Ramadhan wa Pandemi (2)

Jelang Berbuka Puasa


Saya mencoba membayangkan bagaimana muadzin di masjid-masjid yang tak bisa menggelar shalat berjamaah dalam kondisi pandemi. Ia berjalan seperti biasanya ke masjid, menjadi yang paling awal atau salah satu yang paling awal datang. Ia mulai dengan shalat tahiyyatul masjid sambil menunggu waktu shalat tiba. Berjalan ia ke arah mikrofon, waktu shalat tiba, ia kumandangkan adzan sebagaimana biasanya, namun ada yang berbeda, tidak ada selain dia yang berada di masjid. Sepi, hening setelah ia kumandangkan adzan. Biasanya, setelah selesai adzan, ia mundur beberapa langkah lalu shalat rawatib sejenak, jamaah lain pun telah datang sebagian lalu shalat sunnah juga. Kini barangkali tak begitu, ia sendiri, atau barangkali dengan beberapa orang lainnya. Iqamah lantas dikumandangkan tanpa melalui mikrofon, mereka mendirikan shalat dengan kondisi lebih sepi dari biasanya.

Bayangan saya ini tentu bisa saja tidak terjadi di seluruh masjid-masjid tersebut, namun bisa saja terjadi di sebagian masjid. Ditambah lagi pandemi belum selesai saat bulan Ramadhan tiba. Kegiatan peribadatan di masjid menjadi sepi, meski barangkali masih ada yang tetap menggelar shalat tarawih, tentu saja dengan jumlah jamaah yang lebih sedikit, apalagi bila masjid tersebut di daerah yang telah ditetapkan sebagai daerah PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Berkumpulnya orang dalam jumlah banyak di suatu tempat memang dibatasi, tetapi tentu saja adzan tetap bisa berkumandang.

Umat Islam diminta shalat tarawih di tempat tinggal masing-masing. Menurut riwayat, Rasul sendiri hanya beberapa kali tarawih di masjid, sementara sebagian besarnya dilakukan di rumah. Tersebutlah pada zaman para sahabat Nabi, tarawih diadakan di masjid secara berjamaah. Maka, ada yang mengatakan saat kita kini mendirikan tarawih di tempat tinggal sendiri, kita berpindah dari suatu sunnah/kebiasaan baik dari para sahabat Nabi ke sunnah yang lebih utama, wallahu'alam

Kondisi ini selain menguji apakah betul kita masih mendirikan tarawih meski tidak berjamaah di masjid atau tidak, juga "memaksa" mereka yang tidak terbiasa menjadi imam untuk mengimami tarawih di rumahnya bersama keluarganya. Bisa jadi ia adalah seorang bapak atau kakak atau anak, yang jelas ini menjadi kesempatan untuk belajar bagi para lelaki untuk menjadi imam, selain di shalat fardhu juga di shalat tarawih. Begitu juga dengan tadarus Alquran. Ada yang terbiasa tadarus bersama di masjid sebakda tarawih, kini diuji juga apakah konsisten melaksanakannya di rumah.

Pandemi nyatanya mempunyai sisi hikmahnya tersendiri. Datangnya bulan Ramadhan menjadi momen yang tepat untuk merenungi berbagai hal, termasuk datangnya pandemi dan bagaimana pemaknaannya.





Bandung, 25 April 2020

No comments: