikirkan ini-itu, berbagai macam hal hingga pada titik tertentu keresahan atau kegundahan itu hilang. Tentu, masalah yang sebenarnya tidaklah hilang, tapi perasaan dan hati kita lebih nyaman, serta pikiran kita semakin jernih. Saya bersyukur soal lari ini, tapi soal menulis ini yang lagi dan lagi, harus dan harus saya biasakan kembali.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Hal kedua, bahwa ternyata kualitas saya di beberapa hal masih begitu-begitu saja, atau hanya meningkat sedikit dalam beberapa tahun. Ada orang bilang kalau kita membaca tulisan lama kita dan kita masih tertegun, barangkali memang kualitas tulisan kita belumlah meningkat. Ketika saya membaca tulisan saya bertahun-tahun lalu itu, rasa "tertegun" itu ya ada, ada semacam "loh kok dulu bisa menulis yang seperti itu?" Saya lantas berefleksi, oh tentu saja, <i>input </i>yang saya terima kala itu barangkali jauh lebih baik dan berkualitas daripada sekarang. Setidaknya dua hal, buku-buku yang saya lahap dan efek rutinan Maiyahan masih melekat. Daripada hal pertama, hal kedua ini yang rasanya cukup sulit saat ini, dengan berbagai alasan atau faktornya. Di satu titik, soal urusan fisik saya meningkat, tapi urusan jiwa, urusan pikiran, saya khawatir ada kemunduran. Tentu mestinya tidak perlu banyak berbicara, lakukan saja.</p><p style="text-align: justify;"><br />Sementara hal ketiga adalah yang kita tulis di masa lalu bisa jadi adalah hal yang masih akan kita rasakan di masa depan. Saya merasa seolah menulis untuk diri saya di masa depan, seolah kala itu saat saya menulis saya berkata "mungkin di masa depan, di entah kapan, kamu akan merasakan hal yang serupa, maka tulisan ini lahir, tak hanya untuk mengurai keresahan dan kegundahan saat ini, namun untuk masa depan, kala kamu merasakan hal yang serupa."</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Barangkali saya harus berterima kasih kepada diri saya di masa lalu, yang telah menulis sekian tulisan, yang sore ini saya baca kembali, yang berhasil menampar saya, akan berbagai macam hal. Tentu tidak ada ketidaksengajaan melainkan Tuhan sudah kasih jalannya, entah dari jalur mana, yang jelas saya melaluinya dan menemukannya. Rasanya tepat bagi saya untuk mengatakan kepada diri saya sendiri, "teruslah berusaha untuk menulis, mungkin bukan untuk orang lain, tapi untuk dirimu, entah di masa ini, atau di masa depan."</p><p style="text-align: justify;">Sekian, alhamdulillah.</p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-39315656279058551812023-09-27T16:47:00.006+07:002023-09-27T16:49:54.507+07:00Cerita tentang Berlari (1)<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div></div><div style="text-align: justify;">Mereka yang pernah dan sedang menekuni lari mungkin sepakat, olahraga ini dapat direfleksikan ke berbagai hal, termasuk ke wilayah kehidupan. Bagaimana lari begitu lekat dengan arti daya tahan, disiplin, konsistensi, semangat, penuntasan, daya juang, dan berbagai hal lain. Tentu, lari jarak berapapun bisa untuk direfleksikan ke dalam kehidupan. Namun, jika ada satu jarak yang sangat mencerminkan hal itu, tiada lain adalah jarak Marathon (42,195KM). Mereka yang pernah berlari marathon, tentu dengan latihan panjangnya, merasakan betul apa itu disiplin, kerja keras, termasuk ketakutan cedera hingga gagal mulai (Did Not Start/DNS) atau gagal selesai (Did Not Finish/DNF).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Juli ini saya menyelesaikan Marathon kedua saya, di tempat dan rute yang sama, namun dengan catatan hasil yang jauh lebih baik dan memuaskan, meski tentu dengan beberapa catatan. Menggelikan kadang, kadang sebagian orang tidak mengerti juga: anda lari jauh-jauh sepanjang 42.195 kilometer, bayar pula dengan harga yang tidak murah. Namun, bagi mereka yang mengerti, terlebih yang mengalami, Marathon lebih dari berlari sepanjang jarak tersebut. Jika, soal masalah bayar mahal berarti membeli rute, pengamanan, kenyamanan, serta <i>refreshment </i>sebelum, saat, dan setelah lari, nilai yang didapat pelari marathon lebih besar dari itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya berlatih sekitar sejak tujuh bulan sebelum lomba, dengan tiga bulan awal penyesuaian intensitas lari (3-4x sepekan) yang dipuncaki dengan <i>time trial </i>5K sebelum Ramadhan. Latihan lalu sangat berkurang di Ramadhan lalu mulai kembali empat bulan jelang lomba. Empat bulan latihan dengan <i>training plan </i>yang ketat. Berlatih 3-5x sepekan, dengan berbagai volume dan intensitas latihan: <i>easy run, long run, fartlek, interval training, tempo run, treshold run</i> dan lainnya. Lelah letih latihan lalu dihajar harap cemas karena cedera akibat kebodohan: tidak menggunakan sepatu yang tepat. Cedera yang menganggu dan berjarak kurang dari sebulan jelang lomba. Ketakutan akan DNS sempat muncul, hingga akhirnya sepekan jelang lomba, kondisi begitu membaik, dan bisa mengikuti lomba sesuai jadwal. Saya tak akan menceritakan bagaimana detail lomba, singkatnya saya berhasil finish dengan catatan waktu 20 menit lebih cepat daru marathon pertama saya, hasil yang memuaskan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lalu saya ingat, jauh sebelum ini, empat tahun silam di ajang yang sama, saya menyaksikan mereka yang finish Marathon di garis finish. Wajah haru, sumringah, tangis, dan sebagainya bercampur aduk. Saat itu saya hanya bisa berharap, semoga suatu saat saya bisa finish di jarak itu, merasakan rasa haru, sumringah, tangis bahagia yang mereka rasakan. Tentu saja, ini sepaket dengan rasa sakit, letih, lelah dalam berlatih. Mungkin perasaan yang sama ketika saya finish lomba 5K untuk pertama kali, lalu melihat mereka yang bisa berlari dan finish di jarak 10K. Tahun lalu akhirnya saya pertama kali merasakan itu, hasil latihan yang dilahap berbuah rasa bahagia dan haru. Begitu pula dengan tahun ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya selalu berkata, berlari terlebih Marathon adalah suatu pembukitian kepada diri sendiri, bahwa saya bisa melakukan sesuatu, melakukan hal yang begitu berani, karena lari dengan jarak sejauh itu cukup ekstrem dan bisa mengancam jiwa. Sebuah pembuktian bahwa saya bisa mencapai sesuatu, sesuatu yang diraih dengan kerja keras, yang dibayar tuntas dengan selesai di rentang waktu yang ditentukan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jika direfleksikan ke dalam kehidupan, saya belajar banyak. Seseorang berkata, mereka yang pernah berlari Marathon dengan segala latihannya, mestinya menjadi pribadi yang lebih tahan banting, menjadi pribadi yang lebih tahan untuk bekerja keras, untuk disiplin, dan siap dengan banyak hal yang tak terduga. Marathon mengajari saya untuk tidak menyerah, untuk menyelesaikan apa yang dimulai, untuk terus melaju hingga batas kemampuan. Di sisi lain Marathon mengajari saya untuk tahu batas kemampuan, untuk tahu kapan berhenti, untuk tahu kapan terus lanjut. Karena konon dalam hidup harus tahu kapan menginjak pedal gas, kapan menginjak rem.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Berlari bahkan bagi mereka non-atlet atau non-elite, akan selalu memilik arti tersendiri. Jika untuk atlet, lihat saja momen terdekat kemarin saat Berlin Marathon (salah satu dari enam World Marathon Majors), bagaimana begitu berartinya berlari dan tentu saja menang dalam lomba itu.</div><div style="text-align: justify;">Bagi mereka pelari rekreasional, akan bermacam-macam lagi. Ada mereka yang menjadikan lari sebagai <i>me-time</i>, waktu untuk berbicara dengan diri sendiri. Ada juga yang upaya untuk sembuh dari sakit, upaya untuk kesehatan mental, dan lain sebagainya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Maka, pada akhirnya lari tidak sesederhana itu, meski kini seringkali ditampilkan dengan gemerlap <i>running gear</i> dan mahalnya biaya lomba, namun tetap, pada dasarnya berlari, terlebih Marathon, memiliki arti yang lebih besar dari sekadar bergerak dan berolahraga.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-82156034340254990562023-01-31T11:04:00.003+07:002023-01-31T11:04:27.551+07:00Dunia Maya Kuadrat<div style="text-align: justify;">"Sosial media itu dunia maya kuadrat," begitu Mbah Jiwo (Sudjiwo Tejo) berujar, "karena kehidupan di dunia ini pun sudah dunia maya. Dunia (kehidupan) sesungguhnya itu nanti setelah kita terbangun dari kematian." Kutipan ini <i>nyantol</i> di pikiran saya beberapa waktu terakhir, meski bukan pertama kali mendengar ujaran serupa dari beliau, namun yang sekarang ini <i>nyantol</i> menancap terus. Sekurang-kurangnya ada dua hal yang bisa dibicarakan: sosial media yang begitu maya dan artifisial; hidup sesungguhnya adalah nanti selepas bangun dari kematian.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kemayaan sosial media yang menciptakan keartifisialannya ini sudah barang tentu mudah dipahami, meski begitu tetap saja kadang kita terjebak di dalamnya. Gagal paham besar kalau memahami apa yang tampil di sosial media adalah kenyataan senyata-nyatanya di dunia nyata (yang juga masih maya menurut kutipan tadi). Ini bukan tentang semacam artifisialnya tampilan rupa yang tampil di sosial media lalu berwujud berbeda dengan di dunia nyata, namun tentang apa yang hendak ditampilkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sadar atau tidak sadar, kita memilih apa yang hendak ditampilkan di etalase sosial media kita, apapun sosial media itu. Ada yang memilih mengekspresikan se-ekpresif-ekspresifnya apa yang dirasakan, bisa kesedihan, kebahagiaan, kemurungan, kesenangan, kemarahan, atau lainnya. Ada yang memilih untuk menonjolkan satu-dua atau sebagian sisi dirinya sebagai citra diri. Ada pula yang cukup melimitasi apa yang ditampilkan, juga ada yang tak hendak menunjukkan apa-apa selain untuk melihat-lihat apa yang nampak di sana.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Memahami dan menyadari pilihan-pilihan ini mestinya bisa membuat kita lebih awas akan apa yang ditampilkan orang-orang lain di sosial medianya. Contoh sederhana, memahami bahwa orang cenderung menampilkan hal-hal yang bahagia dan tak menampilkan sisi-sisi kepedihannya bisa membuat kita tidak merasa iri atau rendah saat melihatnya, karena sebagaimana kita, orang lain pun masing-masing memiliki sisi bahagia dan sisi kesedihannya masing-masing, dan sebagaimana kita, orang lain pun bisa memilih untuk hanya menunjukkan sisi bahagia dibanding sisi kesedihan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pun dengan memahami pilihan-pilihan itu, kita bisa memilih secara sadar apa yang hendak ditampilkan, dan apa yang kita tidak berkenan untuk ditampilkan atau diketahui orang lain. Misalnya, di salah satu akun sosial media, saya menampilkan diri sebagai seorang pelari dengan seringnnya membagikan cerita seputar lari. Tentu ada juga hal lain yang ditampilkan atau dibatasi atau tidak ditampilkan sama sekali. Saya tidak menampilkan atau membatasi tentang keluarga saya di sosial media, karena berulang kali saya berpikir "untuk apa juga orang tahu tentang hal ini? orang-orang cukup tahu kalau saya begini dan begitu."</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat kamu menyadari bahwa serpihan-serpihan informasi yang dibagikan di sosial media atau apapun yang bertebaran di internet bisa dihimpun dan menunjukkan siapa kamu, maka di situ bisa jadi kamu akan membatasi apa yang perlu dan tidak perlu kamu tampilkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sosial media itu dunia maya kuadrat, maka tak perlu serius-serius amat dan perlu sekali kita bedakan dengan dunia nyata (yang juga maya). Apa yang ditampilkan di dunia maya kuadrat itu bisa jauh berbeda dengan yang kamu temui di dunia nyata, meski kadang lucu juga kala kita mengetahui kabar orang lain bukan dari bertanya atau mengobrol, tapi dari apa yang dibagikan di sosial medianya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bekerja dari rumah selama hampir tiga tahun lebih-lebih lagi menyadarkan saya soal itu, saya bisa mengetahui kabar seseorang bekerja di mana, tinggal di mana, justru dari sosial media. Lucu tapi juga ironis kala menanyakan kabar secara langsung terasa tidak biasa dibanding mengetahui kabar lewat apa yang dibagikan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Rasanya masih banyak yang bisa kita bicarakan mengenai dunia maya kuadrat ini, tapi tentu untuk saat ini perlu dibatasi, pun tentang apa yang akan dibicarakan mengenai "hidup sesungguhnya adalah nanti selepas bangun dari kematian". Mari kita bicarakan lain waktu, karena sekarang saya begitu lapar..</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">(Ini adalah juga tulisan lepas selepas-lepasnya.)</div>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-33997450502143303012022-09-23T17:38:00.002+07:002022-09-23T17:38:47.885+07:00Penyesuaian Posisi<p style="text-align: justify;"> Di dalam futsal, selain posisi kiper, terdapat tiga posisi lain: <i>Pivot, Flank, </i>dan <i>Anchor</i>. Di dalam formasi 1-2-1, maka terdapat satu <i>Anchor </i>di belakang, dua <i>Flank</i> masing-masing di kiri-kanan, dan satu <i>Pivot </i>di depan. Masing-masing pemain di posisinya memiliki karakteristik tersendiri untuk bisa bermain di posisi tersebut. <i>Anchor </i>sebagai pertahanan terakhir sebelum kiper, tentu memiliki kekuatan untuk menghentikan lawan, membaca pergerakan lawan dan sebagainya. Sementara <i>Flank</i> biasanya memiliki kelincahan dan kecepatan, belum lagi <i>dribbling</i> yang ciamik. Berbeda lagi tentunya dengan <i>Pivot</i>, sebagai ujung tombak penyerangan, bisa menjadi pemantul bagi pemain lain atau pun menjadi <i>finihsher</i>.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Sedikitnya itu yang saya ketahui, tentu pasti ada berbagai perkembangan dan permutasi di tiap posisi pemain. Sejak kecil dalam bermain futsal, saya berposisi sebagai <i>Pivot</i> atau ya <i>striker </i>lah, saya tidak mempunyai kemampuan <i>dribbling</i> yang mumpuni, pun <i>body balance</i> yang kokoh untuk bisa menjadi <i>anchor</i>, namun saya senang menembak bola. Tidak bisa dibilang jelek dan terlalu bagus juga sebetulnya, kategori cukup lah. Begitu pun saat kuliah, jika ada permainan futsal, saya menempatkan posisi di depan, atau setidaknya jadi <i>flank</i>, tapi tidak jadi <i>anchor</i>.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Lain lawan dan lain kondisi tentunya bikin perbedaan. Di lingkungan kerja, saat bermain futsal -sebelum pandemi-, saya teteap bergantian di dua posisi itu, kadang menempatkan diri sebagai <i>finisher</i> kadang sebagai pengumpan dan memberikan asis. Namun, kondisi ternyata berbeda selepas pandemi, cukup kehilangan sentuhan, meski secara stamina dan kecepatan saya punya (tentu karena rutinitas berlari yang membuat keduanya muncul), sentuhan akhir atau tembakan saya tidak sebagus dulu, tendangan sering diblok dan sebagainya. Apalagi dengan kebiasaan saya untuk menerapkan <i>high-pressing</i> di area lawan (karena percaya akan stamina saya), itu bikin saya mesti bergerak ke sana ke mari, hasilnya sehabis futsal ya tentu pegal dan sakit kaki di sana sini.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Melihat hal ini, di permainan terakhir beberapa hari lalu, saya memutuskan berada di posisi belakang, <i>anchor</i>. Melihat biasanya posisi ini sering dilupakan dan berakhir dengan kebobolan karena <i>counter </i>cepat dari lawan. Saya tidak memiliki kekuatan yang cukup, tapi kecepatan iya. Bermain di belakang membuata saya lebih banyak bersentuhan dengan bola, karena operan langsung dari kiper atau dari pemain lain untuk dikembalikan ke belakang. Enaknya adalah bisa melihat posisi pemain lain dan memiliki ruang yang cukup untuk memberikan umpan. Saya pikir kemampuan <i>passing ball </i> saya cukup akurat, terlebih di kondisi yang baik, saya bisa mengoper bola secara langsung, baik melalui bawah, atas, maupun <i>chop ball</i>.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Mencoba posisi ini ternyata membuat saya lebih nyaman, selain menghemat stamina dan tidak bikin kaki sakit-sakit, di posisi ini saya bisa memainkan bola lebih lama, dan memutuskan mencoba <i>zonal marking </i>atau <i>man-to-man marking</i>. Tentu saja ini analisa asal-asalan saya, namun saya pikir <i>zonal marking </i>tepat ketika pemain lawan tidak terlalu menonjol, ketika tidak terlalu banyak mengandalkan individu. Berbeda saat <i>man-to-man </i>marking yang cukup menguras stamina, tapi ketika cocok, bisa tepat untuk mematikan lawan. Itulah yang saya lakukan, melakukan <i>man-to-man marking </i>ke seorang pemain yang <i>skilfull. </i>Saya mengikutinya ke sana ke mari dan bikin dia tidak bisa dioper orang lain. Efektif, namun mesti dibarengi pemain lain untuk menutup lawan lainnya. Tapi secara keseluruhan, saya menikmati posisi baru itu, dan sepertinya akan melakukannya lagi di permainan berikutnya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Di perjalanan pulang, kebahagiaan sederhana itu saya refleksikan ke kehidupan. Posisi, pertukaran, penyesuaian, kemampuan utama, dan sebagainya. Tiap orang memiliki kemampuan masing-masing, memiliki karakteristiknya masing-masing. Meski begitu, orang tersebut bisa berada di berbagai posisi di kehidupan. Seseorang bisa berada di posisi sebagai ayah, sebagai ibu, sebagai anak, sebagai kakak, sebagai adik, sebagai suami, sebagai istri, sebagai teman, sebagai manajer, sebagai karyawan, dan sebagai lain-lainnya. Karakteristik orang bisa tetap sama, tapi dengan posisinya yang berbeda di kehidupannya, maka penyesuaianlah yang mesti dilakukan</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Katakanlah, di futsal saya merasa oke dalam hal <i>passing</i> atau mengoper bola, maka meski di posisi mana pun, kemampuan itu tetap ada, hanya kapan iya harus keluar dengan tepat di posisi yang sedang dimainkan, dikeluarkan sesuai proporsinya. Saya kira begitu juga dalam kehidupan, katakanlah kita memiliki kesabaran, dan pelaksanaan kesabaran itu bisa berbeda bergantung kondisi dan posisi kita. Ada kesadaran yang berbeda dalam menjalani posisi itu. Berbeda posisi maka berbeda pula kesadarannya. Kesadaran sebagai seorang anak di satu tempat, akan berbeda dengan kesadaran sebagai seorang suami atau istri di tempat lain, atau pun sebagai karyawan atau manajer. Tidak bisa kita berada di satu posisi dengan kesadaran di posisi lain, yang akan terjadi adalah ketidaktepatan dari perilaku dan pemikiran.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Kemampuan dan karakteristik kita tetap sama di berbagai posisi kehidupan, namun kapan kita keluarkan, bagaimana mengeluarkannya dan dengan proporsi yang tepat, itulah yang mesti diperhatikan. Penyesuaian posisi hidup membuat kita tahu kapan mesti berbuat ini, kapan mesti berbuat itu, kapan mesti berbicara ini, kapan mesti berbicara itu. Tidak bisa dengan kata "ya karena memang begitu dia orangnya", tidak, tapi penyesuaian yang tepat dengan posisi apa yang dia jalani sekarang, itulah yang mesti diperhatikan.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Demikian.</p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-82774150281349632642022-08-14T10:00:00.005+07:002022-08-17T19:40:57.067+07:00Membayar Rindu Maiyahan<p style="text-align: justify;">"Membayar rindu dua setengah tahun" jadi "misi" yang saya lakukan semalam. Setelah terakhir kali bermuwajahah dalam lingkar Maiyah Kenduri Cinta Februari 2020 lalu, semalam rindu itu dibayar tuntas. Pandemi tentu menjadi alasan utama, lalu setelahnya semenjak Taman Ismail Marzuki (TIM) direnovasi, Kenduri Cinta berpindah-pindah hingga akhirnya kembali ke huma, ke rumahnya di TIM bulan lalu, juga bulan ini. TIM yang menjadi rumah Kenduri Cinta sejak Juni 2000 yang setiap bulannya dihadiri ribuan orang. Meski begitu, sedikit sekali yang menyadari keberadaannya, bahkan pengurus TIM pun ada yang baru tahu bahwa Kenduri Cintatelah ada di TIM sejak 22 tahun lalu.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Begitulah Kenduri Cinta, begitulah Maiyah, begitulah Cak Nun dan KiaiKanjeng (CNKK). Ada yang dianggap tak ada, yang asing, yang tak dianggap, tak diperhitungkan. Tentu eksistensi semacam itu tidak menjadi tujuan, CNKK dan Jamaah Maiyah terus bersedekah dalam Sinau Barengnya di lingkar-lingkar Maiyah.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Lingkar-lingkar yang <i>almutahabbina fillah</i>, yang mencintai sesama karena Allah, yang bersama-sama berusaha mencintai Allah dan Rasul-Nya, yang bersama-sama bershalawat memohon syafaat Nabi-Nya. Maiyah adalah kebersamaan bersama-Nya dalam cinta-Nya dan cinta pada-Nya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Maiyah menjadikan mereka pribadi-pribadi yang tekun dan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing. Sehingga mereka menjadi orang yang dapat diandalkan dan menjadi ahli di bidangnya. Juga menjadi pribadi yang tahu patrap nilai dan sangkan paran. Tak hanya menjadi bener, namun juga pener.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Dua setengah tahun lamanya menahan rindu, lalu dibayar tuntas semalam. Tak hanya Sinau Bareng ber-Maiyahan seperti biasa, terlebih spesial dengan pentas teater "Waliraja-Rajawali" oleh Teater Reriyungan diiringi Gamelan KiaiKanjeng. Teater yang dipentaskan di ruangan terbuka dan kolosal di Plaza Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki, sebuah privilise mahal yang dinikmati ribuan orang semalam.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Hal yang juga membahagiakan saya semalam adalah melihat Mbah Nun yang terlihat sehat dan segar. Alhamdulillah.</p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-88717179811788992232022-08-13T11:00:00.013+07:002022-08-17T19:52:28.757+07:00Dua Buku Sebelum Maiyahan<p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW6pz_UPGcWnbXEoM3jllIO9xPNGI7UtRtlQ2XXevKc_yh1VLhqcN5YfbV4wo66KnEVg3VNNSxEskAJbOt69EyjV-kSidtWUfWInz-WpxUPMZ9vML0tyZiW0YByX0ENH_NgSzdb3eFOmXu-lLbOyndAWqjNEWWHvDsPHGo7U_9oDLpt0S1NPjHI3p3/s1350/298924361_366098449021275_3632839320018222024_n.webp" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW6pz_UPGcWnbXEoM3jllIO9xPNGI7UtRtlQ2XXevKc_yh1VLhqcN5YfbV4wo66KnEVg3VNNSxEskAJbOt69EyjV-kSidtWUfWInz-WpxUPMZ9vML0tyZiW0YByX0ENH_NgSzdb3eFOmXu-lLbOyndAWqjNEWWHvDsPHGo7U_9oDLpt0S1NPjHI3p3/s320/298924361_366098449021275_3632839320018222024_n.webp" width="256" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnh05HAPLnnGjgg3NBMNEezy4TxeP77bk6nuAJ1g01jEJwsaKt34g39HiKG6kZXEiup0Oa0Uu8qcG5OiE2sUsXmKAbnDEo6B2RS1lQhdjasvjPruZp6chbnaM0j--NqK7LAFWXzJ92IInl_GfkKvPr1drp1V5QAhtffWWhsZtuQsV6-3Llx7KPGhvw/s1350/299029098_356790893323973_6511663960014753616_n.webp" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnh05HAPLnnGjgg3NBMNEezy4TxeP77bk6nuAJ1g01jEJwsaKt34g39HiKG6kZXEiup0Oa0Uu8qcG5OiE2sUsXmKAbnDEo6B2RS1lQhdjasvjPruZp6chbnaM0j--NqK7LAFWXzJ92IInl_GfkKvPr1drp1V5QAhtffWWhsZtuQsV6-3Llx7KPGhvw/s320/299029098_356790893323973_6511663960014753616_n.webp" width="256" /></a></div><p style="text-align: justify;"><br /></p>Saya sempat -dan barangkali masih- mengalami <i>reading slump</i> yang menyebalkan, terhenti membaca buku-buku. Jangan tanya kenapa, <i>reading slump</i> memang begitu, kadang enggak jelas, pokoknya sedang malas baca saja. Bisa jadi karena bosan, bisa jadi karena jenuh, atau tidak suka dengan topik yang dibaca, dan sebagainya.<p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Konon, salah satu cara mengatasinya adalah dengan membaca jenis buku yang disuka, atau ya penulis yang disuka. Tentu masih banyak cara lainnya. Saya memilih cara itu. Terseok betul saya untuk mau baca buku lagi. Pilihannya "tidak mengejutkan", ya baca buku Simbah (Mbah Nun) lagi. Meski ada rasa "baca buku Simbah terus", tapi ya tak apa-apa lah daripada tidak sama sekali. Sudah mau mulai baca lagi saja sudah lumayan kok.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Nah, dua buku Simbah ini yang terakhir kali saya selesai baca, dan menjadi pilihan yang tepat bagi saya. Dua buku yang sedikit berbeda, meski sama-sama dihimpun dan dikelompokkan dari berbagai tulisan Simbah. Dua buku yang ringan namun terasa lebih dekat dan personal.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><i>Mbah Nun Bertutur</i> seperti tertulis di sampul bukunya, bercerita banyak mengenai Teater Dinasti, Gamelan Kiai Kanjeng, hingga Maiyah. Meski begitu, porsi Teater Dinasti beserta orang-orang di dalamnya serta masa awal-awal Simbah di Jogja lebih banyak. Ada cerita Simbah yang berpindah-pindah tempat selama di Jogja, juga tentang beberapa orang yang berperan penting di masa mudanya. Saya lupa siapa saja, tapi bila mau baca beberapa tulisan mengenai Pak Nevi Budianto, Sang Maestro KiaiKanjeng, kita bisa menemukannya di sini.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Sedang <i>Mereka yang Tak Pernah Mati</i> lebih banyak bercerita tentang mereka yang dekat dengan Mbah Nun, yang kemudian beliau tulis tentang mereka-mereka ini. Tak melulu mereka yang telah meninggal, seperti misalnya Syaikh Kamba, Kiai Muzammil, dan Umbu Landu Paranggi, namun juga untuk mereka yang masih hidup menemani Simbah dan Jamaah Maiyah, katakanlah Sabrang MDP (Noe), anak beliau sendiri.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Tulisan tentang Cak Fuad (Ahmad Fuad Effendy, kakak kandung beliau) ditulis beberapa kali dan cukup panjang. Tulisan yang menggambarkan betapa dekat dan berjasanya Cak Fuad bagi Mbah Nun, dan tentu saja Jamaah Maiyah, karena beliau jugalah Marja' Maiyah, yang menjadi rujukan bagi Jamaah Maiyah.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Saya membaca buku yang tepat, di masa kerinduan bertatap muka melingkar di majelis-majelis Maiyah yang lebih dari dua tahun tidak saya ikuti, baik karena pandemi ataupun jarak yang lumayan juga.</p><p style="text-align: justify;">Dua buku ini bagi saya terasa sangat dekat dan personal, cukup memuaskan saya untuk mengetahui lebih banyak tentang Mbah Nun. Tulisan-tulisannya di kedua buku ini menggambarkan sekilas perjalanan beliau serta mereka yang dekat dan mungkin berkesan baginya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Semoga pula menjadi sebuah lecutan untuk kembali membaca, bukan untuk gimana-gimana, sekadar untuk menjaga pikiran.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">***</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">KA Cikuray, 13 Agustus 2022, di perjalanan untuk membayar rindu menuju Majelis Masyarakat Maiyah Kenduri Cinta.</p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-25254007777304577002022-06-17T17:06:00.001+07:002022-06-17T17:06:27.480+07:00Just Short Though<p>Meski masih percaya dan mungkin memang terbukti bahwa menulis adalah terapi, ditambah keinginan untuk kembali menulis sesuatu, namun ternyata tak kunjung juga dimulai. Jika beralasan tidak ada hal yang bisa ditulis, ya enggak juga, toh di momen-momen tertentu ada hal yang ingin dituliskan.</p><p>Setelah dipikir-pikir barangkali kegiatan lain yang menjadi terapi: berlari. Lari pun dikatakan bisa menjadi terapi, memperbaiki <i>mood </i>karena ada hormon yang memengaruhinya. Tentu efeknya bertahan beberapa waktu, tapi bisa jadi ada hal-hal lain yang memengaruhi.</p><p>Mestinya memang menulis tak melulu mencurahkan kegelisahan, atau berangkat dari kegelisahan, bisa saja kan dari kesenangan? Dari kebahagiaan atau hal-hal lain yang menyenangkan. </p><p>Tulis saja dulu, termasuk apa yang sedang ditulis ini, mulai saja dulu.</p><p>Ada waktu setidaknya setengah jam sebelum mulai bekerja setiap hari yang bisa dimanfaatkan. Waktunya ada, tapi mungkin faktor lain yang memengaruhi? Banyak sebetulnya yang ingin dituliskan, ini-itu saat di perjalanan, saat rileks di sela-sela kerja, dan lainnya. </p><p>Betul memang, jangan selalu menunggu momen, lanjutkan saja hingga kala momennya tiba, kamu siap.</p><p> </p><p><br /></p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-50663368177988228392022-01-15T07:34:00.004+07:002022-01-15T07:34:50.032+07:00Tentangmu, Ya Muhammad<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhUeJ9GfcmzBip9HkFrVw8n4gvk7qCq5VFrvvT7eRKb030pydw6-zkuIYlymShxqD19kecNiELUZmWf16GGBHVA3vYl6tVLe5QIZdDT8C4zF34E1l9mdsgQf-EzWnczz1p1w-1ifIvjMUyDiMxJjzlFOxykSqoqFjsZPT7IdMiuK0Txt19JS_D46ugp=s4608" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Ummati, Ummati. Puisi Emha" border="0" data-original-height="4608" data-original-width="3456" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhUeJ9GfcmzBip9HkFrVw8n4gvk7qCq5VFrvvT7eRKb030pydw6-zkuIYlymShxqD19kecNiELUZmWf16GGBHVA3vYl6tVLe5QIZdDT8C4zF34E1l9mdsgQf-EzWnczz1p1w-1ifIvjMUyDiMxJjzlFOxykSqoqFjsZPT7IdMiuK0Txt19JS_D46ugp=w300-h400" title="Ummati, Ummati. Puisi Emha" width="300" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Tuhan bilang siapa yang mencintai-Nya, maka hendaklah ia mengikuti engkau, kekasih-Nya.</p><p>Ah ini tentang cinta.</p><p><br /></p><p>Dan Muhammad sendiri adalah pribadi penuh cinta, yang tak tega serta amat belas kasih dan sayang, yang ra'uf dan rahim pada al-mu'min.</p><p><br /></p><p>Dan Muhammad adalah rahmat bagi semesta, yang menjadi penyempurna akhlak, menjadi contoh bagaimana seharusnya makhluk, lalu untuk tunduk mendekat pada Khalik.</p><p><br /></p><p>Ya Muhammad Ya Nabi, Tuhan menyebutmu "la'alā khuluqin 'aẓīm", berada di atas budi pekerti yang agung.</p><p>Tapi tak benar-benar dan jauh aku dalam mengikuti akhlakmu.</p><p><br /></p><p>Ya Muhammad Ya Rasul, Tuhan bilang teladan yang paling baik adalah engkau, namun tak sungguh-sungguh aku meneladanimu, mengikuti sunahmu.</p><p><br /></p><p>Tuhan perintahkan untuk bershalawat padamu, maka itulah yang juga kulakukan, berharap semoga Tuhan berkenan memberi rahmat-Nya.</p><p><br /></p><p>Aku ingin bilang, "I love you, Muhammad," tapi aku takut itu hanya ucapan belaka.</p><p>Engkau pula kubawa untuk menghadap pada-Nya, berdialektika dalam Segitiga Cinta.</p><p><br /></p><p>Duhai Kanjeng Nabi, pelan-pelan aku ingat-ingat engkau, membaca sirah-sirahmu, bershalawat padamu, berharap syafaatmu dan sambutanmu kelak di Telaga Kautsar.</p><p><br /></p><p>Ya Nabi, pernah kubayangkan engkau duduk di depanku dengan segala keindahanmu, lalu aku mencoba membacakan Al-Qur'an, padahal aku tak seperti Usaid bin Hudhair yang lantunan Qurannya disimak malaikat.</p><p><br /></p><p>Ya Rasul, aku terbata, tak keluar sepatah kata, bagaimana mungkin di hadapanmu aku sanggup membaca kalimat-kalimat yang Tuhan turunkan padamu untuk kami ummatmu?</p><p>Tangisku mengucur, betapa ingin aku memelukmu, betapa ingin aku disayang engkau, meski tingkah lakuku masih kacau balau.</p><p><br /></p><p>Ya Muhammad, shalawat dan salam untukmu, terlimpah padamu.</p><p>Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad!</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>(Dan puisi Emha -yang kupotret- tentangmu ini, menggerakanku untuk terus berusaha ingat dan bershalawat padamu).</p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-68342684515173986192022-01-14T17:09:00.003+07:002022-01-14T17:09:55.840+07:00Vertigo<p style="text-align: justify;">Kemarin terasa mengerikan dan bikin kaget. Kepala tiba-tiba terasa berputar, berdiri dan berjalan sulit, bergoyang, belum pula ditambah mual yang menekan. Nyeri yang tidak biasa. Kata dokter kemungkinan vertigo. Oh vertigo. Pusing kepala yang terasa berputar-putar itu terasa cukup mengerikan. Vertigo, pusing yang selama 20an tahun sebelumnya hanya pernah dengar saja dan kata orang ini sangat tidak mengenakan. Betul, namanya saja yang agak keren, kalau sudah kena ya tidak ada keren-kerennya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Kepala lagi, lagi-lagi kepala. Sebelumnya sudah akrab dengan <i>migraine</i>, nyeri kepala sebelah yang tak kalah mengerikannya. <i>Migraine</i> dengan aura, namanya sih keren, "aura", tapi saat aura itu muncul, pengelihatan sangat terganggu dan pertanda akan ada rasa sakit yang menekan cukup hebat di salah satu bagian sisi kepala, terkadang hingga pelipis. Bedanya, karena telah akrab dengan <i>migraine</i>, ada langkah-langkah yang sudah biasa dilakukan, yang jelas ruangan harus gelap dan jangan ada suara bising. Cahaya dan suara bising begitu menganggu saat <i>migraine</i> datang.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Biasanya posisi sujud yang lama akan membantu saat sakit kepala akibat kurang tidur, juga <i>migraine</i>. Tapi vertigo ternyata berbeda, memindahkan posisi kepala dari duduk lalu sujud hanya akan membuat terasa begitu pusing dan berputar. Betapa akhirnya menyadari nikmatnya sujud saat shalat. Diserang vertigo bikin saya tidak bisa shalat dalam kondisi normal. Ah jangankan kondisi normal, dalam posisi duduk pun tak memungkinkan, maka shalat maghrib-isya saya kala itu dilakukan dengan berbaring. Oh betapa nikmatnya ruku dan sujud yang sempurna. Vertigo bikin pusat keseimbangan goyah, maka dunia terasa betul berputar, mengerikan.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Kelelahan, terlalu lama melihat layar, kurang minum, dan kurang asupan makanan konon bisa jadi penyebabnya. Ada kekhawatiran apakah vertigo ini akan menyerang kembali? Ah janganlah, cukup <i>migraine</i> saja -yang kata dokter sudah mencapai tingkat berat- yang kadang datang, ya itupun tolong jangan sering-seringlah. Setahun sekali itu sudah terhitung sering dan menyiksa. Dua jenis sakit kepala yang mengerikan. Ada apa sama kepalaku? Khawatir betul sesuatu terjadi dengan kepala. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Gempa sore ini sempat bikin bingung, lho ini vertigo muncul lagi atau gempa? Oh ternyata gempa, <i>finisher medal </i>yang digantukan dekat meja kerja bergoyang, pun begitu dengan jaket, lampu dan pintu. Ah syukurlah bukan vertigo, eh tapi ini gempa!</p><p style="text-align: justify;"><i>Lalu saya pun bergegas keluar rumah.</i></p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-84405802326614889232022-01-05T17:16:00.007+07:002022-01-05T17:17:19.341+07:00New Year, New...<p style="text-align: justify;"><i>Lho </i>sudah tahun baru lagi ternyata. Tahun 2021 kemarin terasa berlalu cukup cepat, barangkali selain karena pandemi yang bikin saya bekerja dari rumah (yang saya senangi itu), juga karena saya cukup menikmati kerjaan saya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Tahun baru, ya beberapa tahun terakhir ini saya senang dengan tahun baru, bukan karena dar-dor kembang api di jam dua belas malam, tapi karena pagi hari esoknya jalanan lebih lengangn daripada hari libur lainnya, mungkin hanya lebaran Idul Fitri saja yang mirip-mirip. Lengangnya jalan ini menyenangkan karena bisa berlari dengan lebih nyaman. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Dulu waktu masih kecil, ya malam tahun baru itu kesempatan bagi saya untuk begadang, biar bisa lihat kembang api dari rumah. Saya tinggal naik ke rangkaian besi penyangga torn air untuk melihat ke arah barat, tempat orang-orang merayakan pergantian tahun, tak jarang juga ada semacam lampu besar yang ditembakkan ke langit, mirip seperti di film Batman.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Selain itu, malam tahun baru saya manfaatkan juga untuk nonton film. Maklum, dulu belum ada Netflix dan sebagainya, terlebih biasanya pada malam tahun baru film-film yang disajikan itu tayang perdana di TV, <i>premiere</i> lah istilahnya. Lain waktu kecil lain juga saat masa-masa kuliah. Beberapa tahun waktu kuliah, saya ikutan bermalam di masjid, biasanya di Masjid PUSDAI Bandung, banyak penceramah yang menarik. Ya saya memang nggak begitu suka keramaian, utamanya yang terlalu gemerlap begitu, jadi ya bermalam di masjid denger penceramah itu ya dirasa lebih bermanfaat.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Berbeda masa berbeda saya melewati malam pergantian tahun. Makin ke sini ya makin seperti "ya sudah, ini pergantian tahun saja seperti biasa, tidak begitu spesial." Dulu, saya ikut-ikutan juga bikin resolusi tahun baru, ya gak jalan juga sih, karena sepertinya targetnya juga terlalu muluk. Semakin ke sini, berkaca dari pengalaman dan bertemu yang namanya realitas, ya bikin target-target kecil yang lebih dapat dijangkau saja. Rasanya lebih nyaman dan tidak ketinggian.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Ya karena merasa tahun baru itu ya tidak istimewa-istimewa amat, jadi jargon semacam <i>New Year, New Me</i> dan sebagainya gak berlaku juga. Barangkali yang lebih kompatibel bagi saya ya refleksi setahun saja, dan kepengennya apa setahun ke depan, secukupnya, seproporsionalnya, tidak usah terlalu menggebu-gebu. Mirip-miriplah dengan ulang tahun, tidak spesial-spesial amat, makanya tiap ulang tahun tidak mengharapkan apa-apa yang ketinggian, yang ada malah "loh ya sudah makin berumur", perasaan begitu utamanya setelah umur mencapai 25 tahun, ya bukan <i>quarter life crisis</i> juga, krisis opo?</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Tapi loh tapi, jangan dianggap juga saya kayak lemas, tidak ada semangat atau ambisi di tahun yang baru. Ya itu seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tentu ada tapi jangan muluk-muluk lah. Contohnya? Ya saya sih sesimpel ada target baru di aktivitas lari serta bertekad mulai lagi giat membaca sekian buku. Membaca itu kan enak sebetulnya, saya seperti masuk ke dunia lain dan bikin anteng, tapi godaan gulir di lini masa media sosial itu kok ya kuat juga, jadinya baca buku pas mau tidur, yang ada baru beberapa lembar sudah mengantuk. Yah begitulah, target-target yang tidak muluk-muluk dan bisa terjangkau.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Demikian ya, mau tahun baru atau bulan baru, jalanilah dengan gairah dan kesungguhan. Kesungguhan itu moga-moga jadi bikin Tuhan gak tega sama kita, sehingga Dia selalu menjaga kita. Bergairahlah, bersemangatlah, ya carilah alasan untuk itu kalau belum ada. Begitu, semoga diberkahi selalu.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Salam. </p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-85612323220030912562021-11-16T17:11:00.001+07:002021-11-16T17:13:02.233+07:00Tadabbur Ihsan<div style="text-align: left;"><span style="text-align: justify;">Apa itu </span><i style="text-align: justify;">Ihsan?</i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><div style="text-align: justify;">Ahmad Fuad Effendy (Cak Fuad) dalam <i>tadabbur</i> Q.S. Al-Qashash: 77 menjelaskan bahwa, "<i>Ihsan </i>bukanlah kebaikan biasa. <i>Ihsan</i> adalah kebaikan di atas kebaikan. Sebagaimana Allah telah berbuat <i>Ihsan</i> kepada manusia, yaitu tetap memberirahmat kepada semua manusia termasuk manusia itu ingkar dan kufur kepada-Nya. Demikian juga manusia yang tergolong sebagai <i>muhsinin</i>, dia tetap memberi meskipun tidak diberi ucapan terima kasih, mau memaafkan meskipun disakiti, mau berbagi meskipun kebutuhannya tidak terpenuhi. <i>Ihsan</i> adalah memberi lebih dari yang menjadi kewajibannya, dan mengambil kurang dari yang menjadi haknya. Perbuatan <i>Ihsan </i>ini pahalanya langsung menjadi tanggungan Allah tanpa perhitungan. <i>Al-Muhsinun </i>adalah orang yang sangat dicintai oleh Allah."</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><p>Ada dua ayat yang saya sukai yang berkaitan dengan <i>ihsan</i>, yakni Q.S. Ar-Rahman ayat 60, </p><p style="text-align: center;"><i></i></p><blockquote><p style="text-align: center;"><i>Hal jazā`ul-iḥsāni illal-iḥsān.</i></p><p style="text-align: center;"><i>Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).</i></p></blockquote><p style="text-align: center;"><i></i></p><div><br /></div><p>dan Q.S. Al-Isra ayat 7,</p><p style="text-align: center;"><i></i></p><blockquote><p style="text-align: center;"><i>In aḥsantum aḥsantum li`anfusikum.<br /></i></p><p style="text-align: center;"><i>Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri</i></p><div style="text-align: center;"></div></blockquote><div style="text-align: center;"><br /></div></div><div style="text-align: justify;"><p><br /></p><p>Dua ayat yang ketika dibaca kembali seringkali memberi dorongan untuk teruslah berbuat baik, bahkan sebisa mungkin berbuat kebaikan hingga level <i>ihsan</i>. Balasan kebaikan apa yang bisa didapat saat kita berbuat <i>ihsan</i>? Ialah kebaikan baik di dunia maupun di akhirat. Kebaikan yang dilakukan akan kembali kepada mereka yang berbuat kebaikan. Sejalan dengan konsep bahwa saat memberi kepada orang lain atau pada yang membutuhkan, sesungguhnya kita sedang "memberi" kepada diri sendiri.</p><p><br /></p><p>Tentu, tanpa pamrih mesti diusahakan, cukuplah mengharap kebaikan di sisi Allah, atau malah "ya sudah, berbuat baik ya berbuat baik, tidak perlu memikirkan apa balasannya." Saya dulu beranggapan kebaikan yang mungkin didapatkan di dunia ini akibat dari kebaikan yang kita perbuat mayoritasnya adalah sesuatu atau hal atau benda atau apapun yang nantinya bisa diterima. Pola pikir materialistis dan begitu kalkulatif. Padahal, kebaikan yang diterima bisa bermakna luas, termasuk ketenangan hati dan rasa syukur saat bisa memberi atau membantu orang lain. </p><p><br /></p><p>Rasa syukur ini juga sebuah nikmat, sebuah kebaikan yang kembali kepada kita. Mengapa rasa syukur pun dapat menjadi sebuah nikmat? Saat Sulaiman <i>'alaihissalam</i> melihat singgasana Bilqis yang muncul di depannya, beliau berkata sebagaimana disebutkan di Q.S. An-Naml: 40,</p><p></p><div style="text-align: center;"><i></i></div><blockquote><div style="text-align: center;"><i>Hāżā min faḍli rabbī, liyabluwanī a asykuru am akfur.</i></div><i><div style="text-align: center;"><i>Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)</i><span style="text-align: justify;"> </span></div></i></blockquote><i><div style="text-align: center;"><i></i></div></i><p></p><p><i><br /></i></p><p>Kemampuan bersyukur pun adalah sebuah kenikmatan, hingga ada doa yang beberapa kali disebutkan dalam Al-Quran, salah satunya sebagaimana yang diucapkan Sulaiman '<i>alaihissalam</i> di Q.S. An-Naml: 19,</p><p><br /></p><p style="text-align: center;"><i></i></p><blockquote><p style="text-align: center;"><i>Rabbi auzi'nī an asykura ni'matakallatī an'amta 'alayya wa 'alā wālidayya wa an a'mala ṣāliḥan tarḍāhu wa adkhilnī biraḥmatika fī 'ibādikaṣ-ṣāliḥīn.<br /></i></p><p style="text-align: center;"><i>Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh</i></p><div style="text-align: center;"></div></blockquote><div style="text-align: center;"><br /></div><p><br /></p><p>Sebuah doa agar kita terus diberi ilham untuk mensyukuri nikmat-Nya, karena tentu begitu banyaknya nikmat-Nya yang tak terhitung hingga berulang kali Allah berfirman dalam Q.S. Ar-Rahman,</p><p style="text-align: center;"><i></i></p><blockquote><p style="text-align: center;"><i>Fa bi`ayyi ālā`i rabbikumā tukażżibān.</i></p><div style="text-align: center;"><i>Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?</i></div></blockquote><div style="text-align: center;"><i></i></div><p><br /></p><p>Ayat yang berulang-ulang di satu surat yang hendaklah kita jawab, "Tidak ada, tidak ada satu pun nikmat-Mu yang kami dustakan, segala puji bagi-Mu." Allah menjanjikan karunia bagi mereka yang bersyukur (Q.S. Ibrahim: 7), </p><p style="text-align: center;"><i></i></p><blockquote><p style="text-align: center;"><i>La`in syakartum la`azīdannakum wa la`ing kafartum inna 'ażābī lasyadīd.</i></p><div style="text-align: center;"><i>Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih</i></div><div style="text-align: center;"></div></blockquote><div style="text-align: center;"><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div>Maka, teruslah berbuat baik dan bersyukur, dengan hanya mengharap kebaikan dari sisi Allah. Hendaknya lah kita menjadi orang yang untuk diri sendiri melupakan kebaikan dan mengingat hal buruk yang pernah dilakukan agar menjadi orang yang mawas diri, juga hendaklah mengingat kebaikan-kebaikan orang lain dan sebisa mungkin tidak mengingat atau mengungkit keburukan-keburukan orang lain. Ini bukan perkara mudah, namun teruslah persiapkan kondisi hati dan pikiran kita dalam keadaan seperti itu.</div><div><br /></div><div><br /></div><div>Berbuat baiklah, bersyukurlah. Lalu andai seseorang berbuat baik kepadamu dan kamu tidak sanggup membalas kebaikannya, maka hendaklah lakukan kebaikan yang serupa atau lebih baik lagi kepada orang lain yang juga membutuhkan. Sehingga semoga menjadi kebaikan yang beruntun, menjadi rantai kebaikan, dan menjadi kebaikan di atas kebaikan, menjadi <i>ihsan</i>.</div><div><br /></div><div><br /></div><div>Semoga Allah mudahkan dan senantiasa memberi petunjuknya pada kita dan kita pun mau dan mampu mengikutinya.</div><div>Demikian.</div></div>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-47795772110067490232021-11-14T10:05:00.004+07:002021-11-14T10:05:32.091+07:00Kembali Memulai Iqra'<p style="text-align: justify;">Sedikit-sedikit membaca kembali, setelah begitu tersendat-sendat membaca buku, perlahan membuka kembali kebiasaan lama yang baik. Selama setahun lebih tak satu pun buku berhasil selesai dibaca, penyebabnya disinyalir karena kejenuhan membaca dua buku yang sama-sama berat. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Hari-hari tanpa membaca dan malah lebih asyik dengan <i>handphone</i> bikin pikiran cukup tumpul dan agak kosong. Substitusi dengan mendengar atau menonton tokoh, cendekia, cerdik, ulama di kanal-kanal YouTube memang memberi banyak masukan pengetahuan dan ilmu, namun rasanya berbeda dengan membaca buku. Ada rasa dan ruang-ruang berbeda, membaca buku tak hanya membuka jendela rumah untuk melihat dunia, namun eksplorasi-eksplorasi ke area yang sebelumnya tak terjamah, atau hanya terlihat luarnya saja. Membaca buku seolah bikin kita berada di samudera ilmu yang begitu luas, tempat di mana kita bisa mereguk pengetahuan dengan tetap memiliki saringan dalam tiap regukannya. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Kembali memulai dari buku yang tidak terlalu berat, dari jenis tulisan yang cenderung cocok, serta dari penulis yang "lebih dekat" membantu untuk kembali membiasakan membaca. Biarlah saja begitu dulu, hingga nanti setelah kebiasaan baik itu kembali muncul, maka eksplorasi di area-area lain yang lebih dalam, lebih jauh bisa dimulai kembali. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"></p><blockquote>Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidaklah diberikan kepada para ahli maksiat.</blockquote><p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">"Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidaklah diberikan kepada para ahli maksiat," nasihat Imam Waki kepada muridnya, Imam Syafi'i. Barangkali itu juga yang bikin kebiasaan membaca sempat terhenti, ilmu tak sudi untuk masuk disebabkan tertutupnya diri dari maksiat-maksiat.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Sekarang, mumpung kebiasaan baik perlahan mulai muncul lagi, maka pertahankan dan nikmatilah. Semoga Tuhan mudahkan dalam <i>Iqra'</i>.</p><p style="text-align: justify;"> </p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-45805270171003938982021-11-14T06:00:00.005+07:002021-11-14T06:00:00.217+07:00Last Call Hunter!<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-SROzsvr1Q6g/YY-xB7hqiqI/AAAAAAAApoQ/25Dj9nqXhJwrRPg956sIHt9jMi9hDHAtACLcBGAsYHQ/s1079/LAST%2BCALL%2BHUNTER%2B-%2Bblog.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="last call hunter!" border="0" data-original-height="745" data-original-width="1079" height="442" src="https://1.bp.blogspot.com/-SROzsvr1Q6g/YY-xB7hqiqI/AAAAAAAApoQ/25Dj9nqXhJwrRPg956sIHt9jMi9hDHAtACLcBGAsYHQ/w640-h442/LAST%2BCALL%2BHUNTER%2B-%2Bblog.png" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">“Lari itu murah... pada awalnya”, tepat, sebelum akhirnya menemukan perlengkapan/<i>gears</i> lari yang harganya ternyata tidak semurah yang dibayangkan. Kesampingkan dulu <i><a href="https://www.firman.my.id/2020/11/mengulas-venu-dan-vivoactive-gps.html" target="_blank">running watch</a></i> yang bukan keharusan, perlengkapan yang harus ada tentu saja sepatu lari, sepatu lari yang baik tidak hanya membantu performa berlari, namun juga bisa mengurangi risiko cedera. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Saya teringat sepatu pertama saya, sepasang sepatu olahraga yang <i>outsole</i>-nya sudah sangat tipis sehingga bila melewati jalan berbatu akan terasa di telapak kaki. Itu jelas bukan sepatu lari, pun itu hanya sepatu olahraga bekas yang tidak terpakai di rumah. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Selanjutnya, saya membeli sepatu lari “beneran”, Specs Road Runner dengan harga kisaran 300 ribuan rupiah, cukup menguras dompet karena kala itu di tingkat akhir kuliah. Tentu sangat berbeda, berlari lebih nyaman dan aman. Lama-lama akhirnya melihat berbagai sepatu lari merk luar yang sudah lebih berpengalaman dalam lari, sebut saja Nike, Adidas, Skechers, Asics, Reebok, New Balance, Brooks, atau Hoka One-One dengan harga yang tidak dikatakan murah juga. Mulailah keinginan untuk suatu saat memiliki sepatu-sepatu merk luar negeri itu. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Apakah sepatu lokal tidak bisa bersaing? Saat itu, seingat saya hanya Specs dan League yang memiliki sepatu lari “yang niat”, itu pun pilihan terbatas, seperti di <i>outsole/midsole-</i>nya. Barulah di beberapa tahun terakhir, merk lokal lain mulai serius dalam membuat lini sepatu larinya. Katakanlah 910 dan yang terbaru Ortus Eight. Nama terakhir ini sedang mencuri perhatian karena memiliki sepatu berplat karbon di harga yang sangat terjangkau dibanding sepatu berplat karbon merk luar. Tentu, ini menjadi kabar baik dan menjadi alternatif yang cukup menarik. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Nah, kembali ke soalan sepatu yang saya pakai, setelah mencoba dua sepatu Specs (saya membeli Specs Flow sekitar setahun kemudian), saya mendapat informasi tempat untuk membeli sepatu dari merk-merk yang saya sebutkan sebelumnya dengan harga yang jauh lebih murah, setengah harga! Saat itu, saya baru tahu di Sport Station memiliki sektor khusus sepatu-sepatu <i>Last Call</i>. Apa itu? Di sektor <i>Last Call</i>, sepatu-sepatu dijual mayoritas setengah harga (diskon 50%), ada juga yang 30-40%, bahkan paling tinggi hingga 70%. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Semurah itu lalu bagaimana dengan barangnya? Sepemahaman saya, sepatu-sepatu di <i>Last Call</i> ini adalah sepatu dengan 1-2 edisi di bawah sepatu terbaru. Misalnya, sepatu edisi terbaru di lini Clifton-nya Hoke One-One adalah Clifton 8, nah di Last Call ini yang dijual adalah Clifton 7. Ada juga yang dua edisi di bawah edisi terbaru, semisal Brooks Ghost 12 (yang di salah satu gerai Sport Station Bandung dijual dengan potongan 70%) merupakan seri tahun 2019, sementara edisi terbarunya adalah Brooks Ghost 14. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Di sini preferensi pribadi yang muncul, ada pilihan untuk membeli sepatu edisi terbaru dengan harga normal, atau “berburu” <i>Last Call</i> untuk mendapatkan sepatu satu atau dua edisi di bawah edisi terbaru dengan setengah harga. Kembali, pentingnya memahami sepatu bisa berperan juga. Ada sepatu yang perubahannya tidak jauh berbeda antara edisi terbaru dan satu edisi sebelumnya, katakanlah Nike Air Zoom Pegasus 36 (2019) dan Nike Air Zoom Pegasus 35 (2018), berbagai ulasan menyebutkan tidak begitu banyak perbedaan yang signifikan di antara dua sepatu tersebut, maka membeli Nike Air Zoom Pegasus 35 setengah harga di tahun 2019 bisa lebih baik daripada Nike Air Zoom Pegasus 36. Tentu saja, ini kembali ke preferensi masing-masing, pilihan tadi hanyalah alternatif contoh. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Nah, ada beberapa hal yang saya dapatkan ketika berburu sepatu-sepatu <i>Last Call</i> ini:</p><p style="text-align: justify;"></p><ol><li>Tidak semua gerai Sport Station memiliki sektor<i> Last Call</i> dengan barang yang menarik (menarik semisal seri-seri dari merk ternama), maka perlu cari tahu terlebih dahulu gerai mana yang menyediakan sektor <i>Last Call</i> ini.<br /><br /></li><li>Stok dan jenis sepatu bervariasi setiap beberapa pekan/bulan. Saat saya akan membeli sepatu lari baru di <i>Last Call</i>, saya bisa bolak-balik ke satu gerai Sport Station hingga tiga-empat kali, untuk menunggu hingga barang-barang yang dijual sesuai dengan kebutuhan saya. Kadang di satu waktu saya tidak menemukan Nike, beberapa pekan kemudian, Nike muncul, begitu juga dengan merk dan tipe atau seri lainnya. Maka, saya cenderung santai, dalam arti kalau belum menemukan yang cocok, maka tinggal kembali cek lagi beberapa hari/pekan selanjutnya.<br /><br /></li><li>Pelajari sepatu! Ini preferensi, tentu saja. Sesuaikan dengan keperluan kita, perlu sepatu untuk <i>long run</i>, <i>speed/race</i>, <i>recovery/slow run</i>, <i>daily trainer</i>, atau lainnya. Memahami ini akan memudahkan kita untuk memilih sepatu yang tepat, karena melihat berbagai sepatu yang hanya setengah harga, bisa jadi bikin kita membeli sepatu di luar kebutuhan.<br /></li></ol><p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Sepatu adalah perlengkapan utama dalam lari, memilih sepatu yang tepat akan membantu performa dan meminimalkan risiko cedera. Memilih sepatu lari dengan kualitas terbaik dengan harga yang lebih murah, bisa jadi pilihan alternatif untuk mendapatkan kenyamanan dalam berlari. Berburu sepatu <i>Last Call</i> sudah menjadi cara saya untuk mendapatkan sepatu berkualitas baik dengan harga yang jauh lebih murah. Sekali lagi, semua menjadi preferensi masing-masing, tapi tentu berburu sepatu <i>Last Call</i> menjadi alternatif menarik.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Demikian. Selamat berburu sepatu dan menjadi <i>Last Call Hunter!</i></p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-68699459013789680032021-11-13T14:31:00.006+07:002021-11-13T18:45:11.621+07:00Ghadhul Bashar Dunia Lari<p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-WLvev8Cnmxs/YY-lGerBohI/AAAAAAAApoA/49VWvpBdIecDW5sbCppA7krcBHXHa1NqACLcBGAsYHQ/s1078/Ghadhul%2BBashar%2BDunia%2BLari%2B-blog.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Ghadhul Bashar Dunia Lari" border="0" data-original-height="1007" data-original-width="1078" height="598" src="https://1.bp.blogspot.com/-WLvev8Cnmxs/YY-lGerBohI/AAAAAAAApoA/49VWvpBdIecDW5sbCppA7krcBHXHa1NqACLcBGAsYHQ/w640-h598/Ghadhul%2BBashar%2BDunia%2BLari%2B-blog.png" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Di terminologi agama, ada istilah <i>ghadhul bashar</i> yang berarti menjaga/menundukkan pandangan. Salah satu fungsinya untuk menjaga diri dari hal-hal yang tidak diperbolehkan, lebih jauh untuk kebaikan diri sendiri. Nah, “</span><i>ghadhul bashar</i><span style="font-family: inherit;">” pun bisa diterapkan di dunia lari. Menjaga pandangan untuk kebaikan diri, baik secara harfiah ataupun makna lainnya. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Secara harfiah, menjaga pandangan saat berlari adalah salah satu bagian dari <i>running form</i> yang baik, yakni pandangan lurus ke depan, tidak menunduk, fokus ke depan melihat ke arah kita akan berlari. Menjaga pandangan agar tetap fokus ini penting, selain demi keselamatan dengan mengantisipasi jalanan berlubang, tidak rata, licin, atau pun saat akan menyeberang, juga akan memengaruhi kenyamanan berlari. Berlari dengan pandangan cenderung menunduk, membuat lari bisa terasa lebih berat dan letih, berbeda dengan pandangan fokus ke depan, berlari lebih nyaman. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Makna lainnya, “</span><i style="text-align: left;">ghadhul bashar</i><span style="font-family: inherit;">” dalam berlari berarti <b>menjaga pandangan dari silaunya performa dan gemerlapnya <i>gears</i> pelari lain</b>. Ungkapan “<i>running with your pace</i>” itu tepat, berlarilah dengan <a href="https://www.firman.my.id/2020/11/mengenal-istilah-istilah-dalam-running.html" target="_blank"><i>pace</i>/laju atau kecepatan</a> kita, jangan memaksakan untuk berlari lebih cepat karena ingin segera bisa berlari jauh dengan lebih cepat seperti pelari lain. </span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Performa lari tentu tidak dapat dibentuk dalam waktu singkat, butuh waktu yang tidak sebentar dengan latihan yang tepat, bisa juga dengan bantuan pelatih yang lebih mengerti dan lebih berpengalaman dalam menyiapkan program-program berlari. Salah satu yang penting adalah membentuk <i>endurance</i> atau ketahanan dalam berlari, ini dibentuk dari konsistensi, kesabaran, kedisiplinan, dan kontrol diri. Kontrol diri bermakna tahu kapan saatnya kita berlari, kapan saatnya kita beristirahat, kapan saatnya <i>cross-training </i>(semisal berenang serta bersepeda ringan). Pun kontrol diri tahu kapan saatnya latihan berlari jarak jauh (<i>long run</i>), <i>easy run, interval/tempo run</i>, dan lain sebagainya. </span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“<i>Listen to your body</i>” adalah ungkapan lain yang biasa ditemui di dunia lari. Kontrol diri ditambah dengan “mendengarkan” kondisi tubuh kita, bisa menjaga agar kita tidak latihan terlalu keras dan berlebihan (<i>overtraining</i>). <i>Overtraining </i>hanya akan berakibat kontraproduktif bagi badan kita, alih-alih meningkatkan performa lari malah meningkatkan risiko cedera. </span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Bukan pelari elite”, kurang lebih begitu yang saya tangkap dari tulisan <i>Coach </i>Andriyanto. Sudah telat untuk bisa seperti pelari elite yang sudah berlatih sejak jauh-jauh hari yang dibarengi pola hidup (termasuk makan dan jam tidur) yang mendukung. Sebagai pelari rekreasi (<i>recreational runner</i>), tujuan utamanya adalah menjaga kondisi badan agar lebih segar, lebih fit, lebih terjaga. Kondisi ini yang juga nantinya bisa mendorong kita untuk tertarik ke pola hidup yang lebih sehat lagi, dan pada akhirnya memberikan banyak manfaat bagi tubuh. Ingat, sebagian besar kita tidak hidup dari lari, jangan sampai latihan berlebihan mengakibatkan cedera sehingga menghambat aktivitas harian/kerja. </span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Tentu saja, meski sekadar pelari rekreasional, bukan berarti tidak mempunyai keinginan atau target tertentu, seperti kecepatan atau jarak. Barangkali impian para pelari adalah bisa menyelesaikan jarak Marathon (42,195 kilometer), untuk bisa berlari hingga jarak sejauh ini diperlukan latihan yang tepat, disiplin, juga mental yang kuat. Semua hal itu lagi-lagi tidak bisa diraih secara instan. </span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Adanya target atau tujuan sangat penting, tidak hanya target jangka panjang namun jangka pendek. Target jangka panjang semisal ingin berlari di jarak 5K, 10K, <i>Half-Marathon</i> (21.1K), Marathon (42,195K) atau mungkin lebih jauh lagi di kategori <i>Ultra Marathon</i>, atau target ingin bisa berlari di pace sekian atau di waktu sekian. Sementara target jangka pendek tidak kalah penting, semisal konsisten lari sepekan sekali, atau konsisten lari sepekan tiga kali, dan sebagainya. Target-target ini penting untuk menjaga semangat dan motivasi berlari. Tidak enak juga berlari tanpa tujuan yang jelas. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Menjaga "pandangan" alias fokus pada proses sendiri juga penting, sehingga tidak terburu-buru ingin bisa berlari di jarak sekian atau di kecepatan sekian karena melihat performa teman atau pelari lain. Berlari bukan untuk mengalahkan orang lain, tapi bagaimana untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Fokusnya pada performa diri sendiri, performa pelari lain cukup menjadi motivasi untuk terus berlatih, bukan untuk terburu-buru ingin mencapai target. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">***</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Menjaga pandangan dari gemerlapnya <i>running gears </i>pelari lain adalah hal penting lainnya. Lari mengajarkan kita untuk bisa mengontrol diri, yang bisa kita aplikasikan juga untuk mengontrol diri agar tidak tergoda <i>running gears </i>orang lain. Tentu, hal ini bisa saja dianggap preferensi masing-masing, namun memahami kapan saat yang tepat memiliki <i>running gears</i> tertentu juga tidak ada salahnya. </span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Lari itu olahraga yang murah”, begitu yang biasa didengar, dan memang begitu... setidaknya pada awalnya. Semakin dalam semakin mengenal berbagai perlengkapan/<i>gears </i>lari. Awalnya hanya mengetahui “sepatu lari”, menjadi penasaran dengan sepatu lari dengan teknologi tertentu dan canggih, misalnya sepatu dengan plat karbon. </span><span style="font-family: inherit;"><a href="https://www.firman.my.id/2021/11/memilih-sepatu-lari.html" target="_blank">Mempelajari berbagai jenis sepatu akan menjaga kita untuk tidak membeli sepatu yang tidak cocok untuk keperluan lari kita</a>. Akan </span><i style="font-family: inherit;">mubadzir </i><span style="font-family: inherit;">bila berlari dengan sepatu balap (race) high-end sementara performa lari kita belum perlu untuk didukung sepatu yang seperti itu. </span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Belum lagi ada <i>running watch </i>yang begitu menggoda dengan segudang fiturnya. Lagi-lagi, mengetahui kapan kita perlu perlengkapan tersebut menjadi hal yang baik juga untuk diketahui. Semisal untuk jam lari, kita mesti tahu, <a href="https://www.firman.my.id/2021/01/perlukah-membeli-running-watch.html" rel="" target="_blank">apakah kita sudah perlu menggunakan jam lari atau tidak?</a> </span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Olahraga lari yang semakin ke sini semakin diminati merupakan hal yang menggembirakan dan patut disyukuri. Kesadaran untuk berolahraga begitu penting di era yang sangat mendukung <i>sedentary lifestyle</i>. Selamat saya ucapkan bagi mereka yang baru memulai olahraga lari, olahraga yang terbilang mudah karena bisa dilakukan sendiri serta banyak informasi yang bisa kita cari terkait olahraga ini. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Demikian. Salam dan <i>happy running</i>! </span></p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-33002875726724084552021-11-07T17:16:00.002+07:002021-11-13T19:08:18.930+07:00Memilih Sepatu Lari<p style="text-align: justify;">Sepatu adalah perlengkapan utama dalam lari, karena dalam olahraga ini kaki kita yang lebih banyak berperan. Tentu saja ada banyak bagian otot lain yang begitu penting dalam menunjang lari kita. Oleh karena sepatu memiliki peranan penting, memilih sepatu yang tepat menjadi hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah dengan benar-benar menggunakan sepatu yang didesain khusus untuk berlari. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Sepatu lari didesain untuk dapat menopang massa tubuh (yang bisa hingga beberapa kali lipat) setiap kita melangkahkan kaki saat berlari. Selain itu, menggunakan sepatu lari juga dapat meminimalkan risiko cedera yang mungkin terjadi. Karenanya, penting untuk berlari dengan sepatu yang memang khusus didesain untuk berlari. Penting juga untuk diketahui bahwa ada berbagai macam jenis sepatu lari yang memiliki spesifikasi khusus, semisal sepatu untuk <i>long run, </i>sepatu untuk balapan/<i>race, </i>sepatu <i>daily trainer</i> dan sebagainya. Sebelum itu, ada pertanyaan mendasar, bagaimana memilih sepatu yang tepat? Mengingat banyaknya merk dan jenis sepatu lari yang ada, jika salah beli bisa-bisa menimbulkan ketidaknyamanan dan malah meningkatkan risiko cedera, <a href="https://www.firman.my.id/2021/11/ghadhul-bashar-dunia-lari.html" target="_blank">atau kadang ada juga membeli karena ikut-ikutan sepatu yang sedang tren</a>.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>Kenali Tipe Kaki dan Pronasi</b></p><p style="text-align: justify;">Langkah pertama sebelum memilih sepatu adalah dengan mengenali tipe kaki serta tipe pronasi kita. Ada tipe kaki netral, <i>flat</i>/<i>low, </i>dan <i>high</i>. Sementara pronasi kaki dalam berlari diartikan sebagai cara telapak kaki bergulir ke depan ketika mendarat di permukaan bidang saat berlari. Ada tipe pronasi normal, <i>overpronate, </i>serta <i>underpronate/supination</i>.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Pelari dengan tipe pronasi <i>overpronate</i>, cenderung mendarat dengan telapak kaki bagian dalam, sementara <i>underpronate/supination</i> cenderung mendarat dengan telapak kaki bagian luar. Pronasi normal/netral mendarat dengan telapak bagian tengah. Mengenali pronasi ini penting untuk memilih sepatu lari, salah memilih sepatu lari (utamanya bagi mereka yang <i>overpronate </i>atau <i>underpronate</i>) bisa menimbulkan ketidaknyamanan serta meningkatkan risiko cedera. Cara termudah mengenali tipe pronasi ini dengan <i>footprint test</i>, atau tes telapak kaki. Caranya adalah dengan membasahi telapak kaki, lalu menempelkannya di sebidang kertas/media lain sehingga bentuk telapak kaki kita tercetak, lalu sesuaikan bentuknya dengan gambar di bawah. Tentu cara ini bisa jadi ada ketidakakuratan, namun ini cara termudah dan termurah yang bisa dilakukan.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-GDrvYHjj4PI/YYeOP9SRvbI/AAAAAAAApew/OE20pV1AusQxwuu5vB_ZhVfVfL9eDFWRwCLcBGAsYHQ/s500/foot-arches-blue.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="tipe kaki" border="0" data-original-height="216" data-original-width="500" height="138" src="https://1.bp.blogspot.com/-GDrvYHjj4PI/YYeOP9SRvbI/AAAAAAAApew/OE20pV1AusQxwuu5vB_ZhVfVfL9eDFWRwCLcBGAsYHQ/w320-h138/foot-arches-blue.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>src: health.uconn.edu<br /><br /></i></td></tr></tbody></table><p style="text-align: justify;"> </p><p></p><p style="text-align: justify;"><b>Tipe Sepatu Lari Berdasarkan Bentuk</b></p><p style="text-align: justify;">Mengetahui tipe kaki dan pronasi ini membantu kita dalam memilih sepatu yang tepat. Setidaknya ada tiga tipe sepatu lari berdasarkan bentuk yang disesuaikan dengan jenis pronasi:</p><p style="text-align: justify;"></p><ul><li><i>Stability</i></li><li><i>Motion Control</i></li><li><i>Neutral</i></li></ul><div><br /></div><p></p><p style="text-align: justify;">Dikutip dari <i><a href="http://runrepeat.com">runrepeat.com</a></i>, pelari dengan pronasi <i>underpronate </i>serta normal/netral, disarankan untuk menggunakan sepatu bertipe netral. Sementara pelari ber-<i>overpronate </i>disarankan berlari dengan sepatu bertipe <i>motion control</i>. Sepatu bertipe <i>stability</i> cocok untuk mereka dengan pronasi <i>mild</i>, yakni memiliki tipe kaki netral (<i>neutral arch</i>) namun mendarat dengan bagian dalam serta sedikit di bagian jari.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Contoh sepatu <i>motion control</i> misalnya Brooks Adrenaline GTS serta Hoka One One Gaviota. Sementara contoh sepatu <i>stability</i> misalnya Asics Gel Kayano. Sementara sepatu <i>neutral</i> jauh lebih banyak, seperti Adidas Ultraboost, Nike Air Zoom Pegasus, Brooks Glycerin, Hoka One One Clifton, dan lain-lain.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>Tipe Sepatu Lari Berdasarkan Penggunaan</b></p><p style="text-align: justify;">Selain berdasarkan bentuk untuk peruntukan tipe kaki/pronasi, ada lagi tipe-tipe sepatu untuk penggunaannya:</p><p style="text-align: justify;"></p><ul><li><i>Daily training/slow</i></li><li><i>Speed/tempo</i></li><li><i>Competition/race </i>(balapan)</li></ul><div><br /></div><div>Masing-masing tipe sepatu akan berbeda, baik dari segi <i>outsole</i>, bahan, juga fiturnya. Sepatu jenis <i>daily training</i> ini sesuai namanya cocok untuk dipakai berlari sehari-hari, atau untuk lari jarak jauh dengan <i>pace</i> tidak terlalu cepat atau cenderung lambat. Sepatu jenis ini kadang memiliki <i>cushion</i> atau bantalan yang lebih tebal, sehingga memberikan kenyamanan saat mendarat dan sangat cocok untuk lari dengan <i>pace </i>yang tidak terlalu cepat. Biasanya, sepatu jenis ini memiliki bobot yang tidak terlalu ringan, di beberapa sepatu bahkan cenderung berat. Contoh terbaik dari sepatu jenis ini adalah Nike Air Zoom Pegasus, nama lainnya di tipe ini adalah Adidas Ultraboost.</div><div><br /></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-IQ5F_1Ck7GU/YY-NxX0Q9zI/AAAAAAAApns/lCche5GFiGwr9uUpevJseE4vBIoYtKYbACLcBGAsYHQ/s794/05-NIKE-F34RUNIK5-NIKCW7356002-Black.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="nike pegasus 38" border="0" data-original-height="262" data-original-width="794" height="106" src="https://1.bp.blogspot.com/-IQ5F_1Ck7GU/YY-NxX0Q9zI/AAAAAAAApns/lCche5GFiGwr9uUpevJseE4vBIoYtKYbACLcBGAsYHQ/w320-h106/05-NIKE-F34RUNIK5-NIKCW7356002-Black.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nike Air Zoom Pegasus 38</td></tr></tbody></table><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div><br /></div><div>Sementara tipe <i>speed/tempo</i> biasanya memiliki bobot yang lebih ringan dibanding <i>daily training. </i>Sepatu tipe ini biasa digunakan untuk latihan <i>interval/tempo</i> atau bisa juga untuk <i>time trial</i>. Contoh sepatu ini adalah Nike Zoom Fly, Nike Epic React, Hoka One One Rincon.</div><div><br /></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-6CuTnn9g3Wk/YY-NxdEVQgI/AAAAAAAApno/PQMY3jZBdSodk2P2PhD9OXJuksdufO85QCLcBGAsYHQ/s483/rincon-3.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img alt="rincon 2" border="0" data-original-height="392" data-original-width="483" height="260" src="https://1.bp.blogspot.com/-6CuTnn9g3Wk/YY-NxdEVQgI/AAAAAAAApno/PQMY3jZBdSodk2P2PhD9OXJuksdufO85QCLcBGAsYHQ/w320-h260/rincon-3.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hoke One One Rincon 3</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div>Lain lagi dengan sepatu tipe <i>competition/race</i> yang didesain untuk membantu kecepatan dalam berlari. Sepatu tipe ini begitu responsif sehingga memberikan pantulan atau dorongan bagi pelari setiap mendaratkan kakinya dengan kompensasi bantalan/<i>cushion</i> yang tipis. Biasanya, sepatu jenis ini berbobot begitu ringan. Tren akhir-akhir ini untuk sepatu jenis <i>race </i>adalah dengan menggunakan plat karbon, utamanya di sepanjang sepatu. Plat karbon disebut memberikan pantulan/dorongan yang lebih kuat bagi pelari. Contoh sepatu tipe ini di antaranya Adidas Adios Adizero Pro, Brooks Hyperion Elite, Hoka One One Carbon X, Nike ZoomX Vaporfly Next%, Asics Metaracer, dan lain-lain.</div><div><br /></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-25aH8MWHEJo/YY-NxkNWTWI/AAAAAAAApnw/SpV8MpY21hUNqfKtjPWfE2Ki1dw0zlfygCLcBGAsYHQ/s840/Adizero_Adios_Pro_2.0_Shoes_White_FZ2477_09_standard.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img alt="Adizero Adios Pro 2" border="0" data-original-height="840" data-original-width="840" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-25aH8MWHEJo/YY-NxkNWTWI/AAAAAAAApnw/SpV8MpY21hUNqfKtjPWfE2Ki1dw0zlfygCLcBGAsYHQ/w320-h320/Adizero_Adios_Pro_2.0_Shoes_White_FZ2477_09_standard.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Adidas Adizero Adios Pro 2</td></tr></tbody></table><br /><div><br /></div><div><br /></div><div>Beberapa sepatu ada yang bisa dipakai sebagai <i>daily trainer</i> sekaligus <i>speed/tempo</i>, seperti Nike Air Zoom Pegasus yang sudah dikenal sebagai sepatu <i>daily training</i> yang begitu <i>versatile</i> atau fleksibel dalam penggunaannya sehingga kadang bisa dipakai juga untuk <i>speed/tempo run</i>.</div><div><br /></div><div><br /></div><div>Memahami tipe sepatu berdasarkan penggunaannya ini penting agar kita menyesuaikan dengan keperluan kita. Sepatu jenis <i>competition</i> tidak disarankan untuk dijadikan sepatu <i>daily training</i>, karena sepatu untuk balapan ini cenderung memiliki <i>outsole </i>yang tidak seawet sepatu <i>daily training</i>. Pun sepatu tipe balapan ini akan lebih nyaman untuk digunakan dalam <i>pace</i> cepat. Maka, bila kita merasa cukup memiliki satu jenis sepatu lari, disarankan untuk menggunakan tipe sepatu <i>daily training</i>, yang lebih tahan lama serta beberapa sepatu yang bisa juga dipakai untuk <i>speed/tempo</i>.</div><div><br /></div><div><br /></div><div>Pilihan akan lebih nyaman lagi bila kita memang berniat untuk memiliki ketiga tipe sepatu untuk dirotasi dan digunakan sesuai dengan jenisnya. Penggunaan yang tepat bisa jadi memaksimalkan potensi sepatunya sendiri.</div><div><br /></div><div><br /></div><div>Saya seringkali memeriksa tipe jenis sepatu selain secara langsung juga dengan mencari info di ulasan-ulasan sepatu, salah satunya di <i><a href="http://runrepeat.com">runrepeat.com</a></i>, yang menyajikan berbagai informasi yang cukup detail terkait sepatu lari.</div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div style="text-align: center;">***</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div><br /></div><div>Ada pertanyaan lain sebelum membeli sepatu lari, "lebih baik beli langsung ke toko atau <i>online</i>?" Tentu ini preferensi masing-masing, namun bagi saya akan lebih memudahkan bagi kita untuk membeli langsung ke toko. Alasannya karena kita bisa mencoba langsung sepatunya untuk merasakan nyaman atau tidaknya, sesuai atau tidak ukurannya. Selain itu, kita bisa juga coba untuk melangkah atau berlari-lari kecil di toko (bila toko cukup luas). Saya biasa berjalan atau bahkan berlari-lari kecil di toko sepatu untuk merasakan secara singkat penggunaan sepatu saat dipakai berlari. Di gerai Planet Sports malah ada bagian lantai yang dibuat seperti lintasan lari, ya kita bisa juga untuk mencoba berlari-lari kecil di situ.</div><p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Namun, beli secara daring/<i>online</i> juga bisa menjadi pilihan tepat ketika kita sudah pernah merasakan sepatunya, sehingga meminimalkan salah beli. Perlu diingat juga bahwa ukuran dari setiap merk bisa berbeda-beda. Sebagian tipe sepatu Nike cenderung memiliki lekukan yang lebih dalam ketimbang misalnya Skechers, Brooks atau Hoke One One meski di ukuran yang sama. Karenanya, perlu memperhatikan juga ukuran ini.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: center;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Uraian di atas sekadar tambahan informasi yang bisa dipertimbangkan dalam memilih sepatu lari. Tips lain sesuaikanlah dengan anggaran belanja kita untuk membeli sepatu. Ingat, memilih sepatu yang tepat akan memberikan kenyamanan dalam berlari.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Demikian. Selamat memilih dan <i>happy running!</i></p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-4255512502444143362021-10-31T15:47:00.001+07:002021-10-31T15:47:04.408+07:00Maju-mundur Menulis<p style="text-align: justify;">Lama-lama agak meresahkan memang saat tidak bisa selalu mengungkapkan atau mengekspresikan begitu banyaknya kata di pikiran. Semestinya melalui <i>platform</i> blog ini akan membantu untuk menuliskan apa yang ada di pikiran. Sayangnya tidak selalu demikian, menggebu-gebu di pikiran, saat sudah di depan papan ketik malah diam saja. Anehnya, kok berbeda kalau menulis di <i>caption </i>Instagram, seolah lebih mudah untuk menuliskan. Analisis saya terkait hal ini, setidaknya ada dua hal: pertama adalah audiens yang jelas (siapa yang kemungkinan membaca tulisan kita); kedua, jumlah karakter yang terbatas nyatanya malah membuat saya lebih kreatif lagi dalam mencari kata, menghapus kata-kata yang tidak perlu, membaca ulang apakah poin-poin yang ingin disampaikan tertulis semua. Singkatnya, efektifitas. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Menulis di blog semestinya membuat saya lebih leluasa, tidak ada batasan karakter, bisa menyisipkan gambar bila diperlukan. Audiens yang jelas menjadi kata kunci lain. Saat menulis di Instagram, meski tidak banyak yang membaca pun tapi ada kejelasan: <i>followers</i>. Mengetahui <i>followers</i> yang menjadi audiens membuat saya lebih memikirkan apakah kata-kata yang dituliskan mudah dipahami, dan sebagainya. Kejelasan audiens ini nyatanya membantu saya menuliskan kata-kata. Di blog, saya menanamkan bahwa ini adalah cara saya menuliskan apa yang saya rasakan atau yang saya pikirkan. Pikiran ini tidak salah-salah amat sebenarnya, namun apa yang terjadi pada saya adalah ini membuat ketidakjelasan, sehingga ya seringkali tidak jadi menulis.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Kejelasan audiens ini sangat membantu, ada beberapa tulisan di blog ini mengenai hal-hal yang berkaitan dengan olahraga lari, di tulisan-tulisan itu saya lebih terarah, sasaran saya adalah mereka yang tertarik dengan dunia lari, tulisan-tulisan tersebut saya bagikan di grup <i>Facebook</i>. Maka, sepertinya memang saya mesti menentukan betul, menulis apa dan untuk siapa, atau parameter lain yang jelas, barangkali begitu kecenderungan saya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Betapa banyak sebetulnya hal-hal yang ingin dituliskan yang sayangnya hanya menjadi daftar imanjiner saja. Berbagai topik dari momen maulid Nabi, berbagai jam lari yang baru rilis, pengalaman berlari, maiyahan, dan sebagainya. Suatu saat saya mencoba menulis salah satu dari tema tersebut dan kembali terhenti, terbaca tulisan yang tidak jelas sehingga saya urung melanjutkan. Padahal, ada beberapa hal yang bisa saya pikirkan selain tentunya melanjutkan tulisan-tulisan tersebut. Pertama, tidak terbatasnya karakter yang bisa ditulis membuat tulisan saya menjadi tidak efektif serta tidak terarah (pun barangkali tulisan ini). Kedua, menulislah saja dulu hingga selesai, setelah itu baca dan sunting hingga akhirnya tulisannya selesai. Hal-hal ini yang ternyata terjadi saat saya menulis di <i>Instagram. </i>Saya menulis sampai selesai, membaca ulang, lalu menyunting agar memastikan tidak ada poin yang terlewat. Inilah mestinya yang saya coba lakukan juga di blog.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Saya lantas teringat ucapan Agus Noor saat berbincang dengan Puthut EA di kanal YouTube mojo.co, bahwa beliau menulis ya karena ingin. Lalu beliau saat menulis membuka beberapa <i>files</i> di laptop, sehingga saat terhenti di tulisan yang satu, maka dia buka tulisan lain untuk melanjutkannya, begitu seterusnya sehingga waktu ia menulis menjadi efektif. Lagi-lagi efektifitas menjadi kunci.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Hal lain yang berpengaruh tentu saja masukan atau <i>input</i> untuk tulisan, apalagi kalau bukan dari membaca. Membaca menjadi salah satu sumber agar pikiran terisi, baik dari segi isi maupun pilihan kata. Membaca dan menulis memang sulit untuk dipisahkan. Kalau kata Kang Maman Suherman, kita harus ingat, perintah pertama di Al-Quran itu ya <i>iqra</i>, membaca atau bacalah. Baru setelah itu ada surat Al-Qalam dengan ayat pertamanya berkaitan dengan pena, sebagai petunjuk pentingnya pena atau tulisan. Maka, keterkaitan antara membaca dan menulis memang sangat erat. Membaca menjadi masukan, tulisan menjadi keluaran bahkan sekaligus masukan juga, toh tulisan demi tulisan memang akan kembali menjadi masukan bagi penulisnya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Demikian.</p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-2208691001298082072021-10-20T11:09:00.004+07:002021-10-20T11:11:15.542+07:00Duh Gusti, Saya ingin Menulis Lagi<p style="text-align: justify;">Melihat beberapa waktu terkahir ini banyak sekali hal yang masuk ke dalam pikiran saya, nampaknya kembali menuliskan apa yang didapat atau dirasakan adalah pilihan bijak. Menulis bisa menjadi relaksasi, menjadi terapi, selain tentu sebagai pengikat ilmu, wawasan, atau apa saja yang telah didapat sebelumnya. Pekerjaan, kebosanan selama pandemi yang nyari dua tahun ini tentu membuat suasana lain lagi. Barangkali menulis kembali bisa menjadi “penyelamat.”</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Membaca dan menulis memang sulit dipisahkan. Setahun lebih saya tidak sempat menamatkan satu buku pun, kejenuhan yang <i>keterusan</i> tidak diimbangi dengan kesiapan menghadapi kondisi jenuh. Hal ini nyata sekali berimbas pada keinginan menulis, <i>lha</i> ya gimana, membaca saja tidak, apa yang mau ditulis?</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Selain menuliskan hasil pemprosesan dari berbagai infromasi yang masuk, menuliskan apa yang disampaikan narasumber di Maiyahan (di video-video yang diunggah di kanal YouTube Caknun.com) sepertinya akan menjadi pilihan lain bagi saya. Biar itu bukan hasil pikiran saya, namun saya rasa penting juga untuk ditulis yang mungkin bisa jadi medium lain untuk kembali dipelajari. Motivasi lainnya adalah ada rasa “loh ini pembasahan menarik, ada pandangan lain yang segar dan orisinal yang mesti banyak orang dengar” atau bahasa lainnya “ini keren dan apik banget pembahasannya, kamu mesti denger”. Ya tentu meski belum tentu ada yang akan membacanya juga, tapi mari dimulai saja, minimalnya agar memberi pemahaman yang lebih baik lagi, lebih lengkap lagi bagi saya pribadi, syukur-syukur nantinya bisa bermanfaat bagi orang lain juga.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Menulis sebagai relaksasi dan terapi nampaknya benar adanya, <i>lha</i> saat menulis tulisan ini pun dampaknya terasa kok. Perasaan lebih enak, mood membaik, apa yang dipikirkan lebih mudah terurai, dan sebagainya. Maka, semoga niat kembali menulis bisa terlaksana dan menjadi salah satu dari berbagai hal yang ingin sekali dilakukan, untuk pengembangan diri.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">“Duh Gusti, saya kepengin menulis lagi.” </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Demikian.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-8822964061179710622021-10-09T22:18:00.010+07:002021-10-09T22:21:23.974+07:00Tempat Minumnya Masing-masing<p></p><blockquote>Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan<br />- QS. Al-Baqarah[2]: 60</blockquote><p></p><p><br /></p><p style="text-align: justify;">Saat mentadabburi ayat ini, Ahmad Fuad Effendy (Cak Fuad) menjelaskan pemaknaan secara hakiki dan <i>majazi</i>/kiasan. Secara hakiki mengenai permintaan Nabi Musa kepada Allah agar memberikan minum kepada kaumnya. Allah memerintahkan Nabi Musa agar memukul tongkatnya pada batu sehingga memancar dua belas mata air -sejumlah suku Bani Israil, keturunan Ya'qub <i>'alaihissalam</i>.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Secara <i>majazi</i>, bisa dimaknai adanya keunikan dan keragaman pada setiap manusia. Ada potensi, minat, bakat, kecenderungan dan sebagainya dari masing-masing manusia.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Sementara Mbah Nun mentadabburi ayat ini sebagai <i>Ijtihad Pengenalan Diri</i>. Makna "minum" di ayat ini pun bisa menjadi lebih luas, bisa bakat, karier, tempat kerja, kecenderungan kepribadian tertentu yang menghasilkan pola hidup seseorang, dan sebagainya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Setiap orang mesti mengenali "tempat minumnya" masing-masing. Meski memang, setelah mengetahuinya pun sistem lingkungannya ikut menentukan apakah ia bisa meminum apa yang ia mau, apakah lingkungannya memungkinkan baginya untuk meminum apa yang ia mau.</p><p style="text-align: center;"><br /></p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Peran manusia dalam amalannya pun demikian, ada "tempat minumnya". Ada yang kuat shalatnya, lemah puasanya atau sebaliknya; ada yang lemah shalat dan puasanya namun kuat sedekahnya. Ada yang kuat ilmu lalu mengajarkannya. Pun ada juga yang kuat semuanya. Mengenali ini bisa mengoptimalkan "amalan andalannya". Misalnya, menyadari bahwa ada harta yang berlebih dibanding orang lain, maka bisa jadi harta yang berlebih itu menjadi peluang untuk dioptimalkan sebagai amal, dengan memberikannya kepada yang berhak. Tentu saja, hal-hal pokok atau wajib atau minimum sebagai seorang muslim haruslah terpenuhi.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Sebagaimana riwayat yang sampai pada kita, pun pintu surga beragam, ada orang masuk surga dari pintu shalat, dari pintu puasa, pintu sedekah, pintu jihad, dan sebagainya. Sedikit orang yang bisa masuk dari semua pintu. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Bagi saya, "andai" saja tadabbur ayat ini sampai pada saya jauh-jauh hari, barangkali saya tidak perlu merasakan keminderan yang cukup parah di masa lalu. Memahami "setiap orang mengetahui tempat minumnya" akan menenangkan bahwa ada personalitas (potensi alamiah yang ditentukan Tuhan) yang berbeda tiap orang, maka berjalanlah dengannya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Tadabbur ayat ini tersambung dengan "<i>man 'arafa nafsahu faqad 'arafa rabbahu</i>", siapa yang mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya. Mengenali diri adalah tahap untuk mengenal apa yang ia mesti minum serta di mana tempat ia minum. Hal ini mengarah pada "mencapai versi terbaik dari dirinya", ukurannya adalah diri sendiri bukan orang lain. Mencapai versi terbaik dari dirinya dengan mengoptimalkan apa yang telah diberikan oleh Tuhan, dan mengasahnya dengan baik.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Ada berbagai cara ataupun terminologi untuk "mengetahui tempat minumnya masing-masing". Misal -seperti kata Cak Nun- manusia shalat, manusia puasa. Ada pula mengambil kecenderungan pada para sahabat, apakah lebih dekat ke Abu Bakr, lebih dekat ke Umar, Utsman, atau 'Ali, atau para sahabat lainnya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Terkait pendekatan ini, saya teringat ucapan Mas Salim A. Fillah, terkait bagaimana meneladani Rasulullah. Apabila merasa terlalu jauh, maka lihatlah ke dua sahabatnya terdekat, Abu Bakr dan Umar. Kecenderungannya ke arah mana, atau bila dilebarkan lagi bisa ke sepuluh sahabat Rasul yang dijamin masuk surga. Ini hanyalah salah satu cara untuk mengenali potensi, atau mengenali kecenderungan.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Tentu saja ada berbagai macam terminologi dan cara, tak melulu dari yang telah disebutkan sebelumnya, Terpenting, bagaimana mencari dan mendapatkannya, serta mengoptimalkannya.</p><p style="text-align: justify;"> </p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-86867635049675018952021-01-30T14:21:00.002+07:002021-11-05T16:44:52.826+07:00Perlukah Membeli Running Watch?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-IHINZbIhWEQ/YBUIrKvjdGI/AAAAAAAAlG8/pvGF-7_syXouqfdrUbhcZFWMZW9mDfAKQCLcBGAsYHQ/s1080/002.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Perlukah membeli Running Watch?" border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-IHINZbIhWEQ/YBUIrKvjdGI/AAAAAAAAlG8/pvGF-7_syXouqfdrUbhcZFWMZW9mDfAKQCLcBGAsYHQ/w640-h640/002.png" title="Perlukah membeli Running Watch?" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Kadang ada yang bertanya, "rekomendasi jam lari yang murah <i>dong, </i>yang cocok untuk pemula?" Nah, sebelum pertanyaan itu dijawab, ada pertanyaan yang lebih mendasar, "perlukah membeli jam lari?" atau "kapan kita perlu membeli jam lari?" mengingat harga jam lari yang tidak murah-murah <i>banget, </i>meski sekarang sudah ada juga <i>sih </i>jam lari dengan harga yang lebih terjangkau. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Untuk menjawab pertanyaan ini, saya teringat saat awal berlari di pertengahan 2016, saat menggunakan <i>handphone</i> untuk merekam aktivitas lari saya. Saat itu saya menggunakan Endomondo, selain aplikasi ini juga masih ada aplikasi lain yang bisa dipakai, seperti Strava, Runkeeper, MapMyRun (pengganti Endomondo yang sudah bubar akhir tahun 2020), dan lainnya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Pengalaman menggunakan <i>handphone</i> untuk merekam lari ya kadang enak kadang tidak. Enaknya ya tentu saja enggak perlu keluar uang banyak untuk bisa merekam aktivitas lari, apalagi saya (saat itu) gak ngerti-ngerti atau gak perlu-perlu amat sensor semacam <i>heart-rate</i> dan lainnya. Gak enaknya adalah saya mesti memastikan baterai <i>handphone</i> cukup sebelum, selama, dan setelah saya berlari. Semisal saya ingin lari selama satu jam, maka saya perlu memastikan baterainya cukup, terkadang saya lupa mengisi ulang baterai sehingga bikin agak males untuk lari di besok paginya (ya karena gak bisa kerekam aktivitas larinya). Soalan baterai ini penting karena sensor GPS-nya perlu terus aktif selama berlari, belum lagi bila ingin lebih akurat maka perlu juga mengaktifkan koneksi internet.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Gak enak yang kedua adalah soal kenyamanan. Saya menggunakan <i>arm band</i> di lengan kanan selama berlari untuk menyimpan <i>handphone</i>. Kenapa enggak disimpan di saku celana? Jawabannya karena suara <i>alert </i>atau pengingat tiap kilometer dan <i>pace-</i>nya tidak terlalu terdengar, apalagi jika sekitar kita sedang ramai suara. Memegang <i>handphone </i>malah lebih tidak nyaman, maka saya menggunakan <i>arm band</i>. Namun, karena berlari sekian puluh menit hingga sejam, maka seringkali <i>arm band</i> nya melorot karena keringat, jadi saat berlari beberapa kali mesti membetulkan posisi <i>arm band</i>. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Gak enak yang ketiga adalah saya tidak bisa memantau <i>current pace</i> atau laju berlari saat itu, karena yang terdengar dari <i>handphone</i> adalah <i>lap pace</i> atau laju per kilometernya. Hal ini penting untuk membantu berlari di laju yang cenderung konstan dan tidak naik-turun drastis.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Tiga hal ini cukup menjadi alasan bagi saya untuk membeli jam lari, selain tentunya adanya berbagai fitur yang ada di jam lari. Saya masih bisa-bisa saja untuk berlari maksimal 10 kilo dengan menggunakan <i>handphone</i>, tapi karena tentu saja ingin mencapai jarak yang lebih tinggi, bergantung pada <i>handphone</i> dengan keterbatasan baterainya menjadi soalan. Tidak akan nyaman menggunakan <i>handphone</i> misalnya untuk jarak <i>half-marathon</i> yang memakan waktu bisa sampai dua jam bahkan tiga jam. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Maka, bila ditanya perlukah membeli <i>running watch</i> atau jam lari, maka jawabannya adalah <b>perlu</b>, bila <i>budget</i> kita "tidak terbatas" ya tentu tak perlu pikir panjang, namun bila <i>budget</i> kita terbatas, maka belilah jam lari ketika:</p><p style="text-align: justify;"></p><ol><li>Sudah rutin lari, ini penting agar jam tidak mubazir. Bila kegunaannya hanya untuk menunjukkan jam, maka ada banyak jam dengan harga yang jauh lebih murah dan bagus. Bila untuk <i>smart device </i>saja, banyak pilihan <i>smart watch</i> yang memiliki kemampuan konektivitas dan fitur lebih baik, meski banyak jam lari pun memiliki beberapa fitur <i>smart watch</i>. Akan disayangkan apabila jam lari tidak sering dipakai, menjadi mubazir.<br /><br /></li><li>Memiliki target jarak yang lebih jauh. Jika mengambil contoh saya sebelumnya, kalau targetnya adalah untuk lari belasan kilometer atau lebih, penggunaan jam lari akan lebih memudahkan dan memberi rasa lebih nyaman serta lebih diperlukan. Contoh lainnya adalah bila ingin menjajal <i>trail running, </i>karena akan lebih aman menggunakan jam lari serta ketahanan baterai yang lebih baik, karena <i>trail running</i> memiliki waktu tempuh lebih lama dibanding lari di jalanan dengan jarak yang sama.<br /><br /></li><li>Ingin menggunakan fitur-fitur lain yang disajikan<i> </i>jam lari. Ambil contoh <i>training plan</i>, jam seperti Garmin, Suunto, Polar serta Coros, memiliki fitur <i>personal training plan</i> yang diberikan secara gratis, fitur <i>training plan</i> akan sangat bermanfaat bagi para pelari untuk mencapai targetnya. Fitur <i>training plan</i> sebetulnya disajikan juga oleh pengembang aplikasi seperti Strava, namun pengguna mesti membayar biaya berlangganan per bulan atau per tahun, yang apabila dihitung bisa lebih mahal dibanding membeli jam lari. Fitur latihan semisal <i>interval training</i> pun disajikan berbagai jam lari, fitur yang tidak selalu ada di aplikasi perekam aktivitas lari di <i>handphone</i>. Jam lari juga memberikan <a href="https://www.firman.my.id/2020/11/mengenal-istilah-istilah-dalam-running.html" target="_blank">berbagai <i>running metrics </i>yang berguna bagi para pelari</a>.<br /><br /></li><li>Ada dananya. Ini penting selain ya perlu dana untuk membeli tetapi juga agar tidak memaksakan membeli jam lari sementara belum ada alokasi dananya. Ya untuk ini tentu saja kembali ke pilihan masing-masing.</li></ol><p style="text-align: justify;">Nah, beberapa alasan di atas mudah-mudahan bisa sedikit menjawab apakah perlu kita membeli jam lari, mengingat harganya yang kebanyakan tidak murah, maka perlu dipikirkan keperluan untuk membeli jam lari. Memiliki jam lari memang memberi banyak manfaat dan nilai plus, selain berbagai fitur yang ditawarkan, kita pun tidak perlu membawa <i>handphone</i> saat berlari. Saya pribadi kadang tidak membawa <i>handphone</i> saat berlari bila jarak larinya hanya sekitar lima kilometer atau hanya sekitaran rumah saja. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Punya alasan atau jawaban lain? Yuk kasih jawaban kamu di kolom komentar.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: center;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Masih bingung mau beli jam lari yang mana? Baca saja pembahasan mengenai beberapa jam lari berikut:</p><p style="text-align: justify;"></p><ul><li><a href="https://www.firman.my.id/2020/10/ulasan-forerunner-45-245-645-745-dan.html" target="_blank">Ulasan Garmin Forerunner 45, 245, 645, 745, dan 945</a> </li><li><a href="https://www.firman.my.id/2020/11/mengulas-venu-dan-vivoactive-gps.html" target="_blank">Mengulas Venu dan Vivoactive, GPS Smartwatch dari Garmin</a><br /></li><li><a href="https://www.firman.my.id/2020/11/harga-sama-pilih-mana-forerunner-45.html" target="_blank">Harga Sama, Pilih Mana? Forerunner 45 versus Venu SQ Non-Music</a><br /></li></ul><p></p><p></p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-57964385174439113202020-11-20T23:48:00.017+07:002020-11-24T22:14:22.120+07:00Harga Sama, Pilih Mana? Forerunner 45 versus Venu Sq Non-Music<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-8f04TIPpbHI/X7i6thGIw5I/AAAAAAAAi_o/j-MktcJ1Fskj_50Jsl_oMpff1rTGCct0ACLcBGAsYHQ/s2048/001.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Harga Sama, Pilih Mana? Forerunner 45 versus Venu Sq Non-Music" border="0" data-original-height="2048" data-original-width="2048" height="400" src="https://1.bp.blogspot.com/-8f04TIPpbHI/X7i6thGIw5I/AAAAAAAAi_o/j-MktcJ1Fskj_50Jsl_oMpff1rTGCct0ACLcBGAsYHQ/w400-h400/001.png" width="400" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Garmin dengan berbagai <i>line-up</i> jamnya terkadang membingungkan bagi sebagian orang. Terkadang ada beberapa jam yang memiliki harga yang sama atau tidak begitu jauh yang bisa membuat kita bingung mau memilih yang mana. Nah, salah satu yang sama dari segi harga namun berbeda fitur adalah Forerunner 45 (rilis tahun 2019) dan Venu Sq Non-Music (rilis tahun 2020). Melihat dari seri pun tentu saja ada perbedaan fokus jam, <a href="https://www.firman.my.id/2020/10/ulasan-forerunner-45-245-645-745-dan.html#perbandingan" target="_blank">seri Forerunner cocok bagi mereka yang lebih membutuhkan fitur untuk berlari</a>, sementara <a href="https://www.firman.my.id/2020/11/mengulas-venu-dan-vivoactive-gps.html" target="_blank">Venu begitu menarik dari tampilan tanpa melupakan fitur olahraga standar</a>. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Forerunner 45 dan Venu Sq Non-Music sama-sama dijual dengan harga Rp3.199.000, keduanya menjadi jam termurah dari masing-masing seri. Di seri Forerunner, <i>upgrade </i>selanjutnya adalah Forerunner 245 yang dijual seharga Rp4.799.000 untuk seri non-music dan Rp5.549.000 untuk seri music. Sementara di atas Venu Sq non-music, terdapat Venu Sq Music seharga Rp3.999.000 dan Venu seharga Rp5.499.000. Nah, cukup untuk informasi harga, lalu bagaimana dari segi fitur kedua jam ini?</div><br/><div id="listPosts"></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;">Tampilan Fisik dan Daya Tahan Baterai</h2><div style="text-align: justify;">Tampilan jam adalah hal pertama yang mudah dibandingkan, Forerunner 45 memiliki bentuk lingkaran sebagaimana hampir semua jam Garmin, sementara Venu Sq Non-Music berbentuk persegi (<i>rounded</i>) yang nampak begitu berbeda dari jam Garmin lainnya. Forerunner 45 menggunakan material kaca (<i>chemically-strengthened glass</i>) sementara Venu Sq Non-Music sudah menggunakan Corning® Gorilla® Glass 3. Segi layar, Forerunner 45 masih menggunakan <i>memory-in-pixel</i> (MIP) dengan resolusi 208x208 pixels, sementara Venu Sq Non-Music telah menggunakan <i>liquid crystal</i> alias LCD dengan resolusi 240x240x pixels yang tentu saja memiliki ketajaman warna yang lebih jelas dan terang. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk navigasi layar, Venu Sq Non-Music menggunakan <i>touchscreen</i> yang dilengkapi dengan dua tombol di kanan, sementara Forerunner 45 menggunakan lima tombol: dua di kanan, tiga di kiri. Mana yang lebih baik? Untuk hal ini kembali ke kenyamanan pengguna, ada yang lebih nyaman dengan tombol tanpa <i>touchscreen</i>, ada juga yang lebih nyaman dengan <i>touchscreen</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di segi bezel, Venu Sq Non-Music menggunakan bahan anodized alumunium<i> </i>yang nampak lebih mewah dibanding <i>polymer</i> di Forerunner 45. Sementara untuk berat hanya terpaut 1.6 gram, Forerunner 45 memiliki berat 36 gram, sementara Venu Sq Non-Music memiliki berat 37.6 gram.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bila melihat dari segi tampilan fisik, jelas Venu Sq Non-Music memiliki keunggulan dibanding Forerunner 45. Layar LCD dengan resolusi yang lebih tinggi serta bezel yang lebih premium jauh di atas Forerunner 45 yang masih menggunakan MIP. Sementara daya tahan baterai Venu Sq Non-Music diklaim dapat bertahan hingga 14 jam saat menggunakan mode GPS, sementara Forerunner 45 bertahan hingga 13 jam di mode serupa, maka keduanya masih sanggup untuk dibawa berlari dengan jarak Marathon.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Pemenang: </b>Venu Sq Non-Music</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;">Fitur Jam/Waktu</h2><div style="text-align: justify;">Beralih ke fitur dasar jam, keduanya sama-sama memiliki fitur tanggal/waktu, sinkronisasi waktu dengan GPS, alarm, <i>timer, </i>stopwatch serta automatic Daylight Saving Time (DST). Perbedaan hanya di Venu Sq Non-Music yang memiliki fitur <i>Sunrise/sunset times</i>, fitur yang tidak begitu esensial sehingga bagi saya tidak menjadi masalah Forerunner 45 tidak memiliki fitur ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Pemenang: </b>Venu Sq Non-Music</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;">Fitur Kesehatan</h2><div style="text-align: justify;">Di fitur kesehatan, kedua jam ini memiliki banyak fitur serupa dari mulai deteksi denyut jantung (fitur Garmin Elevate), <i>respiration rate</i>, <i>fitness age</i>, <i>stress tracking, sleep tracking, hydration tracking, menstrual cycle, body battery energy monitor, </i>hingga <i>relaxation reminders</i>. Perbedaan terletak di fitur Pulse Ox yang hanya ada di Venu Sq Non-Music, fitur yang berfungsi untuk mengestimasi saturasi darah.</div><div><br /></div><div><b>Pemenang: </b>Venu Sq Non-Music</div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><h2 style="text-align: left;">Sensor</h2><div style="text-align: justify;">Masuk ke segi sensor, lagi-lagi Venu Sq Non-Music unggul dibanding Forerunner 45. Kedua jam ini memang sama-sama dilengkapi sensor GPS, Galileo, GLONASS, Garmin Elevate, serta akselerometer, namun Venu Sq Non-Music memiliki sensor kompas, Pulse Ox, serta <i>ambient light sensor</i> karena layar LCD nya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Pemenang: </b>Venu Sq Non-Music</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;">Daily Smart Features</h2><div style="text-align: justify;">Untuk segi fitur harian, keduanya sama-sama dilengkapi Bluetooth, ANT+, kalender, cuaca, notifikasi dari <i>smartphone, find my watch, find my phone </i>serta sama-sama bisa digunakan untuk mengontrol musik di <i>smartphone</i>. Perbedaan terletak di ketersediaan fitur Garmin Connect IQ; Forerunner 45 hanya bisa mengunduh tampilan jam (<i>watch faces</i>) saja sementara Venu Sq Non-Music bisa mengunduh berbagai aplikasi, <i>watch face, </i>serta<i> data fields</i> yang lebih kaya. Satu perbedaan lainnya adalah adanya fitur Garmin Pay di Venu Sq Non-Music, namun karena fitur ini belum bisa digunakan di Indonesia (karena belum ada bank yang bekerjasama dengan Garmin untuk fitur ini), maka seolah-olah tidak menjadi perbedaan berarti untuk fitur Garmin Pay di kedua jam ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Pemenang: </b>Venu Sq Non-Music</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;">Fitur Gym dan Fitness</h2><div style="text-align: justify;">Masuk ke fitur olahraga yang pertama yakni gym dan fitness, Venu Sq Non-Music kembali unggul di atas Forerunner 45. Sementara Forerunner 45 hanya dilengkapi fitur kardio, eliptikal, <i>stair stepping</i>, Venu Sq Non-Music selain dilengkapi tiga fitur tersebut juga dilengkapi dengan yoga, pilates, <i>indoor rowing, breathwork </i>serta <i>automatic rep counting. </i>Untuk segi ini bergantung kebutuhan kita, bila kita memerlukan fitur yoga dan pilates, Venu Sq Non-Music menjadi pilihan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Pemenang: </b>Venu Sq Non-Music</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;">Fitur Olahraga Lari</h2><div style="text-align: justify;">Di fitur utama ini keduanya memilki fitur yang sama, yakni selain pelacakan dengan GPS, juga bisa mendeteksi <i>cadence. </i>Selain itu keduanya juga bisa digunakan untuk <i>treadmill running</i>, kompatibel dengan <i>foot pod</i> serta memiliki <i>run workouts</i> yang dapat dibuat/diunduh dari Garmin Connect. Melihat fitur ini agak membingungkan ketika Venu Sq Non-Music malah memiliki fitur yang sama dengan Forerunner 45, padahal mestinya Forerunner 45 lebih memiliki fitur yang lebih banyak untuk berlari.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Pemenang</b>; -</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><h2>Fitur Bersepeda</h2><div>Untuk fitur bersepeda, keduanya sama-sama bisa digunakan untuk <i>outdoor </i>dan <i>indoor biking</i>. Keduanya juga sama-sama dilengkapi <i>speed and cadence support </i>serta <i>alerts</i> untuk waktu, jarak, kalori, dan detak jantung. Perbedaannya, Venu Sq Non-Music kompatibel dengan Varia radar dan Varia lights, kedua produk lain dari Garmin.</div><div><br /></div><div><b>Pemenang</b>; Venu Sq Non-Music</div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><h2>Fitur Berenang</h2><div>Cukup mengecewakan ketika Forerunner 45 tidak memiliki fitur untuk berenang, meski tahan di air dengan <i>rating </i>5ATM, namun Forerunner 45 tidak bisa melacak aktivitas berenang sama seperti pendahulunya, Forerunner 35. Sementara Venu Sq Non-Music dapat melacak aktivitas berenang (hanya di kolam renang) lengkap dengan jarak, laju, waktu, kalori, efektifitas berenang, deteksi denyut jantung meski saat berenang (dalam air) serta deteksi gaya berenang. Di segi ini jelas Venu Sq Non-Music unggul.</div><div><br /></div><div><b>Pemenang</b>; Venu Sq Non-Music</div></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><div><h2>Fitur Golf</h2><div>Kembali, di fitur golf pun Venu Sq Non-Music unggul karena Forerunner 45 tidak memiliki fitur ini. Namun memang kembali ke penggunaan, bila memang akan digunakan untuk golf, Venu Sq Non-Music menjadi pilihan tepat. </div><div><br /></div><div><b>Pemenang</b>; Venu Sq Non-Music</div></div><div><br /></div></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><h2>Fitur Latihan, Perencanaan, dan Analisis</h2><div>Di fitur ini kembali saya bingung dengan Foreruner 45 yang hanya memiliki fitur dasar dan hampir serupa dengan Venu Sq Non-Music. Keduanya sama-sama memiliki fitur <i>HR Zones, HR alerts, HR broadcast (via ANT+), GPS speed and distance, customizable data pages, customizable activity profiles, auto pause, auto lap, advance workouts, downloadable training plans, VO2 Max, activity history, </i>serta Garmin Physio True-Up. Perbedaannya Venu Sq Non-Music memiliki fitur <i>HR calories, % HR Max, </i>serta <i>respiration rate </i>saat yoga dan <i>breathwork</i>.</div><div><br /></div><div><b>Pemenang</b>; Venu Sq Non-Music</div></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><h2>Fitur Keamanan dan Pelacakan Aktivitas</h2><div>Kedua jam ini sama-sama dilengkapi fitur penghitung langkah (<i>step counter</i>), <i>auto goal</i> atau target langkah harian yang diatur secara otomatis, kalori yang dibakar, <i>intensity minutes</i>, <i>move bar</i> atau pengingat untuk bergerak/berjalan apabila kita terlalu lama diam, <i>distance traveled, </i>serta fitur Garmin TrueUp dan Garmin Move IQ. </div><div><br /></div><div><br /></div><div>Sementara untuk segi keamanan, keduanya dilengkapi fitur <i>Livetrack </i>(dapat membagikan posisi kita saat berlari secara langsung ke kontak tertentu yang telah diatur sebelumnya, fitur ini memerlukan koneksi ke <i>smartphone </i>yang tersambung ke internet), <i>Assistance</i>, serta fitur pendeteksi insiden ketika merekam aktivitas. </div><div><br /></div><div><b>Pemenang</b>; -</div></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><h2>Fitur Aktivitas Luar Ruangan</h2><div>Untuk fitur ini, Venu Sq Non-Music kembali unggul karena dilengkapi fitur <i>skiing, snowboarding, XC skiing, stand up paddleboarding, rowing </i>serta <i>back to start</i>. Sementara Forerunner 45 tidak memiliki fitur <i>outdoor</i> tersebut. Meski Venu Sq Non-Music unggul, namun dari segi penggunaan kembali kepada kebutuhan.</div><div><br /></div><div><b>Pemenang</b>; Venu Sq Non-Music</div></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><h2>Kesimpulan</h2><div>Forerunner 45 rilis pada April 2019, sementara Venu Sq Non-Music rilis pada September 2020. Dijual dengan harga yang sama, nyatanya Venu Sq Non-Music memiliki fitur yang jauh lebih unggul daripada Forerunner 45. Kekurangan terbesar dari Forerunner 45 adalah ketidaktersediaan fitur perekaman aktivitas berenang. Kekerugan selanjutnya adalah di fitur berlari yang diharapkan Forerunner 45 mestinya memiliki fitur yang lebih kaya dibanding Venu Sq Non-Music, namun pada kenyataannya malah memiliki fitur yang serupa. Venu Sq Non-Music juga telah dilengkapi sensor Pulse Ox untuk mengestimasi saturasi darah, </div><div><br /></div><div><br /></div><div>Kekurangan selanjutnya dari Forerunner 45 adalah hanya bisa mengunduh <i>watch faces</i> dari Garmin Connect IQ, sementara Venu Sq Non-Music bisa mengunduh berbagai <i>watch faces, </i>aplikasi, serta <i>data fields</i> yang bisa memperkaya perekaman aktivitas kita. </div><div><br /></div><div><br /></div><div>Nyatanya dengan harga serupa di Rp3.199.000, Venu Sq Non-Music begitu unggul apalagi dengan tampilan layar dan fisik yang jauh lebih menarik. Saat Venu Sq Non-Music akan dirilis, harga Forerunner 45 pun sempat turun ke harga Rp2.899.000 beberpaa beberapa waktu sebelumnya. Menariknya, harga <i>pre-order</i> Venu Sq Non-Music pun berada di angka Rp2.899.000 sebelum di harga normal. </div><div><br /></div><div><br /></div><div>Demikian perbandingan dari Forerunner 45 dan Venu Sq Non-Music. Harga sama, pilih mana? Tentu saja saya pribadi akan memilih Venu Sq Non-Music. Semoga bermanfaat dan selamat berlari!</div></div>
<script type="text/javascript">
var LoadTheArchive = function(TotalFeed) {
var PostTitles = new Array();
var PostURLs = new Array();
if ("entry" in TotalFeed.feed) {
var PostEntries = TotalFeed.feed.entry.length;
for (var PostNum = 0; PostNum < PostEntries; PostNum++) {
var ThisPost = TotalFeed.feed.entry[PostNum];
PostTitles.push(ThisPost.title.$t);
var ThisPostURL;
for (var LinkNum = 0; LinkNum < ThisPost.link.length; LinkNum++) {
if (ThisPost.link[LinkNum].rel == "alternate") {
ThisPostURL = ThisPost.link[LinkNum].href;
break;
}
}
PostURLs.push(ThisPostURL);
}
}
DisplaytheTOC(PostTitles, PostURLs);
}
var DisplaytheTOC = function(PostTitles, PostURLs) {
var NumberOfEntries = PostTitles.length;
var BoxListPosts = document.getElementById("listPosts");
BoxListPosts.innerHTML="<strong>Baca juga tulisan lainnya mengenai lari:</strong><br/>";
for (var EntryNum = 0; EntryNum < NumberOfEntries; EntryNum++){
BoxListPosts.innerHTML+="• <a href='" + PostURLs[EntryNum] + "'>" + PostTitles[EntryNum] + "</a><br>";
}
}
</script>
<script src="/feeds/posts/default/-/Running?alt=json-in-script&max-results=5&start-index=1&callback=LoadTheArchive" type="text/javascript">
</script>
<style>
#listPosts{
background: #fff;
border-radius: 2px;
padding:8px;
margin: 1rem;
box-shadow: 0 1px 3px rgba(0,0,0,0.12), 0 1px 2px rgba(0,0,0,0.24);
transition: all 0.3s cubic-bezier(.25,.8,.25,1);
}
#listPosts:hover {
box-shadow: 0 14px 28px rgba(0,0,0,0.25), 0 10px 10px rgba(0,0,0,0.22);
}
</style>
Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-38300813386508578552020-11-19T07:47:00.000+07:002020-11-20T07:47:47.025+07:00Unpublished<p style="text-align: justify;">Maret lalu semestinya Teater Perdikan mentas dengan lakon "Sunan Sableng dan Paduka Petruk", setelah pada 2019 menggelar pertunjukan dengan lakon "Sengkuni 2019". Pentas dengan lakon terbaru ini semestinya digelar di Taman Budaya Yogyakarta. Pada <a href="https://www.firman.my.id/2018/04/kenduri-cinta-i.html" target="_blank">Kenduri Cinta</a> edisi Februari 2019, Mbah Nun sendiri berharap lakon yang sama dapat digelar di Jakarta pada April 2020.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-x8tL3Z1496k/X7cRpD4ZDEI/AAAAAAAAi-k/o6y6bn_1elAqwCLEqG3Sv-pUQKqzyWBwACPcBGAsYHg/s4608/20201115_120546.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Unpublished 2 - Merchandise by Kenduri Cinta" border="0" data-original-height="4608" data-original-width="3456" height="400" src="https://1.bp.blogspot.com/-x8tL3Z1496k/X7cRpD4ZDEI/AAAAAAAAi-k/o6y6bn_1elAqwCLEqG3Sv-pUQKqzyWBwACPcBGAsYHg/w300-h400/20201115_120546.jpg" width="300" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>Rencana dan harapan tak terwujud -setidaknya tahun ini-, pandemi "keburu datang secara resmi" ke Indonesia pada Maret, hanya hitungan hari sebelum pentas berlangsung. Maka, jangankan pentas di Jakarta, pentas di Yogyakarta sendiri pun urung terlaksana. Maret 2020 juga menjadi Kenduri Cinta terakhir -setidaknya sampai tulisan ini dirilis- yang dihadiri umum/terbuka, barangkali begitu juga dengan <a href="https://www.firman.my.id/search/label/Maiyahan" target="_blank">Maiyahan lain di nusantara</a>. <p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Berbulan kemudian, Kenduri Cinta lantas menjual <i>merchandise</i> dari pentas yang tadinya akan digelar. Di salah satu <i>merchandise</i>, tertulis "18 April 2020 - Taman Ismail Marzuki", bertepatan dengan hari Sabtu, barangkali jadwal Kenduri Cinta digeser ke tanggal tersebut dengan menghadirkan Teater Perdikan. Agak sedih juga ketika melihat tanggal itu di <i>lanyard</i> yang dijual, menunjukkan pentas memang sudah direncanakan akan digelar pada tanggal tersebut di Jakarta.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-_vuEImHkJ6Q/X7cR6-SrqpI/AAAAAAAAi-s/1f3JJoEDaqoohy9bf7ZbJk7MfxETTGUNwCPcBGAsYHg/s4608/20201115_121957.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Lanyard - Sunan Sableng dan Paduka Petruk, Jakarta" border="0" data-original-height="4608" data-original-width="3456" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-_vuEImHkJ6Q/X7cR6-SrqpI/AAAAAAAAi-s/1f3JJoEDaqoohy9bf7ZbJk7MfxETTGUNwCPcBGAsYHg/w240-h320/20201115_121957.jpg" width="240" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Berbagai paket <i>merchandise </i>dijual melalui akun resmi Kenduri Cinta, dengan menonaktifkan kolom komentar dan dilengkapi <i>caption</i>: "<b>UNPUBLISHED</b> <i>by Kenduri Cinta</i>" serta "<i>Stop talking and asking. Just show your caring with the community</i>." Seolah berpesan untuk dapat berkontribusi atau menunjukkan kepedulian jamaah terhadap Kenduri Cinta, dalam hal ini khususnya soalan materi. Mungkin saja cukup banyak <i>merchandise</i> yang telah dibuat para penggiat dan panitia. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Kenduri Cinta bagi saya adalah oase di tengah hiruk-pikuk ibukota yang glamor dan melelahkan. Sebulan sekali berkumpul di Taman Ismail Marzuki, saya merasakan Jakarta dan juga bukan Jakarta. Saya merasakan Jakarta dalama arti ia sebagai tempat para perantau dari penjuru daerah. Bukan Jakarta dalam arti ada suasana yang berbeda, barangkali letak Taman Ismail Marzuki dan suasana secara umum di sana yang bagi saya agak berbeda dengan di luar Taman Ismail Marzuki.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Besarnya manfaat yang dirasakan dan dengan berbagai hal yang ada di dalamnya, ada semacam keterikatan antara jamaah dengan Kenduri Cinta, setidaknya itu yang saya rasakan. Maka, ketika Kenduri Cinta menjual <i>merchandise</i> lakon "Sunan Sableng dan Paduka Petruk", ketertarikan saya membelinya bukan semata ini adalah <i>merchandise</i>, tapi sebagai bentuk dukungan dan kepedulian dalam hal materi. Kenduri Cinta dan juga maiyahan yang lain berjalan tanpa ada sponsor, selain menjadikannya bebas dari keterikatan dengan pihak tertentu (yang mensponsori) juga menunjukkan kemandirian atau keberdaulatan atas dirinya sendiri. Bagi jamaah seperti saya, barangkali tak banyak yang bisa dilakukan untuk membantu Kenduri Cinta, kesempatan seperti sekarang inilah yang akhirnya bisa saya pergunakan untuk membantu, meski tentu tak seberapa. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Delapan atau sembilan bulan sudah pandemi berlangsung, merontokkan berbagai bidang yang tak terbayang sebelumnya. Semua mencoba bertahan dan berjuang, bagai sebagai individu atau kelompok. Ketidakhadiran maiyah secara fisik dalam arti berkumpul di suatu tempat memang terasa. Jamaah Maiyah tentu rindu dengan pertemuan-pertemuan bulanan yang biasa dilakukan, namun tidak bertemu secara fisik bukan berarti tidak bermaiyah, karena kita tetap bermaiyah dalam hati kita.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-67747664514786205902020-11-10T15:58:00.007+07:002020-11-29T12:57:42.503+07:00Mengulas Venu dan vívoactive, GPS Smartwatch dari Garmin<p style="text-align: justify;">Garmin memiliki berbagai macam seri dari <i>line-up</i> jamnya, dari outdoor, berlari, menyelam, golf, hingga sebagai <i>activity tracker</i>. <a href="https://www.firman.my.id/2020/10/ulasan-forerunner-45-245-645-745-dan.html" target="_blank">Bila seri Forerunner dikhususkan untuk berlari</a> -sesuai yang disebutkan oleh Garmin: <i>GPS Running Smartwatch</i>, maka seri Venu dan Vívoactive lebih mengarah sebagai <i>Fitness Smartwatch </i>dengan tampilan yang lebih menarik daripada Forerunner. Kedua seri ini tentu saja tetap dilengkapi dengan GPS yang sama baiknya dengan seri Forerunner, namun tentu ada perbedaannya. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Kali ini yang akan dibahas adalah mengenai seri Venu dan Vívoactive, dua seri yang tak jarang menjadi pilihan bagi pelari selain Forerunner. Saat melihat spesifikasi dan fitur kedua seri ini, saya agak kebingungan karena begitu mirip, pun di rentang harganya, tapi tentu saja ada perbedaan yang bisa jadi faktor untuk memilih salah satu dari kedua seri jam ini.</p><div id="listPosts"></div><br /><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h2 style="text-align: justify;">Seri Vívoactive</h2><div style="text-align: justify;">Seri Vívoactive pertama dirilis pada 2015, dengan bentuk persegi, di luar kebiasaan Garmin dengan bentuk lingkaran. Tak lama setelah itu, Vívoactive HR dirilis, dengan bentuk persegi memanjang, kedua jam ini menghadirkan fitur dasar untuk berbagai macam aktivitas olahraga dan luar ruangan, hanya saja memang dari segi tampilan tidak begitu menarik kendati keduanya menggunakan <i>touch screen</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Vívoactive 3 lalu dirilis pada September 2017, tetap dengan <i>touch screen</i> namun dengan bentuk lingkaran dengan bezel yang membuatnya cocok untuk dipakai setiap hari bahkan untuk acara semiformal. Fitur-fitur yang disajikan cukup mumpuni untuk berbagai aktivitas, dilengkapi <i>barometric altimeter</i> (yang bahkan tidak tersedia di Forerunner 45 dan Forerunner 245), membuatnya kian lengkap tidak hanya untuk berlari juga sebagai <i>activity tracker</i> dengan fitur <i>floor climbed</i> nya. Vívoactive 3 dilengkapi juga dengan fitur pembayaran Garmin Pay. Saya memakai seri ini lebih dari 1.5 tahun dan cukup cocok untuk merekam aktivitas sehari-hari dan berlari, <a href="https://www.firman.my.id/2020/11/mengenal-istilah-istilah-dalam-running.html" target="_blank">meski dengan metrik-metrik</a> dasar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada Juni 2018, Vívoactive 3 Music dirilis, dengan tampilan yang sedikit berbeda namun dilengkapi dengan fitur musik yang mampu menyimpan hingga 500 lagu dari penyedia jasa <i>streaming</i> lagu seperti Spotify, Deezer, dan Amazon Music. Selang satu tahun kemudian, Vívoactive 3 Element dirilis, dengan bentuk mirip dengan Vívoactive 3, namun dengan fitur yang dipangkas, maka dari segi harga pun menjadi lebih murah. Di kuartal akhir 2019, Garmin meluncurkan Vívoactive 4/4S sebagai <i>update</i> dari seri Vívoactive sebelumnya. Seri inilah yang akan dibahas lebih detail.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;">Vívoactive 4/4S</h2><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-BBzQ1Cu3wKs/X6ZUGrMnkCI/AAAAAAAAits/ZuBnrd0DrxwEjc3mi84eON0jtKjimTmBgCLcBGAsYHQ/s600/vivoactive-4.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Vívoactive 4" border="0" data-original-height="600" data-original-width="600" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-BBzQ1Cu3wKs/X6ZUGrMnkCI/AAAAAAAAits/ZuBnrd0DrxwEjc3mi84eON0jtKjimTmBgCLcBGAsYHQ/w320-h320/vivoactive-4.jpg" title="Vívoactive 4" width="320" /></a></div><div><br /></div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><b><span style="font-size: medium;">"GPS SMARTWATCH BUILT FOR YOUR ACTIVE LIFESTYLE"</span></b></div><div style="text-align: center;"><b><span style="font-size: medium;">"Tune in to your body, and tone up with a smartwatch that can track it all and help you reach your health and fitness goals."</span></b></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><b>(Vívoactive 4/Garmin Describe)</b></span></div><div style="text-align: center;"><b><span style="font-size: medium;"><br /></span></b></div><div style="text-align: center;"><div><span style="font-size: medium;"><b>"SMALLER-SIZED GPS SMARTWATCH BUILT FOR YOUR ACTIVE LIFESTYLE"</b></span></div><div><b><span style="font-size: medium;">"Tune in to your body, and tone up with a smartwatch that can track it all and help you reach your health and fitness goals."</span></b></div><div><span style="font-size: medium;"><b>(Vívoactive 4S/Garmin Describe)</b></span></div></div><div><br /></div><div><br /></div><div><b><span style="font-size: medium;"><span style="text-align: justify;">Vívoactive</span><span style="text-align: justify;"> 4</span></span></b></div><div><b style="text-align: justify;">Materi layar: </b><span style="text-align: justify;">Corning® Gorilla® Glass 3 | <b>Bezel</b>: Stainless Steel | <b>Material strap</b>: silikon | </span><b style="text-align: justify;">Ukuran layar: </b><span style="text-align: justify;">33mm diameter | </span><b style="text-align: justify;">Ukuran fisik: </b><span style="text-align: justify;">45.1 x 45.1 x 12.8 mm </span><span style="text-align: justify;">| <b>Resolusi</b>: 260 x 260 pixel | <b>Tampilan: </b>Transflective memory-in-pixel (MIP) | </span><b style="text-align: justify;">Berat: </b><span style="text-align: justify;">50.5</span><span style="text-align: justify;">g | </span><b style="text-align: justify;">Daya tahan baterai: </b><span style="text-align: justify;">hingga 8 hari (mode </span><i style="text-align: justify;">Smartwatch</i><span style="text-align: justify;">), hingga 6 jam (mode GPS dengan musik), hingga 18 jam (mode GPS tanpa musik) | </span><b style="text-align: justify;">Memori:</b><span style="text-align: justify;"> 14 hari (data <i>activity tracking</i>), 7 aktivitas | <b>Water rating</b>: 5ATM | </span><b style="text-align: justify;">Warna: </b><span style="text-align: justify;">Black/Slate, Gray/Silver </span><span style="text-align: justify;">| </span><b style="text-align: justify;">Tahun rilis: </b><span style="text-align: justify;">September 2019 | <b>Touchscreen: </b>Ya | </span><b style="text-align: justify;">Harga: </b><span style="text-align: justify;">Rp5.499.000</span></div><div><span style="text-align: justify;"><br /></span></div><div><span style="text-align: justify;"><br /></span></div><div><b><span style="font-size: medium;"><span style="text-align: justify;">Vívoactive</span><span style="text-align: justify;"> 4S</span></span></b></div><div><b style="text-align: justify;">Materi layar: </b><span style="text-align: justify;">Corning® Gorilla® Glass 3 | <b>Bezel</b>: Stainless Steel | <b>Material strap</b>: silikon | </span><b style="text-align: justify;">Ukuran layar: </b><span style="text-align: justify;">27.9</span><span style="text-align: justify;">mm diameter | </span><b style="text-align: justify;">Ukuran fisik: </b><span style="text-align: justify;">40 x 40 x 12.7 mm</span><span style="text-align: justify;"> </span><span style="text-align: justify;">| <b>Resolusi</b>: 218 x 218 pixel | <b>Tampilan: </b>Transflective memory-in-pixel (MIP) | </span><b style="text-align: justify;">Berat: </b><span style="text-align: justify;">40</span><span style="text-align: justify;">g | </span><b style="text-align: justify;">Daya tahan baterai: </b><span style="text-align: justify;">hingga 7 hari (mode </span><i style="text-align: justify;">Smartwatch</i><span style="text-align: justify;">), hingga 5 jam (mode GPS dengan musik), hingga 15 jam (mode GPS tanpa musik) | </span><b style="text-align: justify;">Memori:</b><span style="text-align: justify;"> 14 hari (data <i>activity tracking</i>), 7 aktivitas | <b>Water rating</b>: 5ATM | </span><b style="text-align: justify;">Warna: </b><span style="text-align: justify;">Black/Slate, </span><span style="text-align: justify;">Dust Rose</span><span style="text-align: justify;">/</span><span style="text-align: justify;">Light Gold, White/</span><span style="text-align: justify;">Rose Gold</span><span style="text-align: justify;">, </span><span style="text-align: justify;">Powder Gray/</span><span style="text-align: justify;">Silver </span><span style="text-align: justify;">| </span><b style="text-align: justify;">Tahun rilis: </b><span style="text-align: justify;">September 2019 | </span><b style="text-align: justify;">Harga: </b><span style="text-align: justify;">Tidak dijual di Indonesia</span></div><div><br /></div><div><br /></div><p style="text-align: justify;">Vívoactive 4 dirilis pada September 2020 sebagai upgrade dari seri Vívoactive 3. Bila pada seri sebelumnya terdapat hingga tiga varian, pada Vívoactive 4 hanya terdapat dua seri dengan perbedaan di ukuran jamnya. Perbedaan lainnya terdapat di ketahanan baterai dan resolusi layarnya yang lebih kecil. Sementara dari segi fitur, baik seri Vívoactive 4 maupun 4S memiliki fitur yang sama dan baru. Vívoactive 4 dilengkapi berbagai fitur activity tracking dan fitur-fitur baru Garmin, seperti <i>Body Battery Energy Monitoring, Pulse Ox Sensor, Stress Tracking, Menstrual Cycle Tracking, Hydration Tracking, Respiration Tracking, </i>dan <i>Advanced Sleep Tracking.</i></p><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Satu fitur yang menarik adalah <i>Animated, On-Screen Workouts</i>, yakni fitur yang menunjukkan animasi <i>workout </i>dengan <i>full colour</i>. Animasi ini menjadi panduan bagi pengguna untuk melakukan <i>workout</i> seperti kardio, <i>strength</i>, yoga, serta pilates. Selain itu, berbagai animasi lain bisa diunduh secara gratis di Garmin Connect. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Vívoactive 4 dilengkapi lebih dari 20 jenis aktivitas dan olahraga, dari lari, bersepeda, berenang, golf, dan berbagai macam kegiatan <i>indoor. </i>Garmin Coach pun masih menjadi fitur dari seri ini. Sementara dari segi tampilan, selain menggunakan Corning® Gorilla® Glass 3, teknologi Garmin Chroma Display pun diberikan. Vívoactive 4 dilengkapi dengan <i>quick release band</i> yang memudahkan untuk mengganti strap. Selain masih menggunakan <i>touchscreen</i>, tidak seperti Vívoactive 3 yang memiliki satu tombol dan slider, Vívoactive 4 menggunakan dua tombol. Bezel dari <i>stainless steel </i>memberikan kesan yang elegan ketimbang bezel polymer dari seri Forerunner (kecuali Forerunner 645).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;">Venu</h2><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-5lhgG2mOYnc/X6fUKSs0ehI/AAAAAAAAiwA/qtsy1XPlXTwcc0nV0wx-8n03Gbmy4K8vwCLcBGAsYHQ/s600/venu.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="600" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-5lhgG2mOYnc/X6fUKSs0ehI/AAAAAAAAiwA/qtsy1XPlXTwcc0nV0wx-8n03Gbmy4K8vwCLcBGAsYHQ/s320/venu.jpg" /></a></div><br /><div><br /></div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><b>"</b></span><span style="text-align: left;"><span style="font-size: medium;"><b>BRIGHT, BEAUTIFUL GPS SMARTWATCH BUILT FOR YOUR ACTIVE LIFESTYLE"</b></span></span></div><div style="text-align: center;"><span style="text-align: left;"><span style="font-size: medium;"><b>"</b></span></span><span style="text-align: left;"><span style="font-size: medium;"><b>Beautiful. Detailed. Alive. Spend more time doing the activities you love, and stay in tune with your body with the striking Venu GPS smartwatch."</b></span></span></div><div style="text-align: center;"><span style="text-align: left;"><span style="font-size: medium;"><b>(Garmin Describe)</b></span></span></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><p style="text-align: center;"></p><div><br /><p style="text-align: justify;"><strong>Materi layar</strong>: Corning® Gorilla® Glass 3 | <strong>Bezel</strong>: Stainless Steel | <strong>Material strap</strong>: silikon | <strong>Ukuran layar</strong>: 30.4mm diameter | <strong>Ukuran fisik</strong>: 43.2 x 43.2 x 12.4 mm | <strong>Resolusi</strong>: 390 x 390 pixel | <strong>Tampilan</strong>: AMOLED | <strong>Berat</strong>: 46.3g | <strong>Daya tahan baterai</strong>: hingga 5 hari (mode Smartwatch), hingga 6 jam (mode GPS dengan musik), hingga 20 jam (mode GPS tanpa musik) | <strong>Memori</strong>: 200 jam aktivitas | <strong>Water rating</strong>: 5ATM | <strong>Warna</strong>: Black/Slate, Black/Gold, Blue Granite/Silver, Light Sand/Rose Gold | <strong>Tahun rilis</strong>: September 2019 | <strong>Touchscreen</strong>: Ya | <strong>Harga</strong>: Rp5.999.000</p></div><div><br /></div><div style="text-align: right;"><span style="text-align: justify;"> </span></div><div><div style="text-align: justify;">Venu dirilis berbarengan dengan Vívoactive 4, sama-sama menjadi GPS Smartwatch yang menarik dari segi tampilan dibanding seri Forerunner. Melihat dari segi ukuran, Venu memiliki ukuran yang lebih kecil serta lebih ringan dibanding Vívoactive 4, namun dengan resolusi yang lebih tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;"> </div>
<div style="text-align: justify;">Kelebihan utama dari Venu adalah layarnya yang berbahan AMOLED, menjadikannya jam Garmin pertama yang memakai AMOLED. Bisa dibilang Venu dihadirkan untuk menyaingi Apple Watch dan Samsung Galaxy Watch (ketiga jam ini dirilis September 2019), namun Venu unggul dari segi daya tahan baterai serta fitur olahraga yang memang Garmin lebih berpengalaman di sana.</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk spesifikasi, fitur, serta sensor mirip dengan Vívoactive 4. Fitur penyimpanan lagu (Spotify, Deezer, Amazon Music) serta Garmin Pay disematkan pada jam ini, begitu juga dengan berbagai pilihan olahraga. Kedua jam ini memiliki berbagai sensor: GPS, Galileo, Glonass, Garmin Elevate (monitor denyut jantung), <i>barometric altimeter</i>, kompas, giroskop, akselerometer, termometer (dengan aksesoris lain yang dijual terpisah), <i>Pulse Ox</i>. Perbedaan ada di <i>ambient light sensor </i>yang dimiliki Venu karena layar AMOLED nya. Layar AMOLED juga memungkinkan Venu untuk menggunakan fitur <i>always-on </i>yang tentu saja akan lebih menghabiskan daya baterai.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Secara umum, Venu menjadi GPS Smartwatch yang begitu menarik dan berbeda dari jam Garmin lainnya. Cocok bagi mereka yang lebih condong memiliki keperluan dalam olahraga namun dengan tampilan yang menarik, elegan, dan cocok dipakai ke berbagai kegiatan. </div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><h2 style="text-align: justify;">Venu Sq</h2><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Yt5CE194RAo/X6fXSgj_PpI/AAAAAAAAiwM/91IQspinq0Y7Dw0lV7Uybt7W4T8QrsYkgCLcBGAsYHQ/s600/venu-sq.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="600" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-Yt5CE194RAo/X6fXSgj_PpI/AAAAAAAAiwM/91IQspinq0Y7Dw0lV7Uybt7W4T8QrsYkgCLcBGAsYHQ/s320/venu-sq.jpg" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><div><span style="font-size: medium;"><b>"NOW IS THE PERFECT TIME TO MOVE"</b></span></div><div><span style="font-size: medium;"><b>"Featuring a bright color display, the Venu Sq – Music Edition GPS smartwatch combines daily style and on-device music storage with health monitoring and fitness features that inspire you to keep moving."</b></span></div><div><span style="font-size: medium;"><b>(Venu Sq Music/Garmin Describe)</b></span></div><div><b><span style="font-size: medium;"><br /></span></b></div><div><div><span style="font-size: medium;"><b>"NOW IS THE PERFECT TIME TO MOVE"</b></span></div><div><b><span style="font-size: medium;">"</span></b><span style="font-size: medium;"><b>Featuring a bright color display, the Venu Sq GPS smartwatch combines daily style with health monitoring and fitness features that inspire you to keep moving.</b></span><span style="font-size: medium;"><b>"</b></span></div><div><span style="font-size: medium;"><b>(Venu Sq/Garmin Describe)</b></span></div></div></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><p style="text-align: justify;"><strong>Materi layar</strong>: Corning® Gorilla® Glass 3 | <strong>Bezel</strong>: Anodizen Alumunium | <strong>Material strap</strong>: silikon | <strong>Ukuran layar</strong>: 33.1mm diagonal | <strong>Ukuran fisik</strong>: 40.6 x 37 x 11.5 mm | <strong>Resolusi</strong>: 240 x 240 pixel | <strong>Tampilan</strong>: Liquid Crystal (LCD) | <strong>Berat</strong>: 37.6g | <strong>Daya tahan baterai</strong>: hingga 6 hari (mode Smartwatch), hingga 6 jam (mode GPS dengan musik), hingga 14 jam (mode GPS tanpa musik) | <strong>Memori</strong>: 200 jam aktivitas | <strong>Water rating</strong>: 5ATM | <strong>Warna</strong>: Black/Slate (Music), Light Sand/Rose Gold (Music), Navy/Light Gold (Music), Moss/Slate (Music), Shadow Gray/Slate, White/Light Gold, Orchid/Metallic Orchid | <strong>Tahun rilis</strong>: September 2020 | <strong>Touchscreen</strong>: Ya | <strong>Harga</strong>: Rp3.999.000 (Music), Rp3.199.000</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Venu Sq dirilis setahun setelah Venu. Venu Sq menjadi versi "light" dari Venu, dengan spesifikasi di bawah Venu namun dengan bentuk yang berbeda. Bentuk persegi ini membuatnya semakin menjadi saingan bagi Apple Watch. Venu Sq hadir dengan dua varian: musik dan non-musik. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Bila Venu menggunakan layar AMOLED, Venu Sq menggunakan <i>liquid crsytal </i>atau LCD. Sama seperti Venu, Venu Sq juga memiliki opsi <i>always-on</i> untuk tampilan layarnya. Berbeda dengan Venu, Venu Sq tidak meliki sensor <i>barometric altimeter</i> serta giroskop, yang membuatnya tidak memiliki fitur <i>floors climbed </i>dalam <i>activity tracking-</i>nya. Selain itu, Venu Sq tidak memiliki <i>animated, on-screen workouts</i> seperti yang dimiliki Venu serta Vívoactive 4. Sementara fitur olahraga lainnya cukup sama, selain terdapat fitur lari, berenang, dan bersepeda, Venu Sq dilengkapi fitur Golf, <i>outdoor, </i>serta <i>gym</i> dan <i>fitness</i>, termasuk yoga dan pilates. Body Battery, <i>Pulse Ox</i>, <i>hydration </i>dan <i>menstrual tracking</i> pun tersedia di Venu Sq.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Venu Sq bisa dipilih sebagai alternatif dari Venu, dengan tampilan LED, kotak, dan pilihan warna yang begitu menarik. Venu Sq memang tidak dilengkapi <i>barometric altimeter</i>, namun bila kita lebih sering berlari di jalanan datar serta tidak memerlukan fitur <i>floors climbed</i>, Venu Sq layak diperhitungkan. Harga yang lebih murah namun dengan fitur <i>smartwatch</i> yang hampir mirip, Venu Sq menjadi pilihan menarik.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h2 style="text-align: justify;">Perbandingan</h2></div></div><div style="text-align: justify;">Ketiga jam ini memiliki banyak kesamaan dari fitur, yang paling membedakan adalah tampilan, termasuk resolusi, ukuran jam, serta berat.</div><div> </div><div><br /></div>
<style>
table , td, th {
border: 1px solid #595959;
border-collapse: collapse;
width:100%;
}
td, th {
padding: 3px;
width: 30px;
height: 25px;
}
th {
background: #f0e6cc;
font-weight:bold;
}
.even {
background: #fbf8f0;
}
.odd {
background: #fefcf9;
}
</style>
<div style="overflow-x: auto;">
<table class="table">
<tbody>
<tr class="even">
<th></th>
<th>Vivoactive 4</th>
<th>Venu</th>
<th>Venu Sq</th>
</tr>
<tr class="odd">
<td>Material lensa</td>
<td>Corning® Gorilla® Glass 3</td>
<td>Corning® Gorilla® Glass 3</td>
<td>Corning® Gorilla® Glass 3</td>
</tr>
<tr class="even">
<td>Material Bezel</td>
<td>Stainless steel</td>
<td>Stainless steel</td>
<td>Anodized alumunium</td>
</tr>
<tr class="odd">
<td>Ukuran fisik</td>
<td>45.1 x 45.1 x 12.8 mm</td>
<td>43.2 x 43.2 x 12.4 mm</td>
<td>40.6 x 37.0 x 11.5 mm</td>
</tr>
<tr class="even">
<td>Ukuran layar</td>
<td>33.mm diameter</td>
<td>30.4mm diameter</td>
<td>33.1mm diagonal</td>
</tr>
<tr class="odd">
<td>Resolusi layar</td>
<td>260 x 260 pixels</td>
<td>390 x 390 pixels</td>
<td>240 x 240 pixels</td>
</tr>
<tr class="even">
<td>Tipe layar</td>
<td>Memory-in-pixel (MIP)</td>
<td>AMOLED</td>
<td>Liquid crystal (LCD)</td>
</tr>
<tr class="odd">
<td>Berat</td>
<td>50.5g</td>
<td>46.3g</td>
<td>37.6g</td>
</tr>
<tr class="even">
<td>Daya tahan baterai</td>
<td>Mode Smartwatch: hingga 8 hari
GPS mode dengan musik: hingga 6 jam
GPS mode tanpa musik: hingga 18 jam</td>
<td>Mode Smartwatch: hingga 5 hari
GPS mode dengan musik: hingga 6 jam
GPS mode tanpa musik: hingga 20 jam</td>
<td>Mode Smartwatch: hingga 6 hari
GPS mode dengan musik: hingga 6 jam
GPS mode tanpa musik: hingga 14 jam</td>
</tr>
<tr class="odd">
<td>Water rating</td>
<td>5ATM</td>
<td>5ATM</td>
<td>5ATM</td>
</tr>
</tbody>
</table>
</div>
<div><span style="text-align: justify;"><br /></span></div><div><span style="text-align: justify;"><br /></span></div><div><span style="font-size: medium; text-align: justify;"><b>Fitur jam/waktu</b></span></div><div><span style="text-align: justify;">Untuk fitur jam/waktu, ketiga jam ini memiliki fitur yang sama:</span></div><div><ul style="text-align: left;"><li><span style="text-align: justify;">Date/time</span></li><li><span style="text-align: justify;">GPS time sync</span></li><li>Automatic Daylight Saving Time</li><li>Alarm</li><li>Timer</li><li>Stopwatch</li><li>Sunset/sunrise times</li></ul></div><div><span style="text-align: justify;"><b><br /></b></span></div><div><span style="font-size: medium; text-align: justify;"><b>Fitur kesehatan</b></span></div><div><span style="text-align: justify;">Di fitur kesehatan, ketiga jam ini memiliki fitur yang sama:</span></div><div><ul style="text-align: left;"><li><span style="text-align: justify;">Wrist-based heart-rate</span></li><li><span style="text-align: justify;">Daily resting heart-rate</span></li><li><span style="text-align: justify;">Abnormal heart-rate alerts</span></li><li><span style="text-align: justify;">Respiration rate</span></li><li><span style="text-align: justify;">Pulse ox blood oxygen saturation</span></li><li><span style="text-align: justify;">Fitness age</span></li><li><span style="text-align: justify;">Body Battery Energy Monitor</span></li><li><span style="text-align: justify;">All-day stress tracking</span></li><li><span style="text-align: justify;">Relaxation reminders</span></li><li><span style="text-align: justify;">Relaxation breathing timer</span></li><li><span style="text-align: justify;">Sleep tracking</span></li><li><span style="text-align: justify;">Hydration tracking</span></li><li><span style="text-align: justify;">Menstrual cycle</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: medium;">Sensor</span></b></div></div><div style="text-align: justify;">Sementara pada sensor, ada sedikit perbedaan, Venu menjadi yang paling unggul, sementara Vivoactive 4 tidak memiliki <i>ambient light sensor</i> karena hanya menggunakan tipe layar MIP. Venu Sq memiliki fitur <i>ambient light</i> <i>sensor </i>namun tidak memiliki sensor <i>barometric altimeter</i> dan <i>gyroscope</i>:</div><div style="text-align: justify;"><ul><li>GPS</li><li>Glonass</li><li>Galileo</li><li>Garmin Elevate wrist-based heart-rate monitor</li><li>Baromatic altimeter <b>(Venu dan Vivoactive 4)</b></li><li>Compass</li><li>Gyroscope <b>(Venu dan Vivoactive 4)</b></li><li>Accelerometer</li><li>Thermometer (dengan aksesoris yang dijual terpisah)</li><li>Pulse ox blood oxygen saturation monitor</li><li>Ambient light sensor <b>(Venu dan Venu Sq)</b></li></ul></div><div style="text-align: justify;"> </div>
<div><span style="font-size: medium; text-align: justify;"><b>Fitur pintar harian</b></span></div><div><span style="text-align: justify;">Di fitur harian, ketiga jam ini kembali memiliki fitur yang sama:</span></div><div><ul style="text-align: left;"><li><span style="text-align: justify;">Konektivitas: Bluetooth, ANT+, Wi-Fi (Venu Sq non-musik tidak memiliki Wi-Fi)</span></li><li style="text-align: justify;">Garmin Connect IQ (tempat untuk mengunduh <i>watch face</i>, <i>data fields, widgets</i>, dan aplikasi tambahan di jam)</li><li style="text-align: justify;">Notifikasi pintar</li><li style="text-align: justify;">Response teks/menolak panggilan (hanya Android)</li><li style="text-align: justify;">Kalender</li><li style="text-align: justify;">Cuaca</li><li style="text-align: justify;">Controls smartphone music</li><li style="text-align: justify;">Plays and controls watch music (memainkan musik di jam, penyimpanan hingga 500 lagu)</li><li style="text-align: justify;">Find my phone</li><li style="text-align: justify;">Find my watch</li><li style="text-align: justify;">Terkoneksi dengan Garmin Connect mobile</li><li style="text-align: justify;">Garmin Pay (pembayaran lewat jam, sejauh ini meski terdapat fitur di jam, namun belum ada bank yang bekerja sama untuk fitur ini)</li></ul><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: justify;"><b>Fitur keselamatan, pelacakan, serta aktivitas</b></div><div style="text-align: justify;">Untuk fitur ini, ketiga jam memiliki kesamaan kecuali Venu Sq yang tidak memiliki fitur <i>floors climbed</i> karena tidak memiliki <i>barometric altimeter</i>:</div><div style="text-align: justify;"><ul><li>Livetrack</li><li>Incident detection during select activities (pendeteksi insiden)</li><li>Assistance</li><li>Step counter</li><li>Move bar (pengingat untuk berjalan)</li><li>Auto goal (target langkah harian secara otomatis)</li><li>Calories burned</li><li>Floors climbed <b>(Venu dan Vivoactive 4)</b></li><li>Distance traveled</li><li>Intensity minutes</li><li>Garmin TrueUp</li><li>Garmin Move IQ</li></ul><div><br /></div><div><br /></div><div><b><span style="font-size: medium;">Fitur gym & fitness</span></b></div><div>Ada kesamaan dari tiga jam ini, yang membedakan adalah Venu dan Vivoactive 4 memiliki fitur animasi <i>workout</i>:</div><div><ul><li>Kardio</li><li>Strength</li><li>Yoga</li><li>Pilates</li><li>On-screen animated workouts <b>(Venu dan Vivoactive 4)</b></li><li>Automatic rep counting</li><li>Gym activity profiles: Strenght, cardio and elliptical training, stair stepping, floor climbing (Venu dan Vivoactive 4), indoor rowing, yoga, pilates and breathwork</li></ul><div><br /></div></div><div><br /></div><div><b><span style="font-size: medium;">Fitur latihan, perencanaan, dan analisis</span></b></div><div>Di fitur ini semuanya memiliki fitur yang sama:</div><div><ul><li>HR zones</li><li>HR alerts</li><li>HR calories</li><li>% HR max</li><li>HR broadcast (via ANT+)</li><li>Respiration rate (saat yoga dan <i>breathwork</i>)</li><li>GPS speed and distance</li><li>Customizable data pages</li><li>Customizable activity profiles</li><li>Auto pause</li><li>Advanced workouts</li><li>Downloadable training plans</li><li>Auto lap</li><li>Manual lap</li><li>VO2 Max</li><li>Touch and/or button lock</li><li>Auto scroll</li><li>Activity history on watch</li><li>Garmin physio true-up</li></ul><div><br /></div></div><div><b><span style="font-size: medium;">Fitur berlari, bersepeda, berenang</span></b></div><div>Begitu pun di fitur ini semuanya memiliki fitur yang sama:</div><div><ul><li>Available run profiles: Running, indoor track running, treadmill running</li><li>GPS-based distance, time, and pace</li><li>Cadence</li><li>Run workouts</li><li>Foot pod capable</li><li>Available cycling features: Biking, indoor biking</li><li>Alerts (time, distance, heart rate, calories)</li><li>Compatible with Varia radar (rear-facing radar)</li><li>Compatible with Varia lights</li><li>Speed and cadence support</li><li>Available swimming profiles: Pool swimming</li><li>Pool swim metrics: lengths, distance, pace, stroke count, swim efficiency, calories</li><li>Stroke type detection (freestyle, backstroke, breaststroke, butterfly)</li><li>Basic rest timer</li><li>Time and distance alert</li><li>Underwater wrist-based heart rate</li></ul><div><br /></div></div><div><br /></div><div><b><span style="font-size: medium;">Fitur Golf</span></b></div><div>Berikut adalah fitur golf yang dimiliki ketiga jam tersebut:</div><div><ul><li>Yardage to F/M/B (front/middle/back of green)</li><li>Yardage to layups/doglegs</li><li>Measure shot distance</li><li>Digital scorecard</li><li>Stat tracking</li><li>Garmin autoshot</li><li>Green view with manual pin position</li><li>Hazards and course targets</li><li>Pinpointer</li><li>Round timer/odometer</li><li>Automatic club tracking compatible (memerlukan aksesori tambahan)</li></ul><div><br /></div></div><div><br /></div><div><b><span style="font-size: medium;">Fitur outdoor dan anak-anak</span></b></div><div>Berikut fitur dari ketiga jam tersebut:</div><div><ul><li>Available outdoor recreation profiles: Skiing, snowboarding, XC skiing, stand up paddleboarding, rowing</li><li>Back to start</li><li>Total ascent/descent <b>(Venu dan Vivoactive 4)</b></li><li>Toe-to-Toe challenges (fitur <i>kid activity tracking</i>, tersedia via aplikasi di Connect IQ)</li></ul></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div></div><h2 style="text-align: left;"><span style="text-align: justify;">Kesimpulan</span></h2><div style="text-align: justify;">Setelah membahas masing-masing jam dan membandingkannya, terlihat banyaknya kemiripan dari ketiga jam ini, dari segi fitur dan kelengkapannya, maka Venu memiliki fitur terlengkap apalagi dilengkapi dengan layar AMOLED yang lebih jernih. Sementara Vivoactive 4 meski hanya memakai layar <i>memory-in-pixel</i>, namun dari segi fitur memiliki kelengkapan yang serupa dengan Venu, namun dengan daya tahan baterai lebih lama.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Venu Sq yang dilengkapi layar LCD tentu juga memiliki tampilan yang juga baik, dengan bentuk kotaknya juga memberikan kesan berbeda dari jam Garmin yang lain. Hanya saja tidak adanya sensor <i>barometric altimeter</i> menjadikan Venu Sq tidak bisa mendeteksi elevasi saat beraktivitas, dan akan mengandalkan data dari GPS untuk elevasi. Tidak adanya sensor ini juga membuat Venu Sq tidak memiliki fitur <i>floors climbed </i>serta <i>total ascent/descent</i>. Satu hal lagi yang tidak dimiliki Venu Sq adalah <i>animated on-screen workouts</i> yang akan memandu pengguna saat akan melakukan <i>workouts</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Jadi pilih yang mana?</b></div><div style="text-align: justify;">Kembali ke kebutuhan dan anggaran kita, bila anggaran lebih terbatas dan tidak memiliki masalah dengan tidak adanya <i>barometric altimeter, gyroscope</i> serta <i>animated on-screen workouts</i>, maka <b>Venu Sq</b> menjadi pilihan yang tepat. Apalagi bila kita tidak perlu fitur musik di jam, kita bisa memilih Venu Sq non-musik yang memiliki harga lebih murah hampir 1 juta rupiah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bila pilihan kita pada jam Garmin dengan tampilan terbaik dan tetap dengan fitur olahraga yang bisa diandalkan, maka <b>Venu</b> menjadi pilihan. Layar AMOLED yang jernih menjadi pembeda, karena Venu lah jam Garmin pertama dengan layar AMOLED, belum lagi kaya dengan segi fitur meski mendasar namun sangat cukup.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun, bila kita ingin ketahanan baterai yang lebih lama dengan fitur yang serupa dengan Venu, maka <b>Vivoactive 4 </b>menjadi pilihan. Layar <i>memory-in-pixel</i> tidak buruk <i>kok</i>, karena hampir semua jam Garmin memakai layar ini dan sama sekali tidak ada masalah berarti, fitur Garmin Chroma Display membuat layar jam ini tetap dapat dilihat meski di bawah sinar terik matahari. Penggunaan layar ini juag membuat daya tahan baterai lebih awet dibanding Venu dan Venu Sq saat digunakan sehari-hari. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jadi yang mana pilihanmu? Boleh tulis di kolom komentar ya!</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selamat berlari!</div><p></p>
<script type="text/javascript">
var LoadTheArchive = function(TotalFeed) {
var PostTitles = new Array();
var PostURLs = new Array();
if ("entry" in TotalFeed.feed) {
var PostEntries = TotalFeed.feed.entry.length;
for (var PostNum = 0; PostNum < PostEntries; PostNum++) {
var ThisPost = TotalFeed.feed.entry[PostNum];
PostTitles.push(ThisPost.title.$t);
var ThisPostURL;
for (var LinkNum = 0; LinkNum < ThisPost.link.length; LinkNum++) {
if (ThisPost.link[LinkNum].rel == "alternate") {
ThisPostURL = ThisPost.link[LinkNum].href;
break;
}
}
PostURLs.push(ThisPostURL);
}
}
DisplaytheTOC(PostTitles, PostURLs);
}
var DisplaytheTOC = function(PostTitles, PostURLs) {
var NumberOfEntries = PostTitles.length;
var BoxListPosts = document.getElementById("listPosts");
BoxListPosts.innerHTML="<strong>Baca juga tulisan lainnya mengenai lari:</strong><br/>";
for (var EntryNum = 0; EntryNum < NumberOfEntries; EntryNum++){
BoxListPosts.innerHTML+="• <a href='" + PostURLs[EntryNum] + "'>" + PostTitles[EntryNum] + "</a><br>";
}
}
</script>
<script src="/feeds/posts/default/-/Running?alt=json-in-script&max-results=5&start-index=1&callback=LoadTheArchive" type="text/javascript">
</script>
<style>
#listPosts{
background: #fff;
border-radius: 2px;
padding:8px;
margin: 1rem;
box-shadow: 0 1px 3px rgba(0,0,0,0.12), 0 1px 2px rgba(0,0,0,0.24);
transition: all 0.3s cubic-bezier(.25,.8,.25,1);
}
#listPosts:hover {
box-shadow: 0 14px 28px rgba(0,0,0,0.25), 0 10px 10px rgba(0,0,0,0.22);
}
</style>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-11850519777891655782020-11-06T21:16:00.011+07:002020-11-24T22:21:31.959+07:00Mengenal Istilah-istilah dalam Running Metrics<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-uupK06jb33Y/X6VnyG4cvHI/AAAAAAAAitc/Brn0Rs5CCEIwz6W2NR-tdTQl2acz59yJgCLcBGAsYHQ/s2048/mengenal-istilah-dalam-running-metrics.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Mengenal istilah dalam running metrics" border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1907" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-uupK06jb33Y/X6VnyG4cvHI/AAAAAAAAitc/Brn0Rs5CCEIwz6W2NR-tdTQl2acz59yJgCLcBGAsYHQ/w597-h640/mengenal-istilah-dalam-running-metrics.png" title="Mengenal istilah dalam running metrics" width="597" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kalau kita berlari dengan menggunakan aplikasi untuk merekam aktivitas kita, maka kita bisa menemukan berbagai <i>running metrics</i> atau metrik dalam olahraga lari. Metrik-metrik ini mengukur berbagai aspek dalam aktivitas lari kita, dari mulai hal yang sederhana hingga yang lebih kompleks atau tingkat lanjut. Metrik-metrik dasar bisa kita temukan di aplikasi perekaman aktivitas kita, misalnya Strava. Namun, bila kita menggunakan jam lari, apalagi jam lari tingkat tinggi, metrik yang direkam akan lebih banyak. Metrik-metrik ini akan bermanfaat bila kita bisa memahami dan mengerti cara meningkatkannya. Berikut beberapa metrik yang bisa kita temukan dalam olahraga lari:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;">Pace (Laju)</h2><div style="text-align: justify;">Metrik paling dasar dalam berlari selain jarak dan waktu adalah <i>pace</i> atau laju. Laju berbeda dengan kecepatan (<i>speed</i>), bila kecepatan diartikan sebagai berapa jarak yang dapat ditempuh per satuan waktu tertentu (semisal 10 km/jam), maka laju diartikan sebagai berapa waktu yang ditempuh untuk mencapai jarak tertentu (biasanya per 1 kilo atau 1 mil). Contoh <i>pace</i> misalnya 6:10/km, maka artinya kita membutuhkan waktu 6 menit 10 detik untuk mencapai 1 kilometer. Beberapa aplikasi/jam perekam aktivitas lari memiliki zona laju (<i>pace zones</i>) yang menunjukkan tingkat laju kita. Sebagai contoh, berikut <i>pace zones</i> yang dimiliki <a href="https://www.firman.my.id/2020/11/mengulas-venu-dan-vivoactive-gps.html" target="_blank">Garmin</a> dan Strava.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;"><i>Garmin Pace Zones</i></h3><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><b>Zona 1</b>: Laju santai atau kasual. Garmin merekomendasikan mereka yang baru mulai berlari untuk berlari di zona ini. Membiasakan berlari di zona ini membantu meningkatkan kemampuan aerobik dan mengurangi <a href="#heart-rate">denyut jantung</a> (<i>heart rates</i>) saat berlari sehingga tidak terlalu tinggi. Berlari di zona ini juga membantu menyiapkan tubuh menuju latihan tingkat lanjut. Pada zona ini, kita masih bisa berbicara dengan nyaman ketika berlari.</li><li style="text-align: justify;"><b>Zona 2</b>: Laju maraton. Garmin menyebutnya sebagai <i>pace</i> yang dipakai pelari ketika menyelesaikan maraton. Berlatih di zona ini bermanfaat untuk membiasakan tubuh berada di laju yang tetap saat <i>race</i>.</li><li style="text-align: justify;"><b>Zona 3</b>: Laju ambang laktat (<i>lactate threshold</i>). Pada zona ini biasanya digunakan untuk menambah nilai ambang batas laktat kita dan mengurangi asam laktat yang terbentuk di otot-otot kita.</li><li style="text-align: justify;"><b>Zona 4</b>: Laju anaerobik (<i>anaerobic pace</i>). Garmin menyebutnya sebagai zona menengah sebelum menyentuh zona 5. Zona ini bisa digunakan sebagai referensi untuk tes 5K.</li><li style="text-align: justify;"><b>Zona 5</b>: Laju VO2 Max. Zona ini utamanya digunakan pada periode perkembangan. Tujuan berlari di zona ini adalah untuk meningkatkan tingkat VO2 Max kita.</li></ul><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Besaran angka dalam zona-zona ini bisa saja berbeda-beda tiap orang. Sebagai contoh, berikut zona <i>pace</i> saya yang ditetapkan oleh Garmin (dalam satuan menit/km):</div><div style="text-align: justify;"><ul><li>Zona 1: 7.30 - 7.00</li><li>Zona 2: 7.00 - 6.30</li><li>Zona 3: 6.30 - 6.00</li><li>Zona 4: 6.00 - 5.30</li><li>Zona 5: 5.30 - 5.00</li></ul></div><h4 style="text-align: left;"><br /></h4><div id="listPosts"></div><br/><h3 style="text-align: left;"><i>Strava Pace Zones</i></h3></div><div style="text-align: justify;">Lain Garmin, lain pula dengan Strava. Sebagai salah satu aplikasi yang populer dalam urusan perekaman aktivitas olahraga dan analisis performa, Strava memiliki ukurannya sendiri dalam membagi zona-zona <i>pace</i>. Strava menggunakan <i>race</i> terbaru atau <i>time trial</i> untuk menghitung <i>pace zones</i>. Berikut <i>pace zones</i> miliki Strava:</div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><b>Zona 1</b>: <i>Active Recovery, </i>lari yang begitu santai (<i>very easy running</i>), biasanya dilakukan sebelum atau setelah latihan yang cukup berat. Zona ini juga digunakan ketika pelari berada dalam fase <i>recovery</i> saat melakukan latihan interval.</li><li style="text-align: justify;"><b>Zona 2</b>: <i>Endurance, </i>lari dalam level nyaman (<i>comfortable running</i>). Strava menyebutnya sebagai <i>"conversational"</i> <i>pace</i>. Zona ini biasanya merupakan bagian terbesar dari jarak yang ditempuh pelari.</li><li style="text-align: justify;"><b>Zona 3</b>: <i>Tempo</i>, Strava menyebut zona ini sesuai dengan intensitas maraton atau kecepatan tinggi.</li><li style="text-align: justify;"><b>Zona 4</b>: <i>Threshold, </i>Strava menyebut zona ini sebagai laju yang bisa bertahan hingga 60 menit dengan beberapa kesulitan. Berlari di zona ini bisa dilakukan secara terus-menerus atau dipecah ke interval yang lebih panjang.</li><li style="text-align: justify;"><b>Zona 5</b>: VO2 Max. Laju saat pelari mencapai level maksimum dalam konsumsi oksigen. <i>Pace</i> ini biasanya digunakan saat interval dikarenakan intensitasnya.</li><li style="text-align: justify;"><b>Zona 6</b>: Anaerobik, merupakan <i>pace</i> yang sangat berat. Strava menyebutkan zona ini sering digunakan sebagai interval pendek atau <i>time trial</i> lebih jauh. Pada zona 5 dan zona 6 kita akan kesulitan untuk berbicara<span id="heart-rate">.</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;">Heart-Rate (Denyut jantung)</h2><div style="text-align: justify;">Denyut jantung (selanjutnya disebut HR) diukur dari banyaknya detak/denyut per menit (<i>beats per minute/bpm</i>). Seperti <i>pace</i>, HR juga memiliki beberapa zona, berguna untuk menentukan tujuan latihan atau juga zona intensitas. Persentil HR Zones diukur dari Max Heart-Rate (MHR) atau denyut jantung maksimal. Untuk menghitung MHR, rumus yang lazim digunakan adalah 220-umur (semisal umur saya 26, maka MHR saya adalah 220-26 = 194).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mengutip kembali dari Garmin, berikut lima HR Zones yang bisa digunakan sebagai acuan:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>
<style>
table , td, th {
border: 1px solid #595959;
border-collapse: collapse;
width:100%;
}
td, th {
padding: 3px;
width: 30px;
height: 25px;
}
th {
background: #f0e6cc;
}
.even {
background: #fbf8f0;
}
.odd {
background: #fefcf9;
}
.centered{
text-align:center
}
</style>
<div style="overflow-x: auto;">
<table class="table">
<tbody>
<tr class="even">
<th>Zona</th>
<th>Zona Intensitas</th>
<th>Persentil MHR</th>
<th>Tujuan Latihan</th>
<th>Tenaga yang Dirasakan</th>
</tr>
<tr class="odd">
<td class="centered">Z1
</td>
<td>E - Aerobic Endurance</td>
<td class="centered">50-60%</td>
<td>Menguatkan ketahanan aerobik, meningkatkan kebugaran dasar.</td>
<td>Relaks, napas berirama, laju yang memungkinkan untuk bercakapan.</td>
</tr>
<tr class="even">
<td class="centered">Z2</td>
<td>M - Aerobic Power</td>
<td class="centered">60-70%</td>
<td>Intensitas yang mendekati ukuran kompetisi. Pace yang nyaman digunakan oleh pelari jarak jauh yang berpengalaman</td>
<td>Agak sulit, bernapas menjadi lebih sulit, namun belum terengah-engah. Pelari bisa bertahan di tingkat ini untuk waktu yang cukup lama atau lebih, spesifiknya cukup untuk lari dalam jarak maraton (42.195 kilometer)</td>
</tr>
<tr class="odd">
<td class="centered">Z3</td>
<td>T - Lactate Threshold</td>
<td class="centered">70-80%</td>
<td>Berdampak pada ambang batas laktat dan meningkatkan tingkat pembersihan laktat</td>
<td>Sulit, bernapas menjadi semakin sulit. Tingkat latihan ini memberikan rasa "berat tetapi nyaman". Di level ini kita bisa merasakan nyeri di otot-otot kita sebagai akibat menimbunnya asam laktat, namun akan terasa segar atau ringan setelah sesi latihan selesai.</td>
</tr>
<tr class="even">
<td class="centered">Z4</td>
<td>A - Anaerobic Endurance</td>
<td class="centered">80-90%</td>
<td>Meningkatkan ambang batas anaerobik dan meningkatkan ambang batas laktat.</td>
<td>Pace yang tidak nyaman, bernapas dengan kuat meski masih mampu untuk mengontrol pace. Akan sulit untuk berbicara setelah selesai berlari.</td>
</tr>
<tr class="odd">
<td class="centered">Z5</td>
<td>I - Anaerobic Power</td>
<td class="centered">90-100%</td>
<td>Menstimulasi VO2 Max dan meningkatkan kapasitas aerobik.</td>
<td>Sangat sulit untuk mengontrol pace hingga merasakan sulit atau tidak bisa melanjutkan berlari. Pace yang paling tidak nyaman di antara semua level.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
</div>
<br /><div><br /></div><h2 style="text-align: left;">VO2 Max</h2><div style="text-align: justify;">VO2 Max mengindikasikan volume oksigen maksimal yang bisa dikonsumsi tubuh. VO2 Max diukur dalam mililiter dalam satu menit dalam angka per kilogram berat badan (mL/kg/menit.). VO2 Max bisa digunakan untuk mengevaluasi aerobik dan kebugaran kardiovaskular kita. Semakin tinggi nilai VO2 Max mengindikasikan tubuh kita mampu mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh dengan lebih baik, hal ini dapat membuat kita bisa berlari lebih lama atau lebih jauh lagi.</div><div><br /></div><div><br /></div><div> </div><h2 style="text-align: left;">Cadence dan Stride Length</h2><div style="text-align: justify;"><i>Cadence</i> adalah banyaknya langkah per menit (<i>step per minute/spm</i>). Metrik ini begitu vital untuk melihata seberapa efektif <i>running form</i> kita. Rentang <i>cadence </i>biasanya berkisar antara 150-200 spm, beberapa sumber menyebutkan <i>cadence</i> efektif adalah 170+ spm, ada juga yang mengatakan 180 spm. Dikutip dari <a href="http://fellrnr.com">fellrnr.com</a>, cara meningkatkan <i>cadence</i> adalah fokus dengan langkah-langkah pendek ketimbang lari cepat. Sementara cara untuk mendapatkan <i>cadence</i> yang tepat adalah dengan menggunakan metronome, atau sebagaimana dikutip dari <a href="http://wareable.com">wareable.com</a>, kita bisa menggunakan lagu dengan 170BPM untuk mencocokan dengan langkah kita saat berlari.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sementara <i>Stride Length</i> adalah besarnya jarak per langkah dua kaki kita saat berlari, diukur dengan satuan meter. Bila <i>cadence</i> mengukur per satu langkah kaki, <i>stride length</i> mengukur per dua langkah kaki. Setelah lari biasanya kita mendapatkan <i>average stride length</i> atau rata-rata dari <i>stride length </i>kita.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beberapa jam lari ketika dikoneksikan dengan perangkat yang kompatibel seperti <i>Running Pod</i>, bisa menunjukkan <i>cadence </i>dan <i>stride length</i> secara <i>real-time</i> saat berlari.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;">Vertical Oscillation</h2><div style="text-align: justify;"><i>Vertial oscillation (VO)</i> merefleksikan besarnya "pantulan" di setiap langkah saat kita berlari. Metrik ini menunjukkan seberapa tinggi gerakan vertikal torso (batang tubuh) saat berlari, diukur dalam satuan sentimeter. Semakin rendah <i>vertical oscillation</i> maka semakin baik dalam hal penggunaan energi, semakin besar VO menunjukkan semakin besarnya energi yang terbuang saat kita "memantul" saat berlari. <i>Vertical Oscillation</i> memiliki keterkaitan erat dengan <i>cadence, </i>karena cara untuk menurunkan besaran VO adalah dengan menambah <i>cadence</i> kita, semakin tinggi <i>cadence</i> maka semakin rendah "pantulan" kita saat berlari. VO biasanya berkisar antara 6 - 13 cm.<i> </i> <span style="text-align: left;"><a href="https://www.firman.my.id/2020/10/ulasan-forerunner-45-245-645-745-dan.html" target="_blank">Jam lari seperti Garmin</a> apabila dikoneksikan dengann </span><i style="text-align: left;">Running Pod-</i><span style="text-align: left;">nya dapat mengukur VO kita saat berlari.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><h2 style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;">Ground Contact Time</span></h2><div style="text-align: justify;"><i>Ground Contact Time (GCT)</i> adalah besarnya waktu setiap kaki saat menyentuh tanah/permukaan, dihitung dalam satuan milisekon. Dikutip dari wareable.com, besaran GCT biasanya berkisar antara 160-300 ms. GCT juga berkaitan dengan <i>cadence</i>, yakni ketika <i>cadence</i> kita meningkat maka GCT kita menurun dan kita bisa berlari lebih cepat. Untuk menurunkan besaran GCT adalah dengan memperpendek <i>stride length</i> yang juga berarti menaikkan <i>cadence</i> kita.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;">Ground Contact Time Balance</h2><div style="text-align: justify;"><i>GCT Balance </i>menunjukkan persentil GCT dari tiap-tiap kaki kita. Misalkan GCT untuk kaki kanan kita adalah 220ms, dan untuk kaki kiri adalah 220ms, maka ini menunjukkan pelari menghabiskan waktu sekitar 52.4% untuk kaki kanan saat menyentuh permukaan dan 47.6% untuk kaki kiri kita saat menyentuh permukaan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><hr /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Itulah beberapa <i>Running Metrics</i> yang bisa kita temukan dan bisa diukur ketika menggunakan perangkat tertentu. Tentu saja beberapa metrik mungkin tidak begitu menjadi perhatian bagi para pelari rekreasional seperti saya, salah satunya karena memang memerlukan perangkat tambahan selain jam lari untuk merekamnya. Namun demikian tentu akan menarik bila bisa mengetahui besaran yang kita miliki dari metrik-metrik tersebut dan memaksimalkannya untuk mengoptimalkan lari kita. </div><br /><br /><hr />Sumber:<div><ul style="text-align: left;"><li><a href="http://sports.garmin.com">sports.garmin.com</a></li><li><a href="http://support.garmin.com">support.garmin.com</a></li><li><a href="http://support.strava.com">support.strava.com</a></li><li><a href="http://wareable.com">wareable.com</a></li><li><a href="http://fellrnr.com">fellrnr.com</a></li></ul></div>
<script type="text/javascript">
var LoadTheArchive = function(TotalFeed) {
var PostTitles = new Array();
var PostURLs = new Array();
if ("entry" in TotalFeed.feed) {
var PostEntries = TotalFeed.feed.entry.length;
for (var PostNum = 0; PostNum < PostEntries; PostNum++) {
var ThisPost = TotalFeed.feed.entry[PostNum];
PostTitles.push(ThisPost.title.$t);
var ThisPostURL;
for (var LinkNum = 0; LinkNum < ThisPost.link.length; LinkNum++) {
if (ThisPost.link[LinkNum].rel == "alternate") {
ThisPostURL = ThisPost.link[LinkNum].href;
break;
}
}
PostURLs.push(ThisPostURL);
}
}
DisplaytheTOC(PostTitles, PostURLs);
}
var DisplaytheTOC = function(PostTitles, PostURLs) {
var NumberOfEntries = PostTitles.length;
var BoxListPosts = document.getElementById("listPosts");
BoxListPosts.innerHTML="<strong>Baca juga tulisan lainnya mengenai lari:</strong><br/>";
for (var EntryNum = 0; EntryNum < NumberOfEntries; EntryNum++){
BoxListPosts.innerHTML+="• <a href='" + PostURLs[EntryNum] + "'>" + PostTitles[EntryNum] + "</a><br>";
}
}
</script>
<script src="/feeds/posts/default/-/Running?alt=json-in-script&max-results=5&start-index=1&callback=LoadTheArchive" type="text/javascript">
</script>
<style>
#listPosts{
background: #fff;
border-radius: 2px;
padding:8px;
margin: 1rem;
box-shadow: 0 1px 3px rgba(0,0,0,0.12), 0 1px 2px rgba(0,0,0,0.24);
transition: all 0.3s cubic-bezier(.25,.8,.25,1);
}
#listPosts:hover {
box-shadow: 0 14px 28px rgba(0,0,0,0.25), 0 10px 10px rgba(0,0,0,0.22);
}
</style>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-24320021109357479582020-10-30T10:26:00.069+07:002020-11-24T22:22:59.375+07:00Ulasan Forerunner 45, 245, 645, 745, dan 945, Mana yang Cocok Buatmu?<p style="text-align: justify;">Garmin masih menjadi salah satu nama teratas dalam soal jam dan perangkat lari, kebugaran serta olahraga lainnya. Belum lama ini Garmin merilis jam Forerunner seri terbarunya: Forerunner 745, seri yang menggantikan dan sebagai <i>upgrade</i> dari Forerunner 735XT ini melengkapi generasi x45 yang telah rilis. Sebelum Forerunner 745, Garmin telah merilis Forerunner 45/45S, Forerunner 245/245 Music, serta Forerunner 945 pada 2019, sementara Forerunner 645/645 Music rilis pada 2018. Pada 2020, Garmin juga merilis Forerunner 245 Music Japan Edition yang diproduksi terbatas serta memiliki <i>Watch Face</i> khusus.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Garmin Forerunner memang dikhususkan sebagai jam bagi pelari sehingga memiliki fitur serta perekaman data yang lebih dalam khusus untuk pelari. Tentu berbeda dengan <a href="https://www.firman.my.id/2020/11/mengulas-venu-dan-vivoactive-gps.html" target="_blank">seri Vivoactive, Venu</a>, ataupun Instinct, dalam hal lari, seri Fenix saja yang berada di atas Forerunner. Nah, lalu apa perbedaan dan juga persamaan dari seri Forerunner 45, 245, 645, 745, dan 945?</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h2 style="text-align: justify;">Konten</h2><div><ol style="text-align: left;"><li><a href="#fr45">Forerunner 45</a></li><li><a href="#fr245">Forerunner 245/245 Music</a></li><li><a href="#fr645">Forerunner 645/645 Music</a></li><li><a href="#fr745">Forerunner 745</a></li><li><a href="#fr945">Forerunner 945</a></li><li><a href="#perbandingan">Tabel Perbandingan</a></li><li><a href="#kesimpulan">Kesimpulan</a></li></ol></div><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Sebagai persamaan, semua seri ini sudah dilengkapi fitur Garmin Body Battery Monitor, yakni fitur yang mengkombinasikan denyut jantung, level stres, dan aktivitas untuk mengestimasi cadangan energi pengguna sepanjang hari yang ditunjukkan dengan rentang angka 1-100. Semakin tinggi angkanya menunjukkan pengguna memiliki energi yang cukup untuk melakukan latihan. Sebaliknya, ketika angkanya rendah, maka disarankan agar beristirahat untuk memulihkan energi.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Semua seri berikut juga memiliki fitur Garmin Coach, yakni fitur perencanaan latihan dan panduan dari ahli. Sebagaimana seri-seri sebelumnya, kelima seri ini sudah memiliki fitur <i>smart notification</i> ketika terkoneksi dengan <i>smartphone </i>Android atau iPhone.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Kelima seri berikut juga sudah dilengkapi pendeteksi insiden saat beraktivitas. Fitur ini memungkinkan pengguna memberi pesan kepada kontak yang sudah dipilih sebelumnya saat insiden terjadi. Tentu saja fitur ini membutuhkan koneksi bluetooth ke smartphone (Android/iPhone) yang terkoneksi ke jaringan internet. Begitu pula dengan fitur <i>Live Tracking</i> yang memungkinkan kontak yang dipilih melihat posisi kita saat berlari<span id="fr45">.</span></p><div id="listPosts"></div><p style="text-align: justify;"><br /></p><h2 style="text-align: justify;"><b>1. Forerunner 45/45S</b></h2><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-xr_Ga9U9pcE/X5rQZ5Uy4lI/AAAAAAAAihk/M1FDZ-c_-Eoi2PH9dtI9mBAogUKk6lcYQCLcBGAsYHQ/s600/Forerunner-45_Lava-Red.webp" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Forerunner 45 Lava Red" border="0" data-original-height="600" data-original-width="600" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-xr_Ga9U9pcE/X5rQZ5Uy4lI/AAAAAAAAihk/M1FDZ-c_-Eoi2PH9dtI9mBAogUKk6lcYQCLcBGAsYHQ/w320-h320/Forerunner-45_Lava-Red.webp" width="320" /></a></div></div><p style="text-align: center;"><b><span style="font-size: medium;">"Forerunner 45 is the GPS running watch with all the running-related features you need in a sleek, lightweight smartwatch you’ll want to wear all day and night."<br />(Garmin Describe)</span></b></p><p style="text-align: center;"><b><span style="font-size: medium;"><br /></span></b></p><p style="text-align: justify;"><b>Materi layar: </b>Kaca (diperkuat secara kimia) | <b>Ukuran layar: </b>26.3mm diameter | <b>Ukuran fisik: </b>39.5 x 39.5 x 11.4 mm (45S),<b> </b>42 x 42 x 11.4 mm (45) | <b>Berat: </b>32g (45S), 36g (45) | <b>Daya tahan baterai: </b>hingga 7 hari (mode <i>Smartwatch</i>), 13 jam (mode GPS) | <b>Memori:</b> 200 jam data akivitas | <b>Warna: </b>Black, Lava Red | <b>Tahun rilis: </b>April 2019 | <b>Harga: </b>Rp3.199.000</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Forerunner 45 merupakan <i>upgrade </i>dari Forerunner 35 yang sama-sama menyasar pasar <i>low-end</i>. Perbedaan mencolok ada pada tampilan fisik, Forerunner 35 dengan bentuk kotaknya sementara Forerunner 45 dengan bentuk lingkaran seperti hampir semua jam Garmin (selain Forerunner 35, ada Garmin Vivoactive HR dan Garmin Venu SQ yang memiliki bentuk kotak). Meski sebagai seri terbawah di Forerunner, seri 45 ini tentu saja menawarkan cukup fitur bagi pelari pemula atau mereka yang tidak terlalu membutuhkan <a href="https://www.firman.my.id/2020/11/mengenal-istilah-istilah-dalam-running.html" target="_blank"><i>metric </i>yang cukup dalam</a>.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Seperti jam Forerunner pada umumnya, Forerunner 45 sudah dilengkapi teknologi Garmin Elevate sebagai monitor denyut jantung (HRM), <i>sleep-tracking</i>, selain tentu saja sensor GPS, GLONASS, dan Galileo. Forerunner 45 juga memiliki fitur <i>stress tracking, hydration tracking, </i>dan <i>menstrual cycle</i>. Meski bisa menggunakan Connect IQ, Forerunner 45 hanya bisa mengakses bagian <i>watch face</i> atau tampilan jamnya saja. Koneksi bluetooth pada jam ini juga memungkinkan fitur <i>music control</i> ketika dikoneksikan dengan <i>smartphone</i>.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Forerunner 45/45S cocok bagi mereka yang memerlukan jam khusus untuk berlari namun cukup dengan fitur dan <i>metric </i>standar. Di Indonesia, hanya seri 45S tidak dijual resmi<span id="fr245">.</span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h2 style="text-align: justify;">2. Forerunner 245/245 Music</h2><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ti2CE_TvSfM/X5rR_XX1OvI/AAAAAAAAihw/_bPFjpr5MgYsrTLRClkoUK01x1UQj75nQCLcBGAsYHQ/s600/forerunner245Music-black-image-01-ID.webp" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Forerunner 245 Music - Black, Red" border="0" data-original-height="600" data-original-width="600" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-ti2CE_TvSfM/X5rR_XX1OvI/AAAAAAAAihw/_bPFjpr5MgYsrTLRClkoUK01x1UQj75nQCLcBGAsYHQ/w320-h320/forerunner245Music-black-image-01-ID.webp" width="320" /></a></div><br /><div><br /></div><p style="text-align: center;"><b><span style="font-size: medium;">"You do the running. This GPS running smartwatch does the thinking. It even gets to know you, mile after mile and song after song."<br />(Forerunner 245 Music/</span></b><b><span style="font-size: medium;">Garmin Describe</span></b><b><span style="font-size: medium;">)</span></b></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><b>"</b><span style="text-align: left;"><b>This GPS smartwatch tracks your stats, crunches the numbers and gets to know all about your performance, your running form, your training and even your goals.</b></span><b>"<br />(Forerunner 245/</b></span><b><span style="font-size: medium;">Garmin Describe</span></b><b style="font-size: large;">)</b></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><b><br /></b></span></p><p style="text-align: justify;"><b>Materi layar: </b>Corning® Gorilla® Glass 3 | <b>Ukuran layar: </b>30.4mm diameter | <b>Ukuran fisik: </b>42.3 x 42.3 x 12.2 mm | <b>Berat: </b>38.5g | <b>Daya tahan baterai: </b>hingga 7 hari (mode <i>Smartwatch</i>), hingga 6 jam (mode GPS dengan musik), hingga 24 jam (mode GPS tanpa musik) | <b>Memori:</b> 200 jam data akivitas | <b>Warna: </b>Black/Red (Music), Black/Aqua (Music). Black/Lava Red (Music), Black/Slate, Black/Yellow | <b>Edisi khusus: </b>Japan Limited Edition | <b>Tahun rilis: </b>April 2019, Juni 2020 (Japan Limited Edition) | <b>Harga: </b>Rp5.549.000 (Music), Rp4.799.000 (Non-music), Rp5.849.000 (Japan Limited Edition)</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Forerunner 245 merupakan seri pengganti dari Forerunner 235, menawarkan berbagai peningkatan fitur yang signifikan serta tampilan yang lebih segar. Forerunner 245 menjadi seri Forerunner menengah yang menawarkan begitu banyak fitur dan <i>metric</i>. Jam ini tersedia dalam dua jenis: musik dan non-musik. Sesuai namanya, perbedaan terletak pada kemampuan untuk menyimpan hingga 500 lagu dari penyedia streaming musik: Spotify, Deezer, dan Amazon Music. Selain itu, Forerunner 245 Music juga memiliki fitur Wi-Fi yang berfungsi untuk sinkronisasi lagu serta sikronisasi data ke Garmin Connect tanpa perlu terkoneksi dengan <i>smartphone</i>. Selain dua perbedaan itu, keduanya memiliki fitur yang begitu banyak.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Forerunner 245 memiliki banyak fitur olahraga selain lari, misalnya bersepeda, renang (<i>pool only</i>), mendayung (<i>indoor</i>), dan banyak lagi. Ketika dikoneksikan dengan aksesoris seperti <i>Running Pod</i>, Forerunner 245 bisa menunjukkan beberapa <i>metric</i> secara langsung, seperti <i>vertical oscilliation</i>, <i>cadence</i>, <i>stride lenght, ground contact time (GCT), </i>dan lainnya. Fitur <i>Training Status</i>, <i>Training Effect </i>(menunjukkan aerobik dan anaerobik), serta <i>Training Load</i> (menjumlahkan EPOC/<i>Excess Post-Exercise Oxygen Consumption </i>dalam 7 hari). Sementara fitur berenang memungkinkan jam untuk mendeteksi gaya renang pengguna (bebas, gaya punggung, gaya dada, serta kupu-kupu).</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Salah satu fitur yang akan sangat menunjang pelari adalah PacePro. Fitur ini memungkinkan jam menghitung kapan menaikkan atau menurunkan <i>pace</i> ketika berlari, salah satu faktornya adalah perubahan elevasi. Strategi PacePro bisa dibuat sebelumnya baik langsung melalui jam, maupun dari aplikasi Garmin Connect di web atau di <i>smartphone.</i></p><p style="text-align: justify;"><i><br /></i></p><p style="text-align: justify;">Fitur yang menarik lainnya adalah Pulse Ox Sensor yang hanya tersedia di beberapa jam Garmin saja. Pulse Ox berfungsi untuk mengukur saturasi oksigen dalam darah. Tapi tentu saja fitur ini tidak sebagai rujukan dalam hal medis. Fitur ini berjalan otomatis saat tidur (berbarengan dengan fitur <i>sleep tracking</i>), namun bisa juga digunakan manual di luar waktu tidur.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Selain itu, seri ini sudah dilengkapi dengan <i>fitness age</i>, <i>all-day stress tracking</i>, <i>hydration, </i>serta <i>menstrual cycle.</i> Sementara dari segi sensor, selain GPS/GLONASS/Galileo, juga terdapat kompas serta <i>accelerometer</i>. Namun sayangnya Forerunner 245 tidak memiliki sensor <i>Barometric Altimeter</i> yang berfungsi mencatat elevasi saat beraktivitas, sehingga Forerunner 245 akan mengandalkan data dari GPS untuk mengukur elevasi. Maka, seri ini tentu lebih cocok untuk lari di jalanan (<i>Road Running</i>) dibandingkan dengan lari trail. Meski demikian, seri ini juga dilengkapi fitur Ultratrac yang memungkinkan baterai jam bertahan lebih lama ketika beraktivitas menggunakan GPS. Fitur ini cocok digunakan ketika melakukan aktivitas semacam lari trail.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Mengingat cukup banyak fitur yang tersedia, jam ini cocok bagi pelari yang membutuhkan <i>metric</i> dan statistik yang lebih dalam dan serius. Selain itu fitur PacePro tentunya akan sangat membantu pelari untuk mencapai target waktu yang ditujunya<span id="fr645">.</span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h2 style="text-align: justify;">3. Forerunner 645/645 Music</h2><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Czl-EQLNluQ/X5rlE7ObGZI/AAAAAAAAiiA/_jPbEqxY8a8EEOWsAuZY3i6eiARooF8ZwCLcBGAsYHQ/s600/forerunner645-cerise-image-01.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Forerunner 645 Music - Cerise Stainless Hardware" border="0" data-original-height="600" data-original-width="600" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-Czl-EQLNluQ/X5rlE7ObGZI/AAAAAAAAiiA/_jPbEqxY8a8EEOWsAuZY3i6eiARooF8ZwCLcBGAsYHQ/w320-h320/forerunner645-cerise-image-01.png" width="320" /></a></div><br /><div><br /></div><p style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><b>"GPS Running Smartwatch with Music and Contactless Payments"<br /></b><b style="font-size: medium;"><span style="font-size: medium;">(Garmin Describe)</span></b></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><b><br /></b></span></p><p style="text-align: justify;"><b>Materi layar: </b>Corning® Gorilla® Glass 3 | <b>Ukuran layar: </b>30.4mm diameter | <b>Ukuran fisik: </b>42.5 x 42.5 x 13.5 mm | <b>Berat: </b>42.2g | <b>Daya tahan baterai: </b>hingga 7 hari (mode <i>Smartwatch</i>), hingga 5 jam (mode GPS dengan musik), hingga 14 jam (mode GPS tanpa musik) | <b>Memori:</b> 200 jam data akivitas | <b>Warna: </b>Stainless Hardware (Black, Cerise, or Sandstone), Slate Hardware (Black), Rose Gold Hardware (Black) || <b>Tahun rilis: </b>Maret 2018 | <b>Harga: </b>Rp7.799.000 (Music)</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Jam yang dirilis pada 2018 (Maret) ini sangat menarik karena menjadi jam Garmin pertama yang memiliki fitur penyimpanan musik di jamnya. Di tahun yang sama, Garmin merilis Vivoactive 3 Music (Juni). Forerunner 645 Music mampu menyimpan hingga 500 lagu melalui sinkronisasi dengan penyedia jasa <i>streaming</i> lagu: Spotify, Deezer, dan Amazon Music. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Forerunner 645 juga menjadi seri Forerunner pertama yang memiliki fitur Garmin Pay, yakni fitur pembayaran melalui jam tangan, tentu saja setelah dikonfigurasi sebelumnya. Fitur ini lalu tersedia juga di seri Forerunner lainnya, yakni Forerunner 945 dan 745. Sayangnya fitur ini belum bisa diaplikasikan di Indonesia dikarenakan belum adanya bank yang bekerjasama untuk fitur ini. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Fitur <i>Training Load, Training Effect, </i>serta <i>Training Status</i> juga telah tersedia. Hal menarik lainnya dari Forerunner 645 adalah adanya bezel <i>stainless steel</i> (seperti pada Vivoactive 3) yang tentunya lebih menarik daripada seri Forerunner lain yang hanya menggunakan <i>fiber-reinforced polymer</i>. Adanya bezel berbahan <i>stainless steel</i> ini membuat Forerunner 645 masih cocok dipadukan dengan <i>outfit </i>semiformal.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Loncat ke segi sensor, selain/GLONASS/Galileo dan <i>accelerometer</i>, Forerunner 645 juga dilengkapi dengan <i>barometric altimeter</i> yang mampu mendeteksi elevasi/ketinggian, maka seri ini dilengkapi juga dengan fitur <i>Floors Climbed. </i>Selain itu terdapat pula sensor <i>gyroscope, </i>kompas, dan termometer. Hasil pengukuran dari fitur termometer ini akan terlihat setelah sinkronisasi aktivitas dan dapat dilihat di Garmin Connect (<i>mobile apps</i> maupun web).</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Meski dirilis dua tahun yang lalu, Forerunner 645 Music masih jadi pilihan menarik (apalagi di beberapa toko resmi harganya sempat turun hingga 4 jutaan saja), meski sayangnya tidak dilengkapi fitur PacePro dan Body Battery seperti Forerunner 245/245 Music, 745, serta 945. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Jam ini cocok untuk pelari yang lebih serius dan membutuhkan statistik dan <i>metric </i>yang lebih mendalam. Namun karena umur rilisnya yang sudah lebih dari dua tahun, sulit melihat jam ini akan mendapat fitur-fitur baru ke depannya<span id="fr745">.</span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h2 style="text-align: justify;">4. Forerunner 745</h2><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-00iylGfw2lk/X5rmZHN5UbI/AAAAAAAAiiM/KHkvvrHApVgLg4ect7e2pOzvBGfEAl8jQCLcBGAsYHQ/s600/pd-02-lg-7c51b7ea-4eb3-4281-80eb-a26ad928ec94.webp" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Forerunner 745 - Whitestone" border="0" data-original-height="600" data-original-width="600" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-00iylGfw2lk/X5rmZHN5UbI/AAAAAAAAiiM/KHkvvrHApVgLg4ect7e2pOzvBGfEAl8jQCLcBGAsYHQ/w320-h320/pd-02-lg-7c51b7ea-4eb3-4281-80eb-a26ad928ec94.webp" width="320" /></a></div><br /><div><br /></div><p style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><b>"This GPS running watch is made for runners and triathletes like you who need detailed training stats and on-device workouts plus smartwatch functions.</b><b>"<br /></b><b style="font-size: medium;"><span style="font-size: medium;">(Garmin Describe)</span></b></span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>Materi layar: </b>Corning® Gorilla® Glass DX | <b>Ukuran layar: </b>30.4mm diameter | <b>Ukuran fisik: </b>43.8 x 43.8 x 13.3 mm | <b>Berat: </b>47g | <b>Daya tahan baterai: </b>hingga 7 hari (mode <i>Smartwatch</i>), hingga 6 jam (mode GPS dengan musik), hingga 16 jam (mode GPS tanpa musik), hingga 21 jam (mode UltraTrac) | <b>Memori:</b> 200 jam data akivitas | <b>Warna: </b>Whitestone, Black, Neo Tropic, Magma Red || <b>Tahun rilis: </b>September 2020 | <b>Harga: </b>Rp7.999.000</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Beralih ke Forerunner 745 yang menggantikan seri 735XT, jam ini masih mengusung fitur untuk mereka yang melakukan <i>triathlon</i>: berlari, berenang, dan bersepeda. Bila Forerunner 245 dan 645 memiliki fitur sepeda dan berenang yang terpisah, Forerunner 745 memiliki fitur <i>built-in triathlon</i> sehinnga dapat merekam ketiga aktivitas berlari, berenang, dan bersepeda sekaligus.</p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;">Sebagai seri yang menyasar pasar <i>high-end, </i>Forerunner 745 dilengkapi fitur-fitur yang tak terdapat di seri di bawahnya. Selain fitur <i>Training Load, Training Effect, </i>dan <i>Training Status</i>, seri ini dilengkapi dengan <i>Daily Workout Suggestions </i>yang memberikan rekomendasi <i>workout</i> berdasarkan <i>Training Status</i>, <i>Training Load</i>, dan nilai VO2 Max. Fitur <i>Recovery Time</i> juga dipasangkan di jam ini, fitur ini menyajikan waktu estimasi berapa lama pengguna benar-benar pulih sebelum siap untuk <i>workout</i> berikutnya. Waktunya berada dalam rentang 0 jam hingga 4 hari. Selain di Forerunner 745, fitur ini tersedia juga di Forerunner 245 dan 945 (dengan terlebih dahulu memperbaharui versi <i>software</i>). </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Seri ini dilengkapi juga fitur <i>Performance Condition</i>, yakni fitur untuk menilai kemampuan pengguna secara <i>real-time </i>yang lalu dibandingkan dengan tingkat kebugaran rata-rata pengguna. Fitur yang juga bisa digunakan sebagai indikator tingkat kelelahan ini tersedia saat perekaman aktivitas lari dan bersepeda. Selain itu, bila dilengkapi dengan aksesoris yang kompatibel maka bisa untuk mengukur <i>lactate treshold</i>.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Untuk perekaman berenang, tidak seperti Forerunner 245 dan 645 yang hanya merekam renang di kolam saja, seri ini memungkinkan untuk melakukan perekaman renang di ruangan terbuka (<i>open water swimming</i>). Fitur ini tentu saja untuk mendukung aktivitas <i>triathlon. </i>Selain itu, seri ini memungkinkan jam untuk tetap merekam denyut jantung meski digunakan saat berenang. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Fitur lainnya yang tersedia adalah <i>Trendline Popularity Routing</i> yang sebelumnya hanya tersedia di seri Fenix 5 Plus Series, Fenix 6 Series, MARQ, dan tactix Delta Series. Fitur ini akan menunjukkan rute terbaik kepada pengguna saat beraktivitas. Forerunner 745 juga sudah dilengkapi Wi-Fi dan penyimpanan musik hingga 500 lagu. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Masuk ke segi sensor, Forerunner 745 memiliki sensor seperti di Forerunner 645, namun dilengkapi sensor Pulse Ox Sensor seperti yang ada di Forerunner 245. Maka, seri ini memiliki sensor yang begitu banyak dan komplit. Belum lagi tersedianya fitur Garmin Pay seperti di Forerunner 645.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Melihat banyaknya fitur yang dimiliki, seperti peruntukannya, jam ini cocok bagi mereka yang melakukan aktivitas <i>triathlon</i>. Selain karena terdapat <i>built-in apps</i> untuk aktivitas tersebut, berbagai sensor dan fitur yang dimiliki juga sangat menunjang untuk perekaman aktivitas <i>triathlon</i><span id="fr945">.</span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h2 style="text-align: justify;">5. Forerunner 945</h2><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/--JQoY8AVbzg/X5rm__RKifI/AAAAAAAAiiU/TRx-mrGxqSci5mQ3LprQleHVYjvi5RXqACLcBGAsYHQ/s600/lf-lg-c953b888-3be5-4bfd-a636-0139efbac435.webp" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Forerunner 945 - Black" border="0" data-original-height="600" data-original-width="600" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/--JQoY8AVbzg/X5rm__RKifI/AAAAAAAAiiU/TRx-mrGxqSci5mQ3LprQleHVYjvi5RXqACLcBGAsYHQ/w320-h320/lf-lg-c953b888-3be5-4bfd-a636-0139efbac435.webp" width="320" /></a></div><br /><div><br /></div><p style="text-align: center;"><b><span style="font-size: medium;">"<span style="text-align: left;">We made this watch for you — the up-at-dawn runners and the conditioned-for-pain triathletes. While you chase your next victory, make sure you’ve got the right tool for the job."<br /></span></span></b><b><span style="font-size: medium;">(Garmin Describe)</span></b></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>Materi layar: </b>Corning® Gorilla® Glass DX | <b>Ukuran layar: </b>30.4mm diameter | <b>Ukuran fisik: </b>47 x 47 x 13.7 mm | <b>Berat: </b>50g | <b>Daya tahan baterai: </b>hingga 2 pekan (mode <i>Smartwatch</i>), hingga 10 jam (mode GPS dengan musik), hingga 36 jam (mode GPS tanpa musik) | <b>Memori:</b> 200 jam data akivitas | <b>Warna: </b>Black, Blue | <b>Tahun rilis: </b>April 2019 | <b>Harga: </b>Rp9.499.000</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Forerunner 945 adalah seri teratas dari seri Forerunner, seri ini menggantikan Forerunner 935 yang rilis dua tahun sebelumnya. Secara tampilan dan spesifikasi, seri ini memiliki kemiripan dengan Forerunner 745, namun tentu saja memiliki kelebihan lain meski sama-sama ditujukan untuk para <i>triathlets</i>. Selain perbedaan di ukuran yang lebih besar, ketahanan baterai Forerunner 945 jauh di atas 745, yakni bisa merekam hingga 36 jam tanpa musik, selisih 20 jam dengan 745.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Selain itu, seri ini mampu menyimpan sebanyak 1.000 lagu, dua kali lipat dari seri lainnya. Lalu, selain memiliki fitur <i>hiking</i> seperti di seri 745, Forerunner 945 dilengkapi fitur <i>climbing</i> serta <i>mountain biking. </i>Seri ini juga dilengkapi dengan fitur golf yang tidak terdapat di seri Forerunner lainnya. Fitur-fitur yang tersedia di seri 745 juga bisa didapatkan di 945 dengan memperbaharui <i>software</i> jam.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Bisa dibilang Forerunner 945 ini merupakan Forerunner 745 dengan tambahan fitur golf, daya tahan baterai yang lebih tinggi, serta dukungan untuk aktivitas luar ruangan yang lebih komplet<span id="perbandingan">.</span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h2 style="text-align: justify;">6. Tabel Perbandingan</h2><div>Berikut merupakan tabel perbandingan dari kelima seri Forerunner yang telah dibahas.</div>
<ul class="bxslider">
<li><img alt="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - General" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-siP0ZcK_tB4/X6A7qkJWwFI/AAAAAAAAimo/ugzGjBMn2ZsOkI2ok0oD8F57raoPBqO_gCPcBGAYYCw/w640-h640/000.png" title="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - General" width="640" /></li>
<li><img alt="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Fitur Jam" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-0gr5EUoU0_8/X6A7vNsUgvI/AAAAAAAAims/Bmd8qU0UUVczfB6Q2PXBbKrwfPtCD-UOACPcBGAYYCw/w640-h640/011.png" title="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Fitur Jam" width="640" /></li>
<li><img alt="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Fitur Pintar Harian" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-cXIMHYyTsOY/X6A7rwzLV4I/AAAAAAAAimc/BW0SpbxG3fM7Q5aWydW9qgdcrFheZK_8QCPcBGAYYCw/w640-h640/004.png" title="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Fitur Pintar Harian" width="640" /></li>
<li><img alt="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Sensor" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-ERlZWasA250/X6A7qRxmfZI/AAAAAAAAimY/z4okMeLnbQsjLkauuiHDqV67Ho8t2xOMgCPcBGAYYCw/w640-h640/001.png" title="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Sensor" width="640" /></li>
<li><img alt="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Gym and Fitness" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-YZAXahwsYSw/X6A7ueCQb5I/AAAAAAAAims/XTh7KOO6XcUjvKraGkzu1avl42CnSQw0ACPcBGAYYCw/w640-h640/010.png" title="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Gym and Fitness" width="640" /></li>
<li><img alt="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Pelatihan, Perancanaan, dan Fitur Analisis" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-BoXN2WhIFUs/X6A7sPwl6II/AAAAAAAAimg/7IwVtZ7DUdc_0wW1BmAtnHKS-wPrh3GIQCPcBGAYYCw/w640-h640/005.png" title="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Pelatihan, Perancanaan, dan Fitur Analisis" width="640" /></li>
<li><img alt="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Pelacak Aktivitas" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-Ndxf59hlwIo/X6A7qXp1tNI/AAAAAAAAims/iQJiIDt_0pkz3rNlGJag5jJZYZJOuiXBwCPcBGAYYCw/w640-h640/002.png" title="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Pelacak Aktivitas" width="640" /></li>
<li><img alt="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Fitur Kesehatan" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-MZdx6y3mkhs/X6A7rqd-nJI/AAAAAAAAimo/XoQkd0QWKlYF43msWW_bzYAZPR0l_XWGQCPcBGAYYCw/w640-h640/003.png" title="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Fitur Kesehatan" width="640" /></li>
<li><img alt="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Fitur Untuk Berlari" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-4Q1B0Ocd6-Y/X6A7sh7I6yI/AAAAAAAAimk/qIsrhETeZ6w0XdEXtmnTjh5YBtOCgglhQCPcBGAYYCw/w640-h640/006.png" title="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Fitur Untuk Berlari" width="640" /></li>
<li><img alt="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Fitur Bersepeda" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-aifZxDmK6QU/X6A7tGagHnI/AAAAAAAAims/FWRmZAipdDMpNJMEalepa25eG5UAwLgMgCPcBGAYYCw/w640-h640/007.png" title="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Fitur Bersepeda" width="640" /></li>
<li><img alt="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Fitur Untuk Berenang" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-awQoL_badwo/X6A7uJgdy9I/AAAAAAAAimo/mlfuz5t1JQQLzzvdO1l12-1bfAI0wVMZwCPcBGAYYCw/w640-h640/008.png" title="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Fitur Untuk Berenang" width="640" /></li>
<li><img alt="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Fitur Aktivitas Luar Ruangan" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-ZuvYWsaE2-E/X6A7uba_aTI/AAAAAAAAimo/VuRntqA7ok0lKnFmJAiW_8zqBqgltuArQCPcBGAYYCw/w640-h640/009.png" title="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Fitur Aktivitas Luar Ruangan" width="640" /></li>
<li><img alt="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Fitur Golf" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-ixhRA1HKmpM/X6A7vqeWsII/AAAAAAAAims/7O-eZUge8PgtzQBB5a1CLJOBq6cjxfIVACPcBGAYYCw/w640-h640/012.png" title="Perbandingan FR 45, 245, 645, 745, 945 - Fitur Golf" width="640" /></li>
</ul>
<p style="text-align: justify;">Tabel perbandingan ini semoga mempermudah dalam melihat perbandingan fitur yang dimiliki<span id="kesimpulan">.</span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h2 style="text-align: justify;">7. Kesimpulan</h2><p style="text-align: justify;">Seri Forerunner yang dirancang untuk para pelari selalu memiliki fitur-fitur yang begitu menarik. Kelima jam yang telah dibahas memberikan berbagai pilihan bagi mereka yang ingin menggunakan perangkat untuk merekam berbagai aktivitas. Jadi, mana yang tepat untuk dibeli? Saya selalu menyarankan untuk menyesuaikan dengan anggaran dan tujuan membeli jam.<br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Bila kita adalah pelari pemula atau yang cukup dengan <i>metric</i> dasar seperti jarak, <i>pace</i>, waktu, dan denyut jantung tanpa perlu statistik lain yang lebih dalam, Forerunner 45 cocok untuk kita. Selain harga yang lebih murah, seri ini sudah sangat kapabel untuk merekam aktivitas lari dan bersepeda kita.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Bila kita menginginkan statisik dan <i>metric</i> yang lebih dalam, serta dilengkapi dengan berbagai fitur pasca aktivitas, maka pilihannya jatuh ke Forerunner 245 atau 245 Music bila memerlukan fitur penyimpanan lagu, karena perbedaannya hanya di situ. Sementara Forerunner 645 bisa menjadi pilihan meski sudah berumur lebih dari dua tahun semenjak rilis. Meski demikian, Forerunner 645 tetap memberikan tawaran menarik, salah satunya adanya sensor <i>barometric altimeter</i> untuk mengukur elevasi. Hanya saja, 645 tidak dilengkapi fitur PacePro yang akan sangat berguna untuk berlari. Bila melihat harga yang ditawarkan, Forerunner 245 lebih menarik.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Sementara bila kebutuhannya adalah untuk <i>triathlon</i>, maka pilihan tentu saja jatuh pada Forerunner 745 atau Forerunner 945 yang memiliki fitur yang begitu kaya. Perbedaan terletak di memori penyimpanan lagu, ukuran yang sedikit berbeda, ketahanan baterai, serta fitur golf dan luar ruangan yang lebih lengkap. Sementara dari segi harga ada perbedaan hampir 1.5 juta rupiah, jadi bijaklah dalam memilih.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Demikian perbandingan kelima seri Garmin Forerunner, semoga bisa menambah informasi dan pertimbangan sebelum membeli. Tetaplah sesuaikan dengan anggaran dan kebutuhan agar mendapatkan jam yang sesuai dan tidak terlalu menguras kocek. Selamat berlari!</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">--------------------------</p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;">Tulisan ini murni tulisan pribadi untuk pertimbangan pemilihan jam, khususnya Garmin (karena saya sendiri menggunakan Garmin sehingga lebih kompatibel saat membahasnya) bukan dalam rangka promosi yang dibayar.</span></p>
<script type="text/javascript">
var LoadTheArchive = function(TotalFeed) {
var PostTitles = new Array();
var PostURLs = new Array();
if ("entry" in TotalFeed.feed) {
var PostEntries = TotalFeed.feed.entry.length;
for (var PostNum = 0; PostNum < PostEntries; PostNum++) {
var ThisPost = TotalFeed.feed.entry[PostNum];
PostTitles.push(ThisPost.title.$t);
var ThisPostURL;
for (var LinkNum = 0; LinkNum < ThisPost.link.length; LinkNum++) {
if (ThisPost.link[LinkNum].rel == "alternate") {
ThisPostURL = ThisPost.link[LinkNum].href;
break;
}
}
PostURLs.push(ThisPostURL);
}
}
DisplaytheTOC(PostTitles, PostURLs);
}
var DisplaytheTOC = function(PostTitles, PostURLs) {
var NumberOfEntries = PostTitles.length;
var BoxListPosts = document.getElementById("listPosts");
BoxListPosts.innerHTML="<strong>Baca juga tulisan lainnya mengenai lari:</strong><br/>";
for (var EntryNum = 0; EntryNum < NumberOfEntries; EntryNum++){
BoxListPosts.innerHTML+="• <a href='" + PostURLs[EntryNum] + "'>" + PostTitles[EntryNum] + "</a><br>";
}
}
</script>
<script src="/feeds/posts/default/-/Running?alt=json-in-script&max-results=5&start-index=1&callback=LoadTheArchive" type="text/javascript">
</script>
<style>
#listPosts{
background: #fff;
border-radius: 2px;
padding:8px;
margin: 1rem;
box-shadow: 0 1px 3px rgba(0,0,0,0.12), 0 1px 2px rgba(0,0,0,0.24);
transition: all 0.3s cubic-bezier(.25,.8,.25,1);
}
#listPosts:hover {
box-shadow: 0 14px 28px rgba(0,0,0,0.25), 0 10px 10px rgba(0,0,0,0.22);
}
</style>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7646767748401587981.post-18462453420202614222020-10-28T21:40:00.002+07:002020-10-28T21:40:48.654+07:00Saat Malam Maulid<p style="text-align: justify;">Apa yang mesti ditulis mengenai Sang Nabi? Pribadi agung yang menjadi teladan bagi umat manusia; yang kehadirannya menjadi rahmat bagi semesta alam; yang hadir untuk menyempurnakan akhlak. Tak akan habis kita mengambil apapun dari semua sisi kehidupan dan pribadi beliau.</p><p style="text-align: justify;">Ambilah misalnya saat beliau sedang berada di tengah-tengah para sahabat, lantas beliau mengatakan rindu pada <i>ikhwan-</i>nya, bukan para sahabat melainkan mereka <i>yang beriman kepadanya meski tak pernah bertemu dengannya</i>. Ambilah misalnya saat-saat menjelang wafatnya beliau berulang-ulang berkata, "Umatku, umatku", bahkan hingga detik-detik terakhirnya yang dipikirkannya adalah kondisi umatnya, betapa besar cintanya. Ambilah riwayat mengenai hanya beliaulah satu-satunya yang mampu memberikan syafaat di akhir nanti. Ambilah riwayat mengenai beliau yang akan menunggu umatnya di telaga Kautsar dan akan memberi minum darinya. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"></p><div style="text-align: center;"><span face=""Helvetica Neue", Helvetica, Arial, Frutiger, "Frutiger Linotype", Univers, Calibri, "Gill Sans", "Gill Sans MT", "Myriad Pro", Myriad, "Nimbus Sans L", "Liberation Sans", Tahoma, Geneva, sans-serif" style="background-color: #fffefc; color: #040402; text-align: start;"><blockquote style="text-align: center;">وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ</blockquote></span></div><div style="text-align: center;"><br /></div><p></p><p style="text-align: justify;"><i>Wainnaka la'ala khuluqin 'azim. <br />Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.<br />(Q.S. Al-Qalam: 4)</i></p><p style="text-align: justify;">Saya selalu tertegun membaca ayat ini, kesempurnaan akhlak sang Nabi, akhlak agung yang dibawa Al-Quran dan berakhlak dengan nilai-nilai Al-Quran hingga 'Aisyah r.a. menjawab ketika ditanya mengenai akhlak Sang Nabi, "Akhlaknya adalah akhlak Al-Quran."</p><p style="text-align: justify;">Barangkali hanya Sang Nabi lah, satu-satunya manusia yang meski berjarak ribuan tahun namun menjadi sosok yang begitu dicintai dan amat dirindukan bahkan amat penasaran. Bagaimanakah kiranya senyum beliau? Bagaimanakah kiranya tutur kata beliau? Kelembutan juga ketegasannya? Rasa cinta dan kasih sayangnya pada umat manusia bahkan seluruh alam. Kita rindu meski tak pernah bertemu, kita berharap dalam cemas, semoga Allah perkenankan kita bertemu dengannya, meski compang-camping diri. Rindu Sang Nabi meski hanya bisa membaca tentangnya lantas berharap dapat bertemu dalam mimpi. Duhai, bagaimana senyumnya? </p><p style="text-align: justify;">Bila melihat orang shalih berbicara dan tersenyum pun kita senang dan tenang, lantas bagaimana bila di hadapan kita ada Sang Nabi yang tersenyum lembut pada kita? Atau terbayangkah bila kita diminta membaca Al-Quran di hadapan Sang Nabi, di hadapan ia yang Al-Quran diturunkan padanya untuk seluruh manusia?</p><p style="text-align: justify;">Maka kita dicontohkan dan diperintahkan untuk memperbanyak shalawat padanya, sebagai salah satu ungkapan rasa cinta pada Sang Nabi.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span face=""Helvetica Neue", Helvetica, Arial, Frutiger, "Frutiger Linotype", Univers, Calibri, "Gill Sans", "Gill Sans MT", "Myriad Pro", Myriad, "Nimbus Sans L", "Liberation Sans", Tahoma, Geneva, sans-serif" style="background-color: #fffefc; color: #040402; text-align: start;"></span></p><blockquote style="text-align: center;">إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا</blockquote><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><i>Allahuma shali 'ala Muhammad wa'ala 'ali Muhammad.<br /></i><i><a href="https://www.firman.my.id/2019/12/shollu-ala-nabi.html" rel="nofollow" target="_blank">Shallu 'ala Nabi!</a></i></p>Firman Maulanahttp://www.blogger.com/profile/09283690710480131749noreply@blogger.com0